Bab 14

60K 1K 42
                                    

Ia tidak menutup mata dan ia dapat merasakannya. Dari saat datang tadi, Mila, sang asisten komisaris, menyita perhatian banyak mata. Ia tak pernah memandang Mila sebagai saingan. Tidak sedikitpun. Wanita itu biasa-biasa saja. Penampilan yang standart, wajah tanpa make-up. Tidak terlalu sering bergaul, hanya dekat dengan beberapa rekan kerja saja. Lebih mementingkan dan menghabiskan waktu dengan pekerjaan. Termasuk tidak pernah menjadi objek pembicaraan dikantor, karena tidak ada yang menarik darinya untuk bahkan sekedar digosipkan.

Tapi hari ini, semua anggapan bahwa Mila hanya wanita biasa, ia buang. Millana adalah saingan beratnya. Ia memperhatikan setiap orang dalam ruangan, pria dan wanita, terkejut melihat penampilan wanita ini. Perubahan yang drastis. Ia juga memperhatikan Dave. Tapi lelaki ini bersikap biasa saja melihat Mila. Untunglah. Ia sempat was-was saat mereka bertemu Mila tadi, bahwa Dave akan bertingkah seperti Stephen-amnesia sesaat.

Ia sungguh menikmati pandangan iri dari para wanita diacara itu, karena ia berpasangan dengan Dave. Dengan hadir didepan umum bersama-sama, secara tidak langsung tersirat bahwa pria ini memilihnya. Para kolega menghampiri mereka, memuji betapa cantiknya ia malam ini, dan mengucapkan selamat kepada Dave atas kemajuan AG tahun ini. Ia menyukainya. Menyukai menjadi pasangan dari seorang lelaki seperti Dave.

Mereka melihat ibu Ina yang sedang berbicara dengan Mila dan Stephanus, lalu Dave berjalan menghampiri maminya.

Sandra berkata dengan sopan "Malam bu Ina, sambutannya tadi sangat bagus" pujian tentunya harus diberikan kepada ibunya Dave bukan?

Bu Ina meengamati Sandra, lalu tersenyum dan berkata "Terimakasih Sandra. Gaunmu juga..mempesona". "Terimakasih bu Ina" balasnya dengan hati senang atas pujian dari bu Ina.

Lalu bu Ina berkata kepada Mila "Kamu tampak berbeda malam ini, Mila. Sering-seringlah tampak cantik seperti ini, jangan hanya karena menghadiri acara ini saja. Ya kan Dave?" Dave mengangkat alisnya, dan menjawab singkat "Ya". Sementara yang dipuji hanya memberikan senyum tipis.

Dan terbersit rasa janggal dalam benaknya akan percakapan singkat yang barusan terjadi.

 *****

Kakinya sudah pegal setelah berdiri selama hampir 2 jam. Harusnya acara ini sudah hampir selesai kan? O-M-G..., matanya mencari tempat tersembunyi untuk melepas sepatunya. Bisa pingsan dia kalau tidak mengistirahatkan kakinya ini. Ia berjalan keluar, mencari udara segar, meninggalkan Stephanus yang masih berbincang-bincang dengan teman-temannya. Kemudian melihat sebuah celah tersembunyi tertutup bayangan tembok, dengan beberapa kursi yang diletakan tidak beraturan. Apapun itu, Mila bersyukur dia bisa duduk dengan tenang. Di dalam tadi, dengan begitu banyaknya orang yang menyapa, dan mengajaknya berbicara, dia tidak bisa duduk sama sekali.

Sambil melepas sepatunya perlahan, Mila mendesah nafas lega… “Aduuhh… “ Ia lalu membungkuk memijat betis dan pergelangan kakinya.

“Sedang apa kamu?” sebuah suara mengagetkannya. Mila cepat-cepat menegakkan tubuhnya. Ia melihat bayangan sosok lelaki menghampirinya.

Ternyata Dave.

“Hah, bikin kaget aja kamu!” serunya jengkel. Kok bisa-bisanya lelaki itu mendatangi tempat ini?

“Lagi ngapain sih kamu?” ulang Dave.

Dengan wajah meringis menderita, Mila menunjuk kakinya “Sakittt… kelamaan pakai sepatu hak tinggi.” Mila melihat Dave menggelengkan kepalanya lalu… tiba-tiba ia berjongkok didepan Mila dan memegang pergelangan kakinya! Mila sontak menarik kakinya dari sentuhan Dave “Hei-hei, jangan… kamu mau apa?”. Dave mendongakkan kepalanya menatap Mila “Mila, aku ini mau bantuin kamu mengurangi rasa sakit gara-gara sepatumu itu. Aku ngga akan ngapa-ngapain kamu, tenang saja” ujarnya perlahan, kemudian ia menyentuh kembali pergelangan kaki Mila dengan lembut.

BUKAN CINTA PANDANGAN PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang