05

52.3K 5.4K 1.3K
                                    

Mata elang itu menatap tajam pada sepasang manusia yang tengah saling menautkan jemari di meja kafe.

Jas kerjanya ia tanggalkan, bersama dengan tungkai yang melangkah lebar menghampiri dua insan tersebut.

Manakala pintu kaca kafe terbuka, dan ia berhasil masuk di dalam keramaian kafe, salah satu dari objek matanya telah menyadari kehadirannya.

Langkahnya terbuka lebih lebar, lalu melayangkan satu tinjuan di atas pipi tegas pria yang nampak terkejut akan presensinya.

“Bajingan kau, Jungkook!” Tangannya kembali memberi bogeman di wajah Jungkook, sedang wanita yang duduk di seberang Jungkook hanya dapat membungkam mulut.

“Tae, apa yang kau lakukan?!” Jungkook berusaha melepas cengkeraman tangan Taehyung di kerah kemejanya.

Sudut bibir Jungkook berdarah, pun lebam itu menghiasi pipi dan hidungnya.

“Kau sudah punya Jihye, Kook!” teriaknya marah. “Dan apa yang baru saja aku lihat sekarang?” Taehyung melepas cengkeramannya.

Pria Kim itu berdecih, mengusap bibir dan menyapu pandangan pada beberapa pengunjung kafe yang melihatnya.

“Kau akan menikah, Brengsek!”

Rahang Jungkook mengeras. Punggung tangannya bergerak menyeka darah di sudut bibirnya. “Kenapa memang kalau aku akan menikah? Asal kau tahu ... aku tidak pernah mencintainya, Tae!”

Jungkook kembali menerima pukulan keras di pipi kanannya. “Kau menyakiti wanita sebaik Jihye, Kook-ah!”

“Taehyung sadarlah ...” Jungkook melirik sejenak Minjae yang menunduk. “Tunangan kami terjalin karena bisnis, bukan cinta. Jangan sok menjadi pahlawan, Taehyung-ah.”

“Tapi dia mencintaimu!”

“Dan aku tidak!” Jungkook berteriak tak kalah kencang.

Saat Taehyung akan memukulnya lagi, Jungkook dengan gesit mencengkeram lengan Taehyung dan menghadiahi satu pukulan di pipi mulus pria Kim itu.

“Itu dariku karena kau telah mempermalukanku di depan banyak orang,” kata Jungkook lantas menarik tangan Minjae untuk dibawa pergi.

Taehyung menggeram. Tanpa memedulikan beberapa pasang mata yang menjadikannya atensi, pria itu melangkah keluar dan kembali memakai jasnya.

Ia membelah jalanan menuju rumah Jihye dengan emosi yang membuncah.

Ya, dia menyukai Jihye. Masa bodoh dengan wanita itu yang tidak pernah menyukainya. Yang terpenting, ia harus terus ada saat Jihye membutuhkannya.

Tidak terasa mobil sedannya telah berhenti di pagar besi rumah Jihye. Ketika ia hendak menekan bel, mendadak wanita paruh baya itu keluar dari rumah dan berlari kecil untuk membukakan pintu.

“Taehyung ... datang lagi?” ucap mama Jihye selepas pagar besi terbuka.

Taehyung tersenyum. “Ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan Jihye, Bi.”

Taehyung kembali masuk ke dalam mobilnya, dan mengendarai kendaraan roda empat itu untuk memasuki pekarangan rumah keluarga Park.

“Jiya ada di kamarnya. Dia sedang sakit—tidak enak badan, katanya.”

Manik tajam Taehyung membulat dengan bibir terbuka kaget. “Apa boleh saya masuk ke dalam kamarnya?” tanyanya tidak yakin usai melangkah masuk rumah.

Mama Jihye mengangguk. “Tentu saja. Bibi percaya padamu, Tae,” katanya.

Tersenyum canggung, Taehyung lekas menyusuri anak tangga dan mengetuk pintu kamar Jihye saat kakinya telah berdiri di depan ruangan wanita itu.

Fiance ✓Where stories live. Discover now