13

46.9K 5.9K 1.7K
                                    

Menatap sekumpulan air yang ditimbulkan oleh hujan deras seperempat jam yang lalu.

Kesepuluh jemarinya meremas besi pembatas balkon dengan dingin yang menyengat telapak tangan.

“Jungkook ...”

Lamunannya buyar. Pria itu menolehkan kepala ke belakang, lantas mendapati presensi sang kekasih dengan wajah bangun tidurnya.

“Kau sedang melamunkan apa?” tanya Minjae. Posisinya setengah tidur, pun tangan kanannya memegang erat selimut tebal untuk menutupi tubuh telanjangnya.

Jungkook menggeleng sebelum melangkah meninggalkan balkon. Kedua tangan memasuki celana training, dan tungkainya mendekati ranjang besar di dalam kamarnya.

“Masih terlalu pagi untuk bangun, Darling.” Ranjang bergoyang manakala tubuh Jungkook merangkak menaiki kasur empuk tersebut. “Ayo, tidur lagi.”

Minjae menerawang ke dalam manik bulat pria itu. Jelas sekali bahwa Jungkook tengah menyembunyikan sesuatu darinya saat ini.

Akan tetapi, daripada bertanya untuk menggali apa yang sedang Jungkook sembunyikan, Minjae memilih untuk diam—tak ingin menyulut emosi Jungkook sepagi ini.

Usai Minjae kembali memosisikan diri di atas ranjang, Jungkook menyingkap mata dan menghela napas dalam.

Tidur membelakangi Minjae adalah pilihan tepat bagi suasana hatinya yang sedang gusar saat ini.

Pria itu memijat pangkal hidung, kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh atasnya yang tak memakai apa pun.

Ia mulai tersadar sekarang. Sudah satu bulan penuh Park Jihye tidak mengganggunya lagi, pun ada perasaan gundah yang timbul dalam benaknya ketika suara Jihye tak lagi terdengar.

Begitu pula dengan ponselnya yang tak lagi diisi oleh pesan dari Jihye yang biasanya menumpuk karena ia malas membuka barang satu pesan.

Mendesah lirih, Jungkook lekas melirik jam yang berada di atas nakas. Masih pukul empat pagi, dan Jungkook memutuskan untuk berangsur menjauh dari ranjang setelah melihat Minjae yang telah mendengkur halus.

Meraih kaus polos berwarna putih di atas sofa dan memakainya dalam hitungan detik, Jungkook lekas keluar dari kamar.

Pikirannya berkecamuk. Agaknya meninggalkan apartemen adalah pilihan yang tepat baginya saat ini.

Jungkook membuang napas frustasi. Mengambil kunci mobil yang ia gantungkan di samping lemari pendingin sebelum pergi ke garasi dan memakai mobil sedan kesayangannya.

....

Mematikan keran wastafel, Jihye lalu mengeringkan wajah dengan handuk kecil yang ia gantungkan di belakang pintu kamar mandi.

Dirinya duduk di bibir ranjang. Memijat pelipis, lalu mengangkat kedua kaki untuk menaiki ranjang.

Namun, ketika ia hendak merebahkan tubuh, pintu kamarnya mendadak diketuk dari luar hingga kening wanita itu mengerut dalam.

Ada perasaan was-was dan takut jika yang mengetuk pintu bukanlah mama atau papanya. Sebab Jihye tahu sang mama tidak mungkin bangun sepagi itu.

Melangkah pelan tanpa menimbulkan suara, Jihye kemudian berdiri tak jauh dari pintu.

“Siapa?” tanyanya. Kedua tangannya mengepal erat—belum siap jika yang mengetuk pintu adalah maling.

Lama tak ada jawaban, Jihye mengernyit heran. Ia hendak kembali bertanya siapa gerangan yang menghampiri kamarnya, namun suara serak seseorang membuatnya menelan saliva berat.

Fiance ✓Where stories live. Discover now