Part:35

9.2K 1K 64
                                    

Vote and comment juseyo...
....


Acara kelulusan Zaka berjalan dengan lancar, dan sekarang seluruh anggota keluarga Wesley sedang merayakan hari kelulusan pemuda itu dengan acara makan-makan bersama di kolam berenang belakang mansion Wesley.

Semuanya tampak menikmati, bahkan Argapun juga mulai tampak terbiasa dengan keluarga tersebut. Tidak ada lagi kecanggungan yang dia rasakan, malah perasaan senang karena bisa berada di antar keluarganya tanpa ada penolakan yang diterimanya.

Sedangkan untuk Devan sendiri, dia mencoba saran yang dikatakan oleh abangnya semalam. Dia tetap mengajak Arga berbicang, dan akan pergi setelah melihat Arga yang tampak tak nyaman.

Walaupun membuat Arga keheranan karena hal itu, karena biasanya ayahnya itu tidak akan berhenti mengajaknya berbicara sebelum ada seseorang di antara mereka.

Dia merasa aneh, tapi tak ayal dia sedikit merasa lega karena hal itu. Dan akhirnya, sekarang dia memilih berenang bersama Erick dan Rio. Tentu saja orang-orang dewasa itu hanya mengawasi mereka.

Termasuk juga Devan yang duduk tenang, tidak jauh dari sana. Tapi tidak dengan matanya yang terus fokus pada Arga dan Erick, apalagi ketika melihat Arga yang masih dalam tahab belajar berenang dengan Erick.

"Apa sekarang ayah udah merasa cukup seperti ini?" Ujar Zaka memilih duduk di samping Devan.

"Ayah belum melakukan apapun untuk merasa mendapatkan hasil yang cukup" ucap Devan seakan tau arah pembicaraan putra sulungnya itu.

Zaka terkekeh pelan mendengar jawaban ayahnya itu. "Ayah sudah bertindak sejauh ini saja, Zaka pikir udah bagus loh yah"

"Padahal ayah sendiri tampak kesulitan"

"Ayah tidak melakukan apapun" ujar Devan kembali membuat Zaka menatap ayahnya itu.

"Untuk orang egois dan keras kepala seperti ayah, dengan membiarkan Arga bebas dan memilih mengalah untuk kenyamanan Arga sendiri, itu harus diapresiasi sih"

"Padahal Zaka selama ini selalu merasa was-was kalau ayah malah mementingkan diri ayah sendiri" lanjut Zaka menatap Devan.

Zaka adalah salah satu saksi bisu, melihat keterpurukan Devan selama Arga memilih pergi. Ayahnya itu benar-benar kacau, belum lagi dia harus berhadapan dengan trauma kelamnya.

Sebagai seorang anak, tentu saja Zaka tidak pernah merasa senang melihat hal tersebut. Tapi dia perlahan dia mulai tenang dan senang melihat ayahnya itu mulai bangkit dari traumanya, dan mulai menerima kematian oma dan bundanya.

Dan sekarang, dia harap ayahnya itu bisa mampu bersabar untuk bisa meluluhkan dan mengobati trauma yang dialami oleh adek bungsunya itu.

Zaka akan selalu mensupport ayahnya itu. Walaupun hubungannya sendiri belum bisa sedekat seperti Erick dan Arga. Tapi setidaknya, Arga tidak pernah menghindarinya, dan masih bisa bersikap santai padanya. Walaupun, Arga terlihat masih enggan untuk memulai pembicaraan dengannya.

"Itu tidak ada apa-apanya" ujar Devan dengan helaan nafas pelan, dan dibalas senyuman tipis oleh Zaka.

Mereka akhirnya berbincang ringin, membicarakan penyesalan-penyelasan yang mereka lakukan dulunya, sampai Erick datang dan duduk di antara mereka.

"Nggak ada gunanya, kalian berandai-andai seperti itu, malah keliatan menyedihkan tau nggak?" Ujar Erick dengan tangan yang sibuk mengeringkan rambutnya.

Kemudian dia menghela nafasnya pelan, menatap ayahnya itu dengan tatapan serius.

"Ayah tau, Arga sebenarnya merasa senang setiap ayah bersikap lembut padanya"

Who am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang