Bab 4

60.3K 1.1K 3
                                    

 Paginya, Dave bangun dengan kepala pusing berdenyut-denyut.

"Owh, my head! Bi, tolong siapkan kopi kental ya.." Ujarnya pada Bi Atik, pembantu rumah yang sudah bekerja dirumahnya sejak dia SMA.

"Iya den." Jawab bi Atik dari dapur.

"Mami sudah berangkat ya bi?"

"Sudah den, sekalian nganterin non Ariana"

Dave melihat jam dinding di ruang makan, sudah menunjukkan waktu jam 8. Sadar sudah terlambat, dengan cepat dia menenggak kopi pahit dan dengan kepala masih pusing, segera bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.

Walaupun Dave salah satu pemilik dan komisaris perusahaan, dia berusaha menjadi panutan anak buahnya, terutama dalam hal disiplin dan komitmen bekerja. Dia menghargai usaha almarhum papinya dalam merintis bisnisnya dan kerja keras maminya untuk mempertahankan perusahaan mereka setelah papinya meninggal 15 tahun lalu, Maminya berjuang antara membesarkan 3 orang anak-anaknya dan bergulat dengan masalah-masalah yang timbul akibat meninggalnya papinya

Dave adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Adiknya yang pertama, Naufalyn Admadja, sekarang berada di Singapura bersama suami dan 2 orang putra kembarnya, dan adiknya yang kedua, Darius Admadja masih kuliah di Amerika, dan kurang setahun lagi sebelum dia lulus lalu kembali ke Indonesia.

Dave tidak setengah-setengah dalam dedikasinya  untuk Admadja Group. Dia memberi keputusan win-win solution untuk setiap permasalahan yang ada, mengeluarkan kebijaksanaan yang aplikatif di lapangan, menerapkan reward kepada pegawainya yang dapat meningkatkan kinerja dan mencapai target, menindak tegas segala pelanggaran sampai membuka pintu selebar-lebarnya bagi saran, kritik dan keluhan dari para pegawainya.

Hasilnya, dia menjadi sosok atasan yang dihormati dan disegani, bukan ditakuti.

Namun, hari ini entah rasanya mood dia untuk bekerja sedang rendah, padahal ada meeting untuk rencana perluasan Admadja Group ke bidang pendidikan dan sosial jam 10 nanti.

Ia memberikan perintah untuk sekretarisnya “Desy, tolong materi meeting Expanding View agar diantarkan ke ruang saya, dan minta mba Ratmi siapkan secangkir kopi cream untuk saya”

“Baik pak David” sahut Desy ceria. Gadis berusia 24 tahun ini telah bekerja selama setahun di AG, ini perusahaan pertamanya setelah dia lulus dari akademi sekretaris, Jakarta. Desy gadis yang cekatan, sigap dan taktis dalam bekerja. Pembawaannya yang riang dan dewasa, membuat David memilih Desy menjadi sekretarisnya dari puluhan kandidat yang datang tahun lalu. Pilihannya tidak salah, Desy sangat membantu dalam rutinitas keseharian dan mediator yang baik antara dirinya dan para pegawainya.

Dave meneliti berkas meeting yang ada dihadapannya. Secara konseptual perluasan bidang pendidikan dan sosial yang akan dijalankan oleh AG terlihat bagus. Pada dasarnya, hal ini bersifat sumbangan dari AG kepada masyarakat, yaitu penyediaan sekolah dengan harga terjangkau namun semaksimal mungkin menyajikan pendidikan yang dilengkapi fasilitas penunjang yang terbaik. Dan juga akan didirikan sebuah panti asuhan dimana anak-anak panti akan memperoleh pendidikan dari sekolah yang akan dibangun itu.

BUKAN CINTA PANDANGAN PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang