23

48.7K 5.7K 1.4K
                                    

Ketukan jari telunjuk pada bibir meja menjadi suara kedua setelah detak jantung yang berpacu dengan cepat. Jihye merasa ditenggelamkan ke dalam Sungai Han delapan menit lalu manakala memasuki rumah langsung mendapati keluarga Jeon—bersama Jungkook, pastinya—duduk di ruang makan berhadapan dengan mama dan papa.

Dehaman berat dari papa sukses membuat manik seisi ruangan terpusat pada pria paruh baya tersebut. "Jadi, apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan padaku, Jeon Daehoon?"

Jihye tercekat ketika pandangannya bertemu dengan Jungkook untuk beberapa saat sebelum pria yang enam jam lalu ia temui itu menyeringai tipis di samping sang papa.

"Bukan tanpa alasan aku ke sini, Park Hyemin," ujar papa Jungkook. Pria sebaya dengan papa Jihye itu menggulirkan atensi pada Jihye yang sejak tadi menyapu pandangan ke seluruh ruang makan karena panik. "Bagaimana bisa anakmu membatalkan pernikahan yang akan diadakan satu bulan lagi? Aku dan anakku bahkan nyaris sudah mempersiapkan semuanya."

Jihye menghela napas dalam. Dipandangnya sang papa yang mengedikkan satu alis sambil menatapnya, kemudian tersenyum tak enak sebelum menatap papa Jungkook dan berkata, "Papa Jeon, maaf sebelumnya. Tapi tidak ada kecocokan di antara kami. Sejauh enam bulan membiarkan cincin melingkari jari kami berdua, selama itu pula tidak ada cinta di antara Jiya dan Kak Jungkook.''

"Benarkah begitu, Jungkookie?" tanya mamanya dengan mata berkaca-kaca dan suara serak. Jihye mendadak iba. Ingin rasanya mendekap mama Jungkook, tapi ia hanya bisa duduk di kursinya sembari menggigit bibir bawah.

Jungkook mengulum bibir sejenak. "Y-ya," jawabnya skeptis. Pria dengan pakaian kantor yang masih lengkap itu melirik Jihye sebentar sebelum beralih menatap lembut sang mama. "Jiya benar ... tidak ada kecocokan di antara kami. Daripada harus terus menyakiti, Jungkook dan Jiya memilih untuk berpisah. Lagi pula ... Jiya sudah memiliki pacar. Bukan begitu, Jiy?"

Terkejut akan penuturan Jungkook, wanita Park itu merasa tersentil. "A-ah, tidak. Meskipun kami tidak saling mencintai, Jiya tidak pernah berpikir untuk selingkuh," jawabnya balik menyindir.

Sebenarnya siapa yang selingkuh di sini, Brengsek?

"Tidak perlu khawatir, Daehoon-ah. Untuk uang ..." Papa Jihye menjeda sejenak ketika tangan dingin anak semata wayangnya meremas satu tangannya yang berada di bawah meja. "... aku tidak akan mempermasalahkannya lagi—asal anakku bahagia dengan pilihannya," lanjut papa sukses membuat Jungkook tertegun.

Pria bermarga Jeon itu membenarkan posisi duduknya. Kesepuluh jemarinya bertautan di atas meja dengan mata menatap Jihye lekat. "Jungkook yang akan melunasi semua hutang papa," katanya. "Papa atau Mama bisa mengirim seluruh jumlah kekurangan papa Jungkook yang belum dibayarkan."

"Kak Jung, ini bukan masalah hutang," timpal Jihye. Wanita itu tentu merasa tidak terima ketika Jungkook mengeluarkan nada dingin bersama raut kesalnya saat melihat ke arah papa. "Papa hanya—"

"Kau pikir tanpa uang bisa menyelesaikan segalanya?" potong Jungkook sontak membuat kepala Jihye mendidih. "Tidak, Jiy. Aku tidak ingin ada omongan yang menjatuhkan keluargaku karena tidak mampu melunasi hutang."

"Jeon Jungkook! Jaga bicaramu!" Mama Jihye yang sejak tadi berperan pasif, kini harus bersuara. Wanita paruh baya tersebut berdiri dari duduknya. Dadanya naik turun dengan mata memerah dan jari telunjuk mengarah pada Jungkook. Jihye refleks ikut berdiri dan mengusap lengan sang mama. "Apakah kau berpikir bahwa aku tidak mengetahui semua sikap burukmu kepada anakku? Dengan menghancurkan dan menyakiti anakku ... apa kau merasa sudah hebat?"

Jihye tahu sang mama sudah sangat marah kali ini. Mendengar mama tidak lagi membahasakan dirinya 'Mama' kepada Jungkook sudah cukup menjadi jawaban.

Fiance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang