Bab 8

57.8K 1K 24
                                    

Setelah pintu ruangannya tertutup, Dave tertawa terbahak-bahak.

Dia tidak tahu setan apa yang lewat di ruangannya tadi, sehingga dia melakukan hal sekonyol itu. Tapi aksi balas dendamnya terhadap tamparan Mila rupanya berhasil. Wajah wanita itu terlihat terkejut karena ciumannya. Dave tidak bisa membayangkan seberapa marahnya Mila kepadanya.

Biar jadi pelajaran bagi Mila untuk tidak macam-macam dengannya.

*****

Mila berjalan cepat kearah lift yang menuju lantai teratas di gedung perkantorannya. Lalu menggunakan tangga emergency dia bergegas naik ke balkon gedung. Kemudian setelah tiba dipinggir balkon yang berpagar, dia berteriak-teriak“Tempe bussssukkkkk, makhluk kurang aaajjjaaarrrr, Tikus reseeeehhhhh….!!! Awas kau David Admadja, Mampus kau nanti!!!”

Dasar brengsekk!

Berani-beraninya lelaki itu menciumku. Kasihannya bibirku ini ternodai oleh bibirnya. Adduuhhh...

Awas kau, Awassss!!! Lihat saja pembalasanku!!!

*****

“Mila”

“Ya bu Ina”

“Ini ibu Agnes, pengacara keluarga Admadja. Dia membawa perjanjian kontrak pernikahan antara kamu dan Dave. Silahkan kamu baca perjanjian itu, kalau sudah sesuai dengan keinginanmu, kamu bisa tandatangan”

Mila memperhatikan  pasal-pasal yang tertera. Tidak banyak isinya, secara umum menyatakan bahwa perkawinan mereka akan berlangsung selama 2 tahun. Dapat dibatalkan apabila terdapat persetujuan tiga belah pihak yaitu dirinya, Dave dan bu Ina. Dia akan mendapatkan saham AG sebanyak 5% dan posisi Direktur di perusahaan yang dia inginkan. Fasilitas-fasilitas yang didaftar satu-persatu dalam kontrak, sebagai salah satu anggota keluarga Admadja otomatis akan dia peroleh, seperti penggunaan mobil, rumah, villa, hotel, bahkan pesawat keluarga. Milla hanya bisa berdecak dalam hati melihat daftar kemewahan yang tertulis dihadapannya. Wah, bintang apa yang melintas dimalam kelahiran ku sehingga nasibku bisa begini ya?

"Nah, bu Milla, bagaimana? Apakah semua sudah sesuai? Bisa langsung ditandatangan kok bu" ucap bu Agnes sambil menyodorkan pulpen.

"Tunggu bu, saya minta tambahan pasal pada perjanjian ini" sergah Mila.

Bu Ina menaikkan alisnya "Ada yang kurang Mila?"

"Ya bu Ina. Hanya 1 saja. Saya minta agar dicantumkan bahwa dalam pernikahan ini, kami hidup selibat. Tidak ada hubungan 'itu'" jawabnya dengan memberikan kode tanda kutip dengan dua jarinya pada kata 'itu'.

"Ooo..ok. Bu Agnes, tolong ditambahkan langsung bahwa tidak ada hubungan 'itu' kecuali atas keinginan kedua-belah pihak." Ujar bu Ina kepada bu Agnes sambil tersenyum.

Hei, kok ada kata-kata 'keinginan keduabelah pihak?' "Eih, bu Ina, kalimat kedua belah pihak itu saya rasa tidak perlu dicantumkan bu."

"Iya mami, tidak perlu. Toh siapa yang mau sama dia" celetuk Dave yang tiba-tiba sudah ada dalam ruangan.

Aduh, kok dia datang sih, rutuk Mila.

"Nah, kalau kalian memang berkomitmen seperti itu, bagus. Jadi tidak ada masalah apakah dicantumkan atau tidak kan? Toh, kalian berdua tahu ini hanya perkawinan kontrak. Bu Agnes, tetap tulis seperti yang saya bilang tadi"

"Baik bu Ina. Tunggu sebentar, akan saya printkan langsung...

"Nah, bu Mila, pak Dave dan bu Ina, silahkan tandatangan"

Usai mereka semua tandatangan, bu Ina berkata "Mila, persiapan acara pernikahanmu dan Dave sisa kurang lebih 2 bulan. Buatlah daftar orang-orang yang akan kamu undang datang ke acara ini."

"Ibu Ina, begini, saya sebenarnya bingung dengan bagaimana cara saya menyampaikan mengenai pernikahan ini kepada keluarga saya, terutama eyang saya. Saya tentu tidak bisa bilang bahwa pernikahan ini hanya untuk 2 tahun. Bila mereka tahu, tentunya mereka akan marah dan kecewa.

"Mila, walaupun pernikahan ini memiliki jangka waktu, tapi pernikahan kalian tetap sah, baik secara negara maupun agama.

"Jangan khawatirkan hal itu. Beritahukanlah berita ini kepada keluargamu, mintalah restu mereka.

" Baik bu Ina, namun bisakah saya  mohon  agar acara pernikahan ini dilangsungkan secara sederhana saja".

"Mila, kami keluarga Admadja, tidak ada yang sederhana kalau dengan kami. Tapi akan saya lihat apa yang bisa dilakukan"

*****

Gelapnya malam membentang dibalik jendela kereta api Gajayana, sepanjang perjalanannya ke Solo. Biasanya ia menghabiskan perjalanan dengan membaca buku dan tidur. Tapi tidak saat ini. Kantuk tak kunjung datang, ditambah kepalanya pun pusing. Pusing memikirkan kalimat apa yang akan ia sampaikan kepada eyangnya dan keluarga papanya di Solo. Tinggal 2 jam lagi sampai stasiun Solo Balapan, tapi belum ada ide. Dan keikutsertaan pria yang sedang tidur pulas disampingnya membuat otaknya semakin buntu.

*****

Beberapa hari setelah perjanjian pernikahan ditandatangani, Mila meminta ijin untuk pulang ke Solo, untuk menemui kerabatnya dan membicarakan mengenai acara pernikahan ini sekalian refreshing. Namun ternyata nasib baik belum memihak dirinya, karena Ibu Ina justru meminta Dave agar menemani Mila.

“Mami, untuk apa mami minta aku menemani dia?” Ujar Dave jengkel..

“Iya ibu Ina, pak Dave tidak perlu menemani saya. Saya biasa sendiri kok bu” Adduhhh…. Aku engga perlu dapet temen model dia, keluh Mila.

“Mila, ini momen perkenalan untuk Dave bersilahturahmi ke keluarga kamu. Dave, ini juga momen supaya kamu tahu paling tidak sedikit background calon istrimu. Walaupun kalian hanya kontrak, kalian juga harus saling mengenal. Kan ngga lucu kalo kamu ditanya tentang – contoh – bunga kesukaan Mila apa? Tapi kamu ngga tahu.

“Dave, pokoknya kamu pergi temani Mila ke Solo.Ayolah, kalian kan akan menikah, sedikit banyak cobalah saling mengenal satu sama lain.

Aarrggghhhh………. Sial!

“Naik apa ke Solo nanti Mila?” tanya bu Ina.

“Pesawat” - “Kereta api”

Mila dan Dave menjawab berbarengan

“Pe-sa-wat”

“Ke-re-ta API!"

“Kalau naik kereta api itu kan lama dijalan, ibu Mila..”

“Tapi saya tidak terburu-buru bapak Dave. Saya ini mau pulang kampung, sekalian liburan. Sudah setahun saya tidak kesana. Saya mau sedikit bersantai”

 “Engga apa lah Dave, kalau Mila mau santai di jalan. Sesekali naik kereta toh tidak apa” lerai bu Ina.

 Nah, jadilah dia sekarang bersebelahan bersama calon suaminya yang sedang mengemban tugas silahturahmi. Baru dia tahu, ternyata susah jalan sama orang ganteng. Dari semenjak stasiun kota jakarta, banyak perempuan yang melihat Dave dengan pandangan ngiler, tapi melihat Mila dengan pandangan mencibir dan melecehkan. Sampai pramugari kereta juga cari perhatian. Seumur-umur naik kereta ke solo, mana pernah dia dihampiri salah satu dari mereka. Tapi tadi, tidak ada angin, tidak ada badai, tiba-tiba mereka menawari selimut extra-lah, menawari bantal extra-lah, bolak balik nanya apa yang bisa dibantu-lah. Adduuhh, norak deh.

 Saat sedang melamun begitu, tiba-tiba terdengar suara pengumuman bahwa sebentar lagi kereta akan tiba di stasiun Solo balapan. Dia menyikut Dave "Pak, pak Dave, bangun pak. Kita sudah sampai"

 "Aduh, jam berapa sekarang?" Gumam Dave masih mengantuk.

 "Jam 2.30 pak.

 "Ya ampun, masih tengah malam, sudah harus bangun?" Keluh Dave masih mengantuk berat.

"Kalau ngga mau bangun juga ngga apa-apa kok pak. Bapak bisa terusin tidur, nanti bangunnya di Malang." Ujar Mila cuek.

****

BUKAN CINTA PANDANGAN PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang