BAB 11 : Sebuah fakta

71 10 1
                                    


menata hati yang tak utuh, menyembuhkan luka yang tak terobati, dan menghilangkan duka yang menjadi selimut bahagia. aku sembuh bersama waktu bukan orang baru. kesalahan tidak akan ku ulangi apalagi sampai mencari pengganti. sudah, kita hanya perlu berterimakasih kepada beliau yang pernah membuat tawa pada sebuah duka, memberi pelangi di kala badai menerpa. sulit di deskripsikan, karna kamu tokoh yang tak ku harapkan.

-Ayara senja lara-

***

Bukan ikhlas namanya jika masih di bahas, bukan pula sabar namanya jika masih selalu di umbar.

-Rega Wijaya Kusuma-







*****

Sore di taman rumah belakang sangat tenang, bahkan sangat sejuk. Ada mawar merah yang tertanam rapih di sana, bahkan bunga-bunga lainnya.

Sore ini ayara tidak berniat kemana-mana dan memilih diam di balkon kamarnya melihat senja yang sedang di Giring gelap sinarnya.

Ayara tengah melamun memikirkan kejadian tadi di sekolah, mungkin jika bukan karena dirinya yang pemaaf dia sudah menjadi pasien para psikiater.

"yang jahat di sini siapa, tuhan?"

"Kenapa sulit bagi setiap orang melupakan hal yang menyakitkan?"

Ayara terus membatin, sampai tidak tau bahwa pintu kamarnya sudah ada yang membuka.

Rega, dia pulang lebih awal karena mendapatkan kabar dari keponakannya, Sena.

"Hai cantik, assalamualaikum.." sapa ayah nya kepada ayara

"eh- ayah.." sapa balik ayara yang langsung mengubah posisi duduknya dan membiarkan ayahnya menghampiri dirinya saja

"kalo ada yang ucap salam, kita harus apa hm?" tanya nya

"Menjawabnya ayah" jawab ayara dengan menunduk

"Barusan ada yang salam, udah di jawab belum?" tanya nya dengan sangat lembut sehingga membawa penenangan.

Sedangkan ayara hanya menggeleng sebagai jawaban untuk pertanyaan itu.

Karena terkadang, jika sesuatu yang sedang terasa sakit sangat sulit untuk berbicara apapun.

"Ayo jawab dulu" ucap nya lagi dengan pembawaan yang tenang

"wa'alaikumsalam ayah" jawab ayara meskipun sedikit tersekat di dalam tenggorokan

Ayara sedang merasakan bahwa sakitnya terasa lagi. Dadanya sesak, nafasnya memburu, bahkan kata-katanya pun berhenti di tenggorokan karena rasa sesak.

Karena terkadang, Lelah yang tersimpan rapih akan rapuh jika dia sudah mengeluh.

"Senja?" tanya Rega untuk kesekian kalinya karena dari tadi putrinya hanya melamun

"Sakit ayah..." ungkap ayara

"Sabar ya sayang? Insyallah sakit kamu akan sembuh, ntah karena waktu.. Atau seseorang.." jawab ayah nya dengan memeluk ayara sambil mengusap puncak kepala putrinya itu

"Kamu sakit, ayah jauh lebih sakit nak.. Karena selama ayah hidup, ayah tidak pernah mendengar ada sodara kandung yang berani mengungkapkan cintanya meskipun masih satu nasab" jelas Rega yang memahami hati ayara

"Ayah, senja udah maafin Abang, tapi kenapa masih sakit?.. Hikss.." ungkap ayara dengan Isak tangisnya yang mulai terdengar

"Nak, perlu kamu tau.. bukan ikhlas jika terus di bahas dan bukan sabar jika masih mau di umbar.."

TENTANG SENJAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant