Part:8

14.3K 1.2K 63
                                    

Vote and comment juseyo...
...

Akhir-akhir ini Arga dibuat heran dengan kelakuan Erick yang lebih banyak meluangkan waktu dengannya. Bukannya tidak senang, malah Arga sangat merasa senang bisa menghabiskan waktu santainya dengan pemuda itu. Dia merasa seperti kembali ke masa kecil lagi, dimana kemana-mana mereka selalu pergi berdua.

Walaupun sekarang, terasa sedikit berbeda karena Arga selalu ingat statusnya yang hanya seorang budak, membuat pemuda itu harus berhati-hati dalam bertidak. Tidak seperti waktu kecil dulu, dia bisa bebas bersikap seperti apapun pada tuan mudanya itu.

Terlebih sikap Erick yang selalu memaksanya untuk ikut bersamanya, menemaninya berbelanja atau pergi ke tempat teman-teman Erick itu, dimana dirinya dijadikan babu mereka di sana.

Erick bahkan hanya diam saja ketika dia diperbudak oleh teman-temannnya, membuat Arga yang awalnya merasa senang karena mengira Erick mulai kembali menerimanya, seketika berpukir kalau Erick masih saja ingin mempermainkannya.

Sehingga membuat Arga tidak mau terlalu berharap, dan hanya menjalani apapun begitu saja dengan sedikit terpaksa.

Seperti saat ini, Arga duduk di samping Erick yang sedang duduk bersama anggota gengnya.

Mereka saat ini fokus ke salah satu gadis yang tadi dibawa oleh Panji, yang katanya perempuan itu merupakan sepupu Panji.

"Jadi nama kamu Chika ya, sekolah dimana?" Tanya teman Erick yang bernama Rafa dengan nada menggoda.

"Chika sekolah di tempat yang sama dengan kak Panji kok kak" jawab Chika dengan senyuman di wajahnya membuat orang-orang yang ada di sana terpana.

"Ehemm tapi kok kakak nggak pernah liat, padahal sekolah udah mulai 2 minggu?" Ujar Bastian, pemuda yang sebelas dua belas dengan Rafa yang suka menggoda seorang perempuan.

"Chika ini punya tubuh yang lemah, jadi keluarganya jaga dia banget, dia juga baru keluar rumah sakit beberapa hari yang lalu" ujar Panji memakan kacang dengan membuang kulitnya sembarangan.

"Kalau baru keluar dari rumah sakit, kenapa diajak ke sini?" Tanya Erick menatap Chika.

"Ntah tu dia ngeyel banget dibilangin, padahal tadi gue udah bilang istirahat aja" ujar Panji mengacak-acak rambut Chika membuat gadis itu memanyunkan bibirnya kesal.

"Ihh abang, Chika bosan tau istirahat mulu, Chika udah okay kok, lihat... Chika sehat kan?" Ujarnya dengan nada percaya diri membuat mereka semua kecuali Arga terkekeh pelan merasa gemes dengan tingkah gadis itu.

"Gemesnya" ujar Erick dengan mata berbinar melihat hal itu, dan itu tentu saja tidak luput dari penglihatan Arga yang sepertinya bisa melihat ketertarikan tuan mudanya pada Gadis yang bernama Chika itu.

"Enak aja gemes, Chika itu cantik dan manis, kata mama" ujarnya menatap Erick dengan mata melotot garang sehingg membuat mereka semakin tertawa.

Chika berdengus kesal karena hal itu, hingga tatapan melihat ke arah Arga yang sedari tadi diam, menatap tidak minat ke arah pembicaraan mereka.

"Kalau kamu namanya siapa, kita kayaknya seumuran ya?" Ujar Chika dengan senyuman ramahnya.

"Hmm nama aku Arga, sepertinya begitu" ujar Arga tersenyum tipis dan dibalas senyuman lebar oleh Chika, tapi sepertinya interaksi singkat mereka itu tidak disukai oleh beberapa orang.

"Kamu nggak usah dekat sama dia, dia itu hanya budaknya Erick, dan dia nggak pantas dekat dengan kamu" ujar Panji menatap Arga dengan nada sinis.

"Loh kamu bukan adeknya kak Erick, soalnya Chika lihat kamu sedikit mirip sama kak Erick?" Ujar Chika dengan nada bingung. Membuat mereka semua menatap ke arah Arga dan Erick, berniat membandingkan mereka berdua.

Who am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang