Part:41

7.6K 932 64
                                    

Vote and comment juseyo...
....



Pernahkah kamu berpikir, kalau cukup mempunyai satu orang saja dalam hidup mu, maka kamu akan baik-baik saja. Orang yang mengerti akan diri mu, orang yang selalu ada tanpa kamu minta, dan orang yang perhatian dengan caranya sendiri, tapi berhasil membuat mu merasa aman dan nyaman setiap berada di dekatnya.

Hal itulah yang selalu dirasakan Bastian sejak awal pertemuannya dengan Erick. Pertemuan yang sangat berarti bagi Bastian, dan tidak mungkin dia lupakan.

Tepatnya 8 tahun lalu, disaat mereka berusia 9 tahun. Bastian merupakan anak baru di SD tempat Erick menempuh pendidikan saat itu.

Flashback

"Aiss sakit" ringis Bastian kecil memegang perutnya yang terasa sakit. Dia menyandarkan tubuh kecilnya di pohon belakang sekolah, menahan rasa sakit di tubuhnya. Setelah tidak diberikan makanan selama 3 hari dan dikurung di ruang gelap oleh keluarganya.

Menjadi anak tengah bukanlah hal yang mudah bagi Bastian, apalagi dengan hidup di keluarga yang menuntut akan kesempurnaan. Sedangkan dirinya sendiri tidak pernah mampu mengikuti standar yang selalu diminta oleh keluarganya.

Bukan karena dirinya bodoh, tapi manusia tidak pernah sempurna bukan? Padahal, Bastian sendiri sudah berusaha untuk melakukan yang lebih baik.

Tapi keluarganya tidak pernah merasa puas akan hal itu.

Dia selalu dibandingkan dengan Abangnya dan diminta untuk menjadi sosok sempurna untuk menjadi panutan adeknya, disaat tidak ada seorangpun dari mereka yang mendukung dirinya.

Apalagi setelah kejadian 4 hari lalu. Dimana dia mendapatkan nilai jauh dari dibawah dari biasanya, karena hari itu anak yang berusia 9 tahun itu dipaksa untuk ke sekolah sedangkan keadaannya sedang tidak baik-baik saja karena demam tinggi.

Hal hasil, semua pelajaran yang dia pelajari, tidak satupun yang bisa jawab saat ujian karena tidak bisa menahan rasa pusing di kepalanya. Berakhir dirinya pingsan di sekolah, bahkan mengalami mimisan.

Tapi bukannya kekhawatiran yang dia dapatkan, melainkan bentakan dan hinaan yang dilontarkan orang tuanya akibat nilainya yang rendah. Dan anak kecil yang bahkan masih belum sembuh itu, dihukum kurung tanpa makanan selama 3 hari lamanya.

"Hiks sakit hiks" ringisnya memegang perutnya yang benar-benar terasa sakit. Dia ingin makan, tapi dirinya tak diberikan uang sedikitpun oleh orang tuanya.

Bastian akhirnya hanya bisa meringis dan menangis sendirian ditaman belakang itu, hingga dia mendengar gerutuan dari seseorang. Membuatnya langsung menghapus air matanya, karena dirinya tidak boleh terlihat lemah oleh orang lain.

Begitulah yang diajarkan papanya padanya.

"Iss apa sih enaknya bermain sama si kembar itu, aku juga bisa beli mainan bahkan lebih bagus dari mereka"

"Tapi kenapa Arga selalu main sama mereka, dan nggak mau main sama aku lagi"

"Apa aku beli banyak mainan aja ya, nanti ajak Arga main sama-sama lagi?" gerutunya dengan raut wajah kesal.

Bastian hendak bangkit dan pergi dari sana, dia sungguh ingin sendirian, dan meluapkan rasa sakitnya sendirian.

Tapi, karena tubuhnya yang terasa tidak kuat, akhirnya dia kembali terjatuh membuat atensi anak kecil yang dia lihat tadi tertuju padanya.

"Hy kamu gapapa?" Tanya Erick kecil membantu Bastian untuk bangkit.

"Aku gapapa, m.. akhzz" ringis Bastian kembali memegang perutnya yang benar-benar terasa nyeri.

Who am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang