Bab 27

59.5K 2.5K 595
                                    

Sandra melirik ke arah Dave yang diam seraya menatap jalanan malam Jakarta. Mereka melaju dengan cepat ke arah bandara. Dave bersikeras berangkat ke Surabaya malam ini juga menggunakan pesawat pribadinya.

"Dave... kamu enggak apa?" tanya Sandra.

Dave seakan tidak mendengar pertanyaan Sandra, sebelum ia menjawab. "Kata Desy, dia kontrol kandungan dengan pria lain, San..."

Sandra walaupun terkejut, memilih tidak mengomentari perkataan Dave.

"Padahal itu anakku. Itu seharusnya anakku kan, San?" gumam Dave.

Sandra menghela nafas perlahan. Ia tahu ini saat yang berat bagi Dave. "Kamu mengenal Mila kan Dave, kamu tahu dia seperti apa. Berpeganglah pada hal yang kamu yakini."

Suara bunyi bel pintu membangunkan Mila. Jam berapa sekarang? Mila menahan nafas ketika menghela tubuhnya. Ia melirik jam dinding. Setengah duabelas malam! Siapa yang bertamu jam segini? Ia tahu keamanan perumahannya cukup terjamin. Tapi tamu tengah malam sungguh mencurigakan.

Mila mengintip dari lubang intip di pintunya. Seketika ia mundur selangkah. Mila merasakan aliran darah dalam tubuhnya mendadak bekerja dengan cepat. Jantungnya berdetak lebih keras. Dave! Dave yang ada di balik pintu ini. A—apa yang harus kulakukan?

Bel pintu berbunyi kembali. Ia tidak mungkin membiarkan Dave berdiri di luar semalaman kan? Tangannya perlahan membuka pintu.

Mata mereka bertatapan. Dave... Dave ... Tubuh Dave terlihat lebih kurus. Ia tidak seperti terakhir kali Mila melihatnya. Kantong matanya terlihat lebih gelap. Oh Dave... Mila ingin menyapukan jemarinya ke wajah lelah pria itu.

"Boleh aku masuk?" tanya Dave. Parasnya tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"O-oh, ya, silakan." Mila tergagap, kebingungan. Pikirannya masih belum menerima kenyataan yang ada di depannya. Bagi Mila, melihat Dave kembali benar-benar seperti mimpi. Ia tidak menduga bisa melihat kembali Dave. Kehadiran pria itu saja sanggup mendominasi dirinya. Cara Dave berjalan, memandangnya, aroma tubuhnya, semua itu membuat Mila merasa lemas. Apakah in nyata? Setelah malam-malam yang berlalu dengan berpegang pada kenangan semata, dan kini sosok itu kembali mewujud, Mila tak mampu berkata. Ia hanya sanggup memandang Dave dalam diam.

Dave memperhatikan rumah yang ia masuki. Didekorasi secara sederhana dan warna pastel yang lembut. Ruang tamunya diisi dengan sofa putih dan lukisan-lukisan dinding bertemakan pemandangan alam. Tidak ada foto apapun yang mengindikasikan identitas pemilik rumah, namun terasa nyaman.

"Bagaimana kabarmu?" Dave menatap Mila yang duduk di sofa sampingnya. Tubuh Mila berubah. Perutnya benar-benar sudah terlihat membulat besar. Wajahnya lebih berisi, dengan pinggul melebar.

"Baik, aku baik-baik saja. Bagaimana... bagaimana denganmu?" tanya Mila perlahan.

"Aku? Kamu menanyakan kabarku?" Dave berdiri dari tempat duduknya.

Mila menegakkan tubuhnya, waspada. Ia tidak tahu bagaimana keadaan emosi Dave, dibalik ketenangan yang ia perlihatkan sedari tadi. Mila tidak menundukkan pandangannya, dengan teguh ia memperhatikan Dave yang berjalan perlahan ke tempatnya duduk.

"Kabarku, Mila... kalau aku bilang aku baik-baik saja, itu bohong. Kamu juga pasti melihat aku terlihat kacau." Dave berlutut dihadapan Mila duduk yang tidak bergerak. Dave menyampirkan helaian rambut Mila ke balik telinganya dengan perlahan. "Aku mencarimu. Mencarimu seperti orang gila, Mil."

Ketika itulah Mila memalingkan pandangannya. Emosi yang ia lihat dalam mata Dave membuatnya tertohok. Tiba-tiba ia merasa matanya berkaca-kaca. Mila mengerjapkan matanya untuk mengusir rasa pilu yang menyengat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BUKAN CINTA PANDANGAN PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang