Part:9

13.5K 1.2K 47
                                    

Vote and comment juseyo...
...

"Kalian dari mana?"

Arga dan Erick dengan kompak melihat ke arah sumber suara. Pupil mata Arga langsung bergetar ketika melihat tatapan tajam Devan mengarah padanya.

"Tadi Erick minta Arga buat temani Erick yah, di markas Erick butuh seseorang"

"Jadi dari pada dia nggak ngapa-ngapain di sini, lebih baik jadi pelayan pribadi Erick aja kan yah?" ujar Erick menatap Devan dengan senyumannya, berharap perkataannya yang tanpa pikir panjang itu dipercaya oleh Ayahnya itu.

"Kamu kalau butuh pelayan pribadi nanti ayah carikan, tapi tidak dengan anak ini" ujar Devan tegas, membuat Erick seketika gugup apalagi melihat tatapan melisik dari ayahnya itu.

"Kenapa harus cari yang lain, kalau ada budak yang nganggur di mansion ini, kan aneh dia enak-enakan tinggal di sini tanpa ngelakuin apapun, jadi lebih baik dia lebih berguna di sini"

"Lagipula, Erick sudah terlanjur suka sama dia" ujar Erick meyakinkan dengan ekor matanya menatap Arga yang tampak menunduk ketakutan.

"Suka?"

"Erick suka mempermainkannya haha, rasanya menyenangkan" ujar Erick tertawa dan diangguki oleh Devan. Entah itu anggukan percaya atau tidak, Erick sendiri bahkan tidak bisa membaca raut wajah ayahnya itu.

"Terserah kamu saja"  ujar Devan dan dibalas senyuman puas oleh Erick.

"Tapi sekarang ayah mau bicara sama dia, kamu bisa pergi ke kamar" ujar Devan membuat senyuman Erick luntur seketika.

"Buat apa?"

"Ini urusan ayah"

"Tapi..."

Erick seketika menutup matanya ketika Devan menatapnya dengan tatapan tajam.

"Sial kalau gini pasti dia bakalan dipukulin sama ayah, gue harus gimana nih?" Batin Erick menatap Arga yang hanya diam, tapi dari raut wajah pemuda itu jelas-jelas tampak ketakutan saat ini.

Erick merasa kasihan, dia ingin membantu tapi dia tidak tau harus bagaimana. Akhirnya dia melangkah pergi ke kamarnya, dengan perasaan cemas di hatinya, meninggalkan keheningan di ruang tengah itu, dimana Devan yang berdiri tidak jauh dari Arga.

Bahkan maid dan bodygaurd yang ada dimansion itu juga diam, tanpa bisa membantu Arga sedikitpun.

"Ikut saya" ujar Devan melirik Arga sekilas dan diangguki oleh Arga, tanpa bantahan.

"Ga.."

"Hmm kak, tolong bawain ini ke kamar Arga ya" ujar Arga tersenyum tipis pada Nana yang berada di sampingnya.

"Tapi..."

"Arga gapapa"

Setelah mengatakan itu, Arga langsung pergi meninggalkannya Nana setelah memberikan kantong belanjaannya tadi, mengabaikan tatapan kasihan orang-orang padanya.

Arga meremat jarinya kuat dengan kepala tertunduk, dirinya mengikuti setiap langkah Devan yang ada didepannya tanpa bertanya sedikitpun

Hingh Devan dan Arga sampai dibagian paling belakang mansion, yang jarang didatangi oleh orang-orang.

Devan membuka pintu besi yang di bagian dinding tinggi mansion itu, kalau dilihat dari jauh pintu itu tertutup oleh pohon besar, sehingga tidak akan ada yang menyadari ternyata ada pintu di sana.

Bahkan Arga sendiri bingung, karena baru tau ada pintu itu selama tinggal di mansion ini, dirinya mau bertanya pada Devan tapi urung setelah Devan membuka lebar pintu tersebut.

Who am I?Where stories live. Discover now