Part:11

13.8K 1.2K 72
                                    

Vote and comment juseyo...
....

Arga terdiam kaku ketika Devan memperhatikan tempat itu dengan pandangan menelisik. Kemudian dia refleks menundukkan kepalanya, ketika Devan kembali menatapnya dengan tatapan datarnya.

"Siapa yang meminta kamu membersihkan tempat ini?" Tanya Devan dengan suara dingin dan mengintimidasinya.

"M-maaf tuan, saya kira anda akan senang...."

"Kamu merubah tempat ini"

Arga membungkam mulutnya ketika Devan memotong perkataannya dengan suara lantang dan tersirat kemarahan. Tubuhnya seketika bergetar ketakutan, di saat Devan melewatinya dan masuk ke dalam rumah tersebut.

Tak berselang lama, Devan kembali dengan aura yang semakin mencekam.

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi Arga, membuat rasa panas menjalar di pipi tirus tersebut.

"Kamu membuang barang-barang istri saya"

"Tapi barang itu sudah ru..."

Plak

Belum sempat Arga melanjutkan perkataannya, lagi-lagi tamparan yang dia dapatkan di pipi yang sama. Membuat rasa panas di pipinya semakin terasa.

Arga menggigit bibir bawahnya, menahan emosi yang mengusainya saat ini. Emosi marah, lelah, sedih, bercampur membuat Arga sendiri bingung harus bagaimana. Dia tidak mungkin melawan tuannya itu, bisa saja dia mati karena hal itu.

Arga tidak mau mati terlebih dahulu sebelum bertemu dengan keluarganya. Jadi sebisa mungkin, dirinya menahan semua emosi yang bergejolak di hatinya.

"Memangnya kamu siapa, kamu siapa sampai berani membuang barang istri saya, asal kamu tau..."

"Tempat ini merupakan satu-satunya kenangan saya dan istri saya, dan kamu seenaknya saja mengubah tempat ini"

"Banyak barang-barant yang hilang dan letaknya tidak sama lagi, dan itu artinya juga mengubah bentuk tempat ini"

"Memangnya kamu punya hak haa melakukan ini semua, kamu hanya anak sialan yang nggak berguna"

"Yang hanya membuat saya emosi dan marah sialan, bisa tidak kamu berguna sedikit"

"Sekarang semuanya sudah berubah, kenangan saya dan istri saya sudah hilang, semua itu karena kamu sialan"

"Mati saja kau sialan!"

Arga menahan rasa sakit ketika Devan mulai memukulinya, menendangnya dan bahkan menjambak rambutnya tanpa teriakan meminta ampun ataupun melawan.

Karena selama dipukuli oleh Devan, Arga tau kalau semua itu percuma, malah Devan akan semakin lama memukuli dirinya, kalau dirinya memberontak.

Bugh

Bugh

Bugh

Arga menatap Devan dengan tatapan sayu, ketika tuannya itu sudah mulai berhenti memukulinya. Tubuhnya lemah dan tak berdaya, meringkuk kesakitan di atas rumput, sambil merasakan seluruh tubuhnya yang terasa sangat sakit.

Dilihatnya, Devan saat ini sedang menangis memperhatikan area sekitar. Tuannya sampai menangis karena hal itu, tapi kan dirinya cuma ingin merawat dan membersihkan tempat itu supaya terlihat lebih terawat kembali.

Apa dirinya salah?

Atau Devan hanya sedang kesal dan mencari kesalahan dirinya, untuk memukulnya?

Tapi tidak mungkinkan, karena biasanya kalau Devan sedang kesal salah atau tidaknya dirinya, Devan akan tetap memukulinya.

Who am I?Where stories live. Discover now