Bab 26

63.7K 2.2K 411
                                    

 Terimakasih yang masih membaca dan berkeyakinan bahwa saya akan menyelesaikan BCPP *bow*  :) Enjoy reading...

*****

Mungkin ia tak seharusnya membuka paket itu. Paket mencurigakan yang tergeletak begitu saja di depan rumahnya. Hanya tertuju pada dirinya tanpa alamat pengirim. Mungkin juga seharusnya ia membuangnya di tempat sampah, karena perasaannya tiba-tiba terasa aneh dan muncul rasa was-was yang tak seharusnya datang.

 Tapi tangannya perlahan membuka paket itu, membawa sekeping DCD kedalam pemutarnya.Dibawah DVD itu terdapat beberapa lembar foto yang membuat tangannya gemetar.

 Suara itu nyaris berupa bisikan “I love you … maukah kamu menikah denganku?”

 “Say YES!” suara seorang wanita terdengar.

 “Ya, ya, ya! Come on sweety, say yes to him!” suara lain mengekor. Dan kerumunan sekitar sepasang pria dan wanita itu semakin bersemangat mendorong si wanita untuk menerima pinangan dari sang pria.

 “I love you ...” ulang si pria. “Maukah kau menikah denganku?” si pria mengulangi pertanyaannya. Kening kedua pria dan wanita itu bersentuhan. Si wanita tersenyum lebar dan menggeleng perlahan sembari tersenyum seakan tak percaya kejadian yang tengah berlangsung.

 “Laras? ...”

 “Ya, ya... aku mau, aku mau Dave. “ si wanita mengangguk merlahan.

 Tepuk tangan dan sorak sorai terdengar lantang, tanda semua yang hadir di acara itu puas dengan jawaban tersebut.

 “Thank you Laras. Aku mencintaimu … “ ujar si pria.

 “I love you too ...” balas si wanita, kemudian mereka berciuman dan berdansa..

 Mila terpaku lemas menonton video yang masih memperlihatkan kegembiraan sebuah lamaran. Beberapa lembar foto tadi bertebaran di sekitarnya. Air mata tanpa ia sadari mengalir perlahan dari kedua matanya. Apa yang aku lakukan? Ya Tuhan...

 Dunianya hancur dan berderap runtuh dalam sekejap.

 Apakah yang selama ini aku pikirkan? Bersandar pada kepura-puraan dan harapan kosong. Ia mencintai Dave dan menganggap hubungan ini bisa bertahan hanya dengan cintanya. Berdiri di lorong yang gelap dengan harapan dapat melihat setitik cahaya, padahal lorong itu begitu terang benderang dengan kenyataan, tapi matanya yang tidak mau melihat. Tidak mau merasakan bahwa ilusi perlahan membungkusnya dalam kepompong yang memisahkannya dengan realita. Dave tidak pernah mencintainya.

 Dirinya yang berpikir bahwa seiring waktu, rumah tangga yang awalnya rekayasa ini perlahan dapat mewujudkan impiannya, memiliki keluarga yang dicintai dan mencintainya. Tapi akankan ia mendapatkan cinta yang ia inginkan? Cinta yang menatapnya, memujanya. Seperti tatapan mata Dave kepada Laras. Begitu hangat, bagai perapian yang nyaman ditengah malam. Lembut dan indah. Seperti matahari musim semi yang muncul setelah musim dingin.

 Ia mencintai Dave, menginginkan Dave sehingga sakit rasanya bila membayangkan hidupnya tanpa pria itu disisinya. Namun, ia terlalu mencintai Dave untuk membuatnya menderita, terkekang bersama dirinya. Tanpa hati yang dapat diberikan. Mereka berdua tidak akan bertahan. Setidaknya dirinya yang tidak akan mampu bertahan. Membayangkan Dave memiliki seseorang yang ia cintai, sementara Dave justru terikat dengannya. Tanpa cinta...

 Ya Tuhan... apa yang harus aku lakukan?

 *****

 Tangannya gemetar. Mila bersandar di dinding, menunggu.

BUKAN CINTA PANDANGAN PERTAMAWhere stories live. Discover now