•THIRTY TWO•

177K 11.2K 332
                                    

🎼 What i'm supposed to do when the best part of me was always you? 🎼
____________

Davin terus menggoreskan pensil kebanggaannya di atas kertas putih. Membentuk sebuah gambar ruangan dengan tiap garis dan sudut yang digambar sangat detail.

Sesuai dengan profesinya kini, seorang arsitek. Biasanya, tangan itu bergerak begitu lincah. Namun malam ini, sesuatu mengganggu pikirannya, lagi.

Rasa rindu itu kembali datang bersamaan dengan rintik hujan yang turun dari langit sore hari ini.

Davin bukan seorang yang melankolis, namun hujan mengingatkannya lagi akan seseorang pemilik aroma vanilla itu.

Di letakkannya pensil yang dipegangnya tadi dengan lemah. Lalu ia mengusap wajahnya kasar.
Wajah cantik milik gadis itu kembali terbayang dalam benaknya.

"It's been a long day, Mil. I miss you so much." gumamnya tanpa sadar dengan mata yang memandang ke arah luar jendela yang menampakkan bulir-bulir air hujan yang jatuh ke permukaan tanah.

                       -•••-

Indonesia, 8:09 PM.

Kamila tak henti-hentinya mengulas senyum di wajahnya kala menginjakkan kakinya kembali di tanah air.

Bersama Mamanya, ia melangkah di sepanjang bandara Halim Perdana Kusuma seraya menggeret koper-kopernya.

"Ah, I miss this country so much Mil." ungkap Mamanya sambil tersenyum.

"Iya Ma, Kamila juga. Ah, Aku juga rindu Mbok Nur." balas Kamila riang.

Mamanya mengangguk setuju lalu mereka berjalan memasuki taksi yang sudah dipesan tadi.

Kamila dan Mamanya duduk mantap di dalam taksi. Selagi taksi itu melaju, mata Kamila terus menatap gedung-gedung tinggi dan langit malam kota Jakarta.

Langit malam yang indah tanpa taburan bintang hanya ada gerimis yang menambah dinginnya malam.

Rasa rindu pada Kota Jakarta yang sedari tadi Kamila salurkan dengan memandang indahnya lampu-lampu yang menyala diantara gelapnya malam, seakan terhenti seketika.

Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang kala mengingat seseorang.

Kota ini yang mengenalkannya pada sosok itu.

Kamila menyandarkan punggungnya di jok taksi lalu menatap lurus ke depan dengan pandangan kaku.

Ia takut.

Ia bingung.

Ia tak ingin,

Tapi, ia rindu.

                    -•••-

"Whoaaa! Mil! Gila cantik banget lo sekarang! Kangennnn!" lengkingan itu terdengar memenuhi kedai yang tengah mereka tempati sekarang.

Siang ini, Kamila, Difa, serta Lisya tengah berkumpul di sebuah kedai terkenal di Jakarta untuk melepas rindu. Disusul dengan Revo serta Alden yang belum sampai ke kedai tersebut.

"Eh, 7 tahun loh! Wajar lah gue antusias begini." ucap Lisya dengan binar di wajahnya.

Kamila tertawa.

"Temen gue cantik amat ya, pangling gue." ungkap Edo sambil menatap Kamila takjub.

"Elah, cantikan juga Lisya noh." sangkal Kamila.

"Wah, yang ini mah gak usah ditanya. Selalu cantik. Asik dah ah!" seru Edo membuat Lisya menatapnya dengan aneh tapi tetap tersipu.

"Jadi, ceritanya lo udah ngisi nih Dif? Eh gila udah mau jadi emak emak lo," celetuk Kamila senang melihat sahabat karibnya yang sudah hamil 3 bulan.

VinkaWhere stories live. Discover now