Part 11 - Tian

50.7K 2.2K 12
                                    


Renata Pov

"hahahhaha, sayang aja kamu udah nikah, kalo belum pasti sudah aku lamar hari ini juga" kata tian, aduh jadi gak enak sama davin.

"ni cowok nyebelin banget sih mana ungkit2 kisah lama didepan davin. suasana jadi gak enak kan" batinku dalam hati.

"renata ayo pulang!!! aku capek" katanya marah...

nah kan davin marah. kenapa pake ketemu segala sih dengan si tian ini. davin jadi marah deh.

sejak pertemuan dengan tian davin hanya diam seribu bahasa, diperjalanan menuju rumah pun tetap diam. entah apa yang ada di pikirannya.

"jangan2 dia akan ngebatalin rencana pernikahan kami" kataku dalam hati, aku ketakutan.

"dav, kamu marah aku bertemu dengan tian?" tanyaku pelan.

dia diam saja dan gak menjawab pertanyaanku. aku menghela nafas "mana mungkin kamu marah, dihatimu aku hanya sebagai ibu dari anakmu bukan seorang istri" batinku sedih.

"maaf dav, kalo pertemuan dengan tian tadi merusak rencana jalan2 kita"

"kalo suatu saat aku bertemu dengan dia, aku akan bilang supaya bersikap biasa saja dengan aku dav"

dia makin mempercepat laju mobilnya. seakan2 perkataan aku tadi membuatnya marah.

"dav, pelan2 saja bawa mobilnya, aku sedang hamil dav, aku takut nanti kita celaka" aku ketakutan dan aku pegang tangannya dan menutup mataku.

aku merasakan laju mobil makin berkurang, dan mobil tiba2 berhenti.

aku membuka mata dan melihat davin menatapku.

"besok kita nikah!!, kamu besok pagi ke salon dan dandan yang cantik!!!" katanya masih dengan nada emosi.

"kok mendadak gini, bukannya rencana sabtu dav? aku belum mempersiapkan apapun" jawabku dengan pelan.

"kamu ikuti saja rencana aku,  besok kamu tinggal datang dan kita akan segera menikah" jawabnya dingin.

"kamu kenapa dav, kenapa dingin lagi ke aku, tadi kamu hangat dan baik" tanyaku dalam hati.

aku memalingkan wajah ke jendela dan menatap sedih jalanan.

"kebahagiaanku hanya seumur jagung rupanya" batinku lirih.

setibanya dirumah, davin masuk tanpa menungguku. ketika akan turun dari mobil aku merasakan perutku menegang dan itu sangat menyakitkan.

"sayang kamu capeknya, maaf bunda bawa kamu keliling mall tadi, sabar ya sebentar lagi kita bisa istirahat"

keringat dingin keluar di dahiku karena menahan sakit yang timbul.

"nak jangan sakit sekarang, besok ayah dan bunda mau nikah, kamu harus sehat ya" Kataku mengelus perutku yang mulai membesar.

aku melihat davin meletakkan barang2 belanjaan kami ke dalam kamar.

"dav, aku istirahat dulu ya" kataku dengan wajah pucat.

"renata wajah kamu pucat, kamu kenapa?"  tanyanya

"gpp kok dav, hanya sedikit kram perut aku, dibawa istirahat juga akan sembuh sendiri"

"ya sudah" jawabnya singkat dan dingin lalu dia masuk ke dalam kamarnya.

"dav, tidak cemaskah kamu ketika melihatku kesakitan?"

"kenapa tidak ada reaksi seperti suami2 lain yang mengkuatirkan istrinya, ketika mereka tau istrinya sedang sakit"

"renata, jangan berharap lebih, dia menikahi mu saja seharusnya sudah bersyukur, jangan meminta yang lain" kataku dalam hati.

3. Davin Story'sWo Geschichten leben. Entdecke jetzt