BAB 27 : Memaafkan

60 7 1
                                    

"Semoga aku selalu mempunyai hati seluas samudera untuk memaafkan hal-hal yang seharusnya susah untuk di terima, cause i believe God is always good."

-Ayara senja lara-

***

"Terus, Abang, pulangnya kapan?"

"Besok, kita jemput Abang, sayang, tapi ayah ga ikut dulu gapapa kan?"

"Kenapa?.." Tanya ayara, yang bahkan sudah tau jawabannya.

Sintia tersenyum manis, dan itu menyakitkan di mata ayara. "Besok, ayah nganter dulu mbak Syifah.. mengerti ya sayang?"

Anggukan, hanya itu yang ayara berikan, "bunda.. kenapa kejujuran sering kali menyakitkan?" Tanya ayara.

"Kejujuran yang di dasari kebohongan memang seperti itu nak.. tidak bisa kita pungkiri, bahwa itu menyiksa. Tapi, bagaimana pun, kejujuran akan selalu menjadi pemenang meskipun itu semua di selimuti dengan kebohongan."

"Abang tau soal ini?" Tanya ayara lagi.

Sintia mengangguk, "Abang tau sejak kelas 7 SMP.. dia marah.. kecewa, dan bunda melihat itu semua.. bahkan, Abang yang tidak pernah berani membentak ayah di saat itu, dia berani membentak ayah.. itu alasan kenapa ayah dan bunda menyembunyikan kejujuran ini sayang.." ungkapnya, bulir bening jatuh membasahi pipinya yang putih. Sintia mulai terisak.

"Perlu kamu tau sayang.., itu semua bukan keinginan bunda.." sahutnya lagi dengan lirihan.

Jangan tanya bagaimana keadaan ayara, dia ikut terisak dengan kepala yang menunduk.

"M-maafkan b-bunda ayara.."

"A-ay-"

"Assalamualaikum" salam seseorang dari luar yang langsung masuk.

Ayara dan Sintia mengangkat kepalanya, "W-waalaikumsalam" jawab mereka.

"S-senja.."

Iya, itu Rega. Dengan kantung plastik yang dia pegang, dan aishi yang dia gendong. Rega menatap kedua wanita di hadapannya, berantakan. Hanya itu yang bisa Rega lihat dari keduanya.

Aishi yang berada dalam pangkuan Rega meminta untuk di turunkan, dan langsung beranjak ke pangkuan Sintia. "Bunda nangis yaaaa??" Tanya nya, dan langsung melihat ke arah kakaknya.

"Kak Ay juga???"

"Bunda sama kak ay kenapa nangis?.." tanya anak kecil itu dengan air muka yang bersedih.

Rega menghampiri anak kecil itu, dan berjongkok menyetarakan tinggi badannya "Aishi.. aish ke kamar dulu ya sayang?" Pinta ayahnya dengan tersenyum.

"Aishi tidak perlu ke kamar ayah, dia harus tau dari sekarang." Cegah Ayara mengangkat wajahnya, dan terlihat dari air mukanya yang sembab.

Rega termenung, dan pikirannya bernostalgia ke tahun dimana Tio melawan dirinya.

"Sini, adek duduk dekat kakak" Pinta Ayara menepuk-nepuk sofa kosong di ruang tamu.

Hening.

Tidak ada yang memulai pembicaraan.

"Aishi..., kalau..., Aishi punya..., 2 ibu gapapa kan sayang?" Tanya sintia memulai pembicaraan itu.

TENTANG SENJAWhere stories live. Discover now