25

49.1K 5.5K 934
                                    

Jantungnya berpacu dua kali lipat lebih kencang manakala Jungkook kian mendekat ke wajahnya. Aroma alkohol menyeruak hingga membuat Jihye harus menahan napasnya untuk sejenak sebelum kejadian yang tak diinginkan benar-benar terjadi detik itu pula.

"Kak Jung!" pekiknya marah. Jihye buru-buru mendorong dada bidang Jungkook ketika pria itu terlihat lengah.

Dengan gerakan cepat Jihye menggulingkan tubuh kekar Jungkook di sisi ranjang kosong di sampingnya. Sementara itu, Jungkook hanya dapat mengerang pasrah sebab kepalanya tak mampu lagi untuk sekadar menoleh.

Jihye tidak membuang kesempatan ketika tubuhnya telah lolos dari kungkungan Jungkook. Wanita Park itu bergegas menuruni ranjang dan berlari kecil ke arah lemari pakaian untuk mengambil kaos polos milik Jungkook.

"Sungguh ... apakah menolong orang mabuk akan selalu mendapat imbalan berupa muntahan seperti ini?!" gerutunya saat melihat bagian leher sampai piama di area dadanya yang terkena cairan menjijikkan dari Jungkook. Kesal sekali. Seharusnya Jungkook berterima kasih atas perjuangannya memasuki kelab hingga membantu berjalan hingga ke dalam kamar.

Jihye jadi mengingat saat ia menolong Minjae yang sedang mabuk waktu itu. Ketika sampai di apartemen Jungkook, wanita Yu tersebut juga mengotori pakaian Jihye dengan muntahannya. Orang mabuk memang keterlaluan, bukan? Well, tidak mabuk pun Jungkook tetap keterlaluan bagi Jihye, sih.

"Diam di situ!" titahnya berbalik menatap Jungkook yang menutup mata dengan lengan kanannya. "Aku harus membersihkan ini lebih dulu sebelum mengurusmu."

Wanita itu melangkah jengkel menuju kamar mandi. Tidak lupa ia mengunci pintu sebab Jungkook bisa membukanya kapan saja kendati dalam keadaan mabuk.

Jihye berhenti di depan cermin panjang di kamar mandi. Berkacak pinggang usai meletakkan kaus milik Jungkook di atas meja wastafel, kemudian mendesah berat manakala melihat penampilan berantakan dirinya. "Oh, astaga ... bagaimana nasib perutku sekarang?!" dumalnya.

Manik itu kembali menatap pantulan dirinya setelah mengusap perut yang meronta karena kosong. Ingin rasanya menangisi kondisi diri sendiri, tapi Jihye tidak mungkin melakukan itu di saat ada Jungkook. Bisa-bisa pria itu terbangun dan menggedor pintu sebelum memerkosanya.

Melepas seluruh kain yang menempel di tubuhnya dengan hati-hati, Jihye lantas berjalan ke tempat shower berada. Kepalanya mendadak kembali memikirkan kejadian beberapa menit yang telah berlalu.

Apakah dia benar-benar serius dengan ucapannya? Dia mencintaiku? Masih mencintaiku?!

Ada perasaan senang yang berlabuh. Namun, Jihye segera menggeleng sambil mengusap wajahnya yang terguyur air hangat. "Tidak, Jiya ... kau tidak boleh goyah," ujarnya pelan. "Kak Jungkook sudah menyakitimu sedalam ini. Jadi ... kau harus pergi sekarang."

Wanita itu menyelesaikan mandinya dengan cepat lantaran udara semakin dingin. Setelah memakai kaos Jungkook juga celana piamanya, Jihye menyempatkan diri untuk mencuci piama bagian atasnya sebelum keluar dari kamar mandi.

Jihye berkacak pinggang—memandang Jungkook yang tetap terlelap tanpa perasaan bersalah usai membuat kegaduhan kecil. "Kurasa kau harus menjadi psikopat, Park Jihye!" monolognya. "Putus urat nadinya atau cekik lehernya! Seharusnya seperti itu!" gerutunya lagi, lalu menghampiri Jungkook dan menepuk lengan pria itu.

"Koo ... bangun. Sini, biar kubantu mengganti kemejanya." Jungkook menyingkirkan lengannya. Matanya menyipit, membuat pangkal hidungnya mengerut. "Tapi setelah ini Kak Jungkook harus membelikan makanan yang banyak!"

Jungkook membiarkan tangan lentik Jihye meloloskan kancing demi kancing dari kemejanya, sedangkan dirinya kembali menutup mata rapat sembari merasakan kegiatan wanita itu yang kini melepas kemeja dari tubuhnya.

Fiance ✓Where stories live. Discover now