15

50.9K 6K 1.9K
                                    

Saling menatap dengan bibir mengatup rapat. Agaknya Jungkook enggan memulai pembicaraan lebih dulu semenjak kedatangan sang tunangan delapan menit yang lalu.

Pada akhirnya, hembusan napas kasar terdengar keluar lewat mulut tipis Jihye sebab tak kuat dengan keheningan yang membut telinganya mendengung.

“Kau kenapa menyuruhku ke sini?!” tanyanya kesal.

Bibir wanita itu mengerucut bosan. Melipat kedua lengan di atas meja kerja Jungkook, lalu menatap pria di seberangnya penuh kejengkelan.

“Kau sengaja ‘kan agar aku dikeluarkan dari perusahaan Kak Tae?!” tanya Jihye lagi.

Ya, semenjak Jungkook sakit nyaris sebulan lalu selama seminggu, otomatis membuat Jihye meliburkan diri menjadi sekretaris pribadi Taehyung. Karena itu Taehyung memutuskan untuk memecat Jihye.

Alasannya karena; saat Jungkook sudah pulih, pria itu selalu memaksanya datang ke kantor sejak pukul sembilan sampai nyaris sore. Menyuruh Jihye mengantarkan makan siang dan makan bersama di dalam ruangan. Pun meminta bantuan Jihye untuk membuat bahan rapat bersama.

Pastinya Jihye tidak mau menolak jika Jungkook sudah mengeluh lapar dan terus menelepon. Apalagi ketika pria itu mengatakan keuangan perusahaannya merosot jauh karena beberapa kali gagal bekerja sama dengan perusahaan lain.

Tak bohong bahwa Jihye merasa iba. Ditambah wajah frustasi Jungkook yang terlihat kentara sekali.

“Sudah kubawakan makan siang. Cepat makan! Pipimu jadi tirus begitu. Kau tidak tinggal sendirian di apartemenmu, tapi kau seperti tidak diurus sama sekali,” ucap Jihye menyindir.

Jungkook mengusap wajah dengan dua telapak tangannya. Meraih kotak makan di atas meja, kemudian membuka dan menyantap makanannya tanpa pikir panjang.

“Kau kenapa bajingan sekali, sih, Koo?”

Jungkook mendongak. Dua bulan sekiranya Jungkook tidak mendengar panggilan 'Koo' yang keluar dari bibir Jihye untuknya.

“Kenapa susah sekali membencimu? Kenapa aku tidak bisa menyerah dan mengalah untuk Minjae? Padahal jelas-jelas aku tahu kau tidak akan mencintaiku.”

Pria Jeon itu menghela napas usai menelan makanannya. “Makanlah. Bibirmu pucat.”

Jihye refleks mengulum bibir sesudah mendengar ucapan Jungkook. Wanita itu memang tidak memakai riasan apa pun sebelum berangkat ke perusahaan Jungkook. Hanya modal bedak bayi agar wajahnya tidak terlihat seperti bangun tidur.

“Tadi pagi mama meneleponku.” Jihye kembali melayangkan suaranya setelah ikut menyantap makan siangnya.

“Terus?”

“Mama ingin kita tidur di rumah utama.” Jungkook langsung mengangguk saat mendengar permintaan sang mama yang menyuruh mereka tidur di rumah utama yang merupakan tempat tinggal kedua orang tua Jungkook.

Jihye melongo. “Bagaimana dengan Minjae?”

Sungguh, meskipun ia senang karena ada kesempatan berdua dengan Jungkook. Namun, tak bohong jika Jihye merasa sungkan dengan Minjae.

“Tidak apa kalau mau menolak. Aku akan memberi alasan logis pada mama nanti,” kata Jihye tidak percaya diri.

“Kenapa? Kau menolak?”

Wanita Park itu lekas menggeleng dengan pipi menggembung karena di mulutnya masih ada makanan. “Tentu saja tidak.”

“Berangkat malam ini?” tawar Jungkook. Pria itu lalu mengambil botol minum yang Jihye bawa dan meneguk air mineral sampai habis.

Fiance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang