BAB 17 : Makanan favorit?

58 11 0
                                    

Assalamualaikum..
Haii..
Jangan lupa tinggalkan jejak ya.. mau sekedar vote ataupun komen.





"Membicarakan hal-hal tidak penting itu penting"

-Reynaldi Aditya Wisnu hasidi-

(Rey mbayang)










****

Pagi hari yang dinanti, karena hari ini adalah hari Minggu yang tidak perlu berangkat sekolah.

"Ay nanti kamu mau keluar ga kalo siang?" tanya sintia

Ayara yang selalu merasa kaget itu langsung berjinjit berdiri dari duduknya.

"nda.. Jangan ngagetin kenapa?.." lirihnya

Sintia lupa, bahwa anaknya itu tidak boleh di kejutkan seperti tadi. Sedangkan dirinya ingin tertawa karena kekhilafannya itu.

"Maaf sayang bunda lupa.. Hehe.." jawabnya dengan kekehan. Ayara sudah bisa memaklumi lagi, ayara dan sintia seperti dua hal yang saling melengkapi. Sintia yang suka mengagetkan dan ayara yang suka terkejut.

Ayara baru sadar bahwa tadi dirinya di tanya. "eh- tadi bunda nanya ya?" tanya balik ayara

"iya, nanti siang kamu ada urusan di luar nggak?" tanya ulang Sintia yang pokus pada handphone nya.

"kayanya nggak sih nda, lagi gapunya urusan di luar" jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang tengah ia baca

Kamar yang bernuansa putih itu, sangat sederhana.. Ada meja belajar yang tersusun rapih dekat lemari baju, dan ada kaca gantung yang bertengger di dinding dekat Lemari.

Sintia yang mendapatkan jawaban sesuai ekspektasi itu melebarkan senyumnya "bener kan? Jangan kaya dulu lagi pas di butuhin sama bunda malah tiba-tiba keluar sama Sena" peringat juga gerutunya.

Mengingat dulu pernah berkata seperti itu, dan bunda Sintia hanya takut. Karena hari ini akan ada temannya yang berkunjung.

"iya insyaallah nda, emang kenapa sih?." tanya balik ayara.

"nanti siang mau ada temen bunda sama anaknya, nah kamu baiknya temenin anaknya itu. Dan dia juga seumuran sama kamu ay, katanya sih mau pindah juga ke smatya" jelas bunda sintia, supaya ayara tidak terlalu kaku nanti bersama teman barunya.

Ayara manggut-manggut tak lama dari itu ia bertanya "anaknya perempuan kan Bun?"

"iya lah perempuan" sahut bunda Sintia mendelikan matanya. Bagaimana bisa ayara bertanya seperti itu? Emang bundanya mengizinkan kalo dia duduk temenan sama laki-laki? Tentu tidak kan?! Pikir sang bunda.

"okeh bunda ku sayang kalo gitu ayara senja lara yang imuet ini mau rutinitas pagi dulu ya.." jawab ayara lalu berjalan untuk menyimpan buku yang telah ia baca

"mana ada imut! Yang ada amit-amit" delik sang bunda bergurau

"jangan lupa ayara ini anak bunda.. Ayara amit-amit bunda lebih amit-amit kan?.." seringai ayara, tidak lama dari itu mereka sama-sama tertawa.

Itulah bahagia, sederhana tapi tak semua orang bisa melakukannya.

"yaudah kalo gitu bunda ke dapur dulu, nanti kamu bantuin bunda buat cicipi masakan bunda ya ay" ucap Sintia lalu berlalu pergi keluar kamar setelah mendapatkan anggukan dari ayara

"temen bunda banyak juga ya.." gumamnya. Lalu cepat-cepat mengambil handuk untuk mandi.

ya iya lah buat mandi! Di kira buat makan?!

TENTANG SENJAWhere stories live. Discover now