Part 9 - Lamaran

55.4K 2.4K 20
                                    


Davin Pov

aku menatap kosong diari yang ada ditanganku.

"renata kenapa kamu menunggu pria bajingan ini, pria pendendam dan pria yang sudah nyakitin kamu"

"kenapa kamu tutupi kehamilanmu? kita harus berbicara dan menyelesaikan masalah ini" kataku dalam hati dan aku beranjak pulang.

aku gelisah dan gugup, aku bingung.

hari sudah menunjukkan jam 12 ketika aku sampai dirumah. untung aku membawa kunci cadangan.

aku memasuki rumah dengan pelan agar tidak membangunkan seisi rumah. kakiku melangkah menuju kamar renata.

dengan hati2 aku membuka pintu kamarnya dan berharap tidak dikunci, dan beruntung pintunya tidak terkunci.

aku melangkah masuk dengan pelan2 agar tidak membangunkan renata. aku melihat dia tidur, entah kenapa hari ini dia sangat cantik sekali. aku perhatikan perutnya, dan ternyata diari itu benar, perutnya jelas terlihat membesar, berbeda ketika dia memakai pakaian yang menutupi perutnya.

aku terus melihatnya, aku sengaja duduk di kursi dan terus menatapnya.

"davin... maafkan aku..." katanya dalam tidurnya.

aku melihat setitik air mata yang keluar di matanya.

"apa didalam tidur kamu menangis juga? apa begitu cintanya kamu dengan aku" kataku dalam hati.

aku memperhatikan isi kamarnya, kenapa gak ada peralatan bayi. apa dia belum mempersiapkannya.

"tidurlah yang nyenyak renata, nanti pagi kita bicara dan menyelesaikan masalah ini" dan dengan reflek aku mencium keningnya.

lalu aku kembali ke kamar, aku sangat lelah dan ingin sekali beristirahat sejenak.

pagi harinya, aku berencana berbicara dengan renata.

"mom..mom renata dimana?" tanyaku kepada mommy.

"re...renata dikamarnya, kenapa dav..kamu mau apa nanya dia" tanya mommy.

"aku mau ngomong mom, masalah ini tidak bisa didiamkan saja" jawabku

"pelan2 ya dav, jangan marah2" kata mommy.

aku berjalan menuju kamar renata. aku harus tenang.

tok tok tok

pintu kamar terbuka, dia kaget dan gugup setelah tau aku yang mengetuk pintu kamarnya.

"aku boleh masuk? aku mau bicara"

"ma..masuklah dav, mau bicara apa?"

dia mempersilahkan aku duduk, aku masih melihat dia gemetaran dan ketakutan.

aku menatap perutnya, dengan reflek dia kembali menutupnya dengan cardigannya.

"kamu....kamu sedang hamil?" tanyaku to the point.

"gak!!!! aku tidak hamil, kenapa kamu menanyakan itu" katanya menunduk.

"kamu lihat mata aku dan katakan sekali lagi"

dia menatapku "aku tidak hamil dav, aku memang agak gendutan karena lagi doyan makan aja, kamu jangan takut, gak akan ada anak diantara kita" katanya pasti.

aku marah mendengar jawabannya..  tega dia membohongi dan mengatakan anak itu tidak ada.

aku bangkit dari kursi dan berjalan menghampirinya dengan wajah marah.

"kamu kenapa dav, jangan mendekat... jangan sakiti aku lagi" katanya takut.

aku memegang bahunya

"lepasin dav, jangan lagi....." katanya disela isakan tangisnya.

aku mendorongnya keatas kasur dengan lembut. aku gak ingin menyakitinya... aku hanya ingin dia jujur.

"davin aku mohon, jangan lakukan hal ini lagi..." katanya memohon

setelah aku membaringkannya dia berusaha untuk tidak menatapku.

"benar kamu tidak hamil?" tanyaku.

"aku....aku tidak hamil dav, kamu kenapa selalu menanyakan hal itu"

"ya sudah kalo kamu memang tidak hamil, sekarang kita lakukan lagi"

aku berancang2 mau melakukan hal itu. aku melihat ketakutan dimatanya, aku menghentikan dan dengan cepat aku menghalau tangannya yang menutupi perutnya. aku membuka cardigan dan dengan jelas aku melihat perutnya yang membesar.

"kamu sedang hamilkan, jangan bohong juga lagi, aku sudah tau" kataku emosi.

dia bangkit dari tidurnya dan berusaha menjauh dariku.

"dav....davin...maaf.... maaf... jangan sakiti aku, jangan sakiti anak aku.." katanya histeris.

aku melihat dia berusaha melindungi perutnya.

"ya allah renata mana mungkin aku menyakiti anak aku. sebencinya aku dengan kamu, aku gak akan menyakiti anak aku."

dia masih menangis, "kenapa gak bilang kalo kamu lagi hamil anak aku" tanyaku.

"aku....aku takut kamu tidak mau dia" jawabnya lagi.

"terus seandainya sampai kelahiran aku tidak mengetahui kamu hamil, kamu akan bagaimana dan anak kita kamu kemanain?"

"aku akan pergi setelah melahirkan"

"aku tidak mau kamu terbebani dengan kehadiran anak ini"

aku kaget mendengar penyataannya. tidak aku tidak terbebani, dia anakku...

"kamu terlalu pandai mengambil kesimpulan tanpa bertanya" kataku dan aku menghela nafas.

"aku dulu memang bajingan, tapi aku gak mau selamanya menjadi bajingan"

"aku ingin anak itu renata" kataku lagi.

"kamu mau mengambil anak aku dav, jangan dav.... cuma dia hidup aku dav... aku sendirian hanya karena dia aku bisa bertahan hidup" katanya memohon.

"aku juga gak akan memisahkan anak kita dengan kamu renata"

"kita nikah ya... aku mau kamu jadi istri aku..aku ingin anak kita mempunyai orang tua yang sah" kataku pasti.

"aku.... aku gak mau kamu menikahiku terpaksa karena aku hamil dav"

"aku tidak terpaksa renata, dari awal sebenarnya aku ingin tanggung jawab, tapi ego dan dendam telah membutakan mata hati ku"

"kita nikah ya renata, aku gak mau berbuat dosa lagi dengan membiarkan ibu anakku menderita lagi karena menunggu pria bajingan seperti aku"

dia mendekatiku dan memelukku dengan hangat "kamu bukan bajingan dav, kamu pria baik, aku yang memulai semuanya, maafkan aku ya dav"

"aku yang seharusnya minta maaf, aku jahatin kamu, aku

membiarkan kamu berjuang sendiri ketika kamu hamil" kataku menyesal.

"sekarang aku memang belum mencintai kamu, tapi aku akan belajar mencintai kamu..., tapi aku bisa pastikan aku mencintai anak kita, walau kita membuatnya dengan pemaksaan dan dendam"

"kita nikah ya renata, aku mohon"

dia diam tanpa kata hanya isakan tangis yang aku dengar...

tbc

hahhahahahahaha maaf kependekan lagi... 

gimana jawaban dari renata ya... apa dia mau menerima lamaran davin???

nantikan di episode berikutnya

*kiss kiss

3. Davin Story'sWhere stories live. Discover now