43

33.8K 4.1K 814
                                    

Sa ae kalian ya kalo ngerayu :)


Taehyung datang di minimarket setelah Jihye mengirim pesan untuk menjemputnya. Dengan wajah masam, Jihye meminta Taehyung untuk mengantarnya ke apartemen Kim Seokjin yang katanya Jungkook berada di sana saat ini.

Dasar brengsek!

Jihye tak berhenti mengumpat di dalam hati. Ia harus bisa melawan Im Nala kalau wanita itu benar-benar yang Jungkook temui di apartemen tersebut. Tidak ada yang boleh menyentuh prianya selain Jihye sendiri. Sudah cukup dia pernah berbagi pada Minjae—bahkan merelakan Jungkook yang terus menggagahi wanita itu. Sekarang tidak lagi.

Seperempat jam mereka tiba di basemen apartemen Seokjin. Benar adanya, mobil Jungkook memang terparkir di sana, membuat Jihye menggeram jengkel. Ia sudah menyiapkan seluruh tenaganya untuk berteriak dan memukul secara membabi buta jika menemukan Jungkook dan Nala.

"Kira-kira di mana Jungkook?" tanya Jihye kemudian. Langkahnya terhenti manakala tidak mengetahui kamar yang Jungkook kunjungi.

Tak beda dengan Jihye, Taehyung pun sama-sama tidak tahu akan hal tersebut. Taehyung hanya melihat mobil Jungkook, bukan ke mana pria itu pergi. Dengan sedikit skeptis, Taehyung mengedikkan bahunya bersamaan. "Apa kau tidak punya aplikasi pelacak nomor ponsel? Mungkin kau bisa memakainya," kata Taehyung.

"Bukannya aplikasi hanya bisa mendeteksi gedung?"

Taehyung mengulum bibir. Benar juga. Memasuki elevator, Taehyung mendadak gusar lantaran mendapati air muka Jihye yang nampak kesal. Pria Kim itu tidak ingin kejadian yang telah lalu kini terjadi lagi; di mana ia melihat Jihye selalu menangis karena Jungkook menggandeng wanita lain.

Sejujurnya, hingga detik ini pun Taehyung masih kesulitan melupakan Jihye. Entah kenapa Park Jihye selalu menguasai pikirannya—meskipun dalam hati Taehyung bersikeras melupakan Jihye. Melihat Jihye menangis adalah kelemahannya. Jika diberikan satu kesempatan lagi, Taehyung janji akan memperbaiki semuanya. Akan tetapi, ia tidak boleh menjadi sahabat yang brengsek untuk Jeon Jungkook. Jihye milik Jungkook—terlepas dari wanita itu yang juga tengah mengandung anak Jungkook, tetap saja Jihye mencintai Jungkook. Itu artinya, Jihye memang tercipta untuk Jungkook.

Mereka berhenti di lantai lobi. Sejenak Jihye berdiri di sudut ruang apartemen. Kemudian ia menekan kontak Jungkook dan menelepon pria itu. Sepuluh detik, sambungan itu akhirnya terhubung juga.

"Kau di mana?!" Jihye langsung menyerang pertanyaan dengan nada ketus.

Di seberang sana, Jungkook sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya. "Aku sedang menemui Nala, Sayang. Ada apa?" jawabnya halus. Jujur saja, Jungkook tidak mau Jihye semakin emosi. Pasti sang mama sudah bercerita alasan dia meninggalkan restoran.

"Aku ada di apartemen sekretarismu. Di mana kamarnya?!" Sekali lagi, Jihye memberikan nada penuh penekanan, membuat Taehyung yang berdiri di sampingnya kini meringis ngeri. Taehyung terkejut lantaran Jihye yang polos ternyata bisa marah seperti ini.

Mata Jungkook terbelalak tak percaya. Rahangnya merosot, lalu ia melirik ke arah Nala sebelum berdeham dan menjawab, "K-kau di mana? Aku jemput, ya?"

"Aku yang akan menjemputmu, Jeon Jungkook!" Setelah itu Jihye memutus sambungan. Wanita itu mendekati ruang informasi untuk menanyakan kamar milik Im Nala, kemudian ia segera mengucapkan terima kasih usai wanita yang bekerja di sana menjawab pada lantai 3 di kamar nomor 309. "Wanita sialan!" umpatnya sebelum memasuki elevator.

Saat Jihye keluar dari elevator, ia merasa beruntung sekali lantaran berpapasan dengan Jungkook yang sedang menggigit bibir bawahnya panik. "Bagus!" Jihye memekik, sontak membuat Jungkook yang mulanya tidak menyadari kehadiran wanitanya kini harus mendongak. "Di mana sekretarismu? Aku mau bertemu dengannya!"

Fiance ✓Where stories live. Discover now