Part:23

12.6K 1.2K 69
                                    

Vote and comment juseyo..

...


Arga saat ini sedang memakan makan siangnya sendirian, setelah tadi bermain dengan Gibran, sampai anak itu sekarang sedang tidur siang.

Dengan helaan nafas berat, Arga menatap makanan yang dia buat dan sedikit mendorongnya ke depan.

Merebahkan kepalanya di meja itu dan termenung, mengingat perkataan Aland yang membuatnya kepikiran sedari tadi.

Flashback

"Om terlalu baik, tapi tetap saja saya merasa tidak enak" ujar Arga menatap Aland yang tersenyum kecil padanya.

"Saya tidak sebaik itu, saya bahkan ingin kamu keluar dari sini" ucap Aland dengan tatapan penuh arti, membuat Arga kaget akan hal itu.

"Jangan salah paham dulu, saya bukannya mengusir kamu dari sini" lanjut Aland terkekeh pelan seakan tau apa yang dipikirkan oleh Arga dari raut wajahnya.

Aland akhirnya duduk di sofa yang ada, begitu juga Arga yang masih menggendong Gibran dan beralih memangkunya, duduk di sofa yang berhadapan dengan Aland.

"Yang ingin saya bilang, mau sampai kapan kamu terus bersembunyi Arga, apa kamu tidak ingin mencoba menghadapinya"

Ungkapan Aland ditambah tatapan yang tampak serius itu membuat Arga seketika mengerti arah pembicaraan pria itu.

Dia juga sudah pernah berpikir untuk menghadapinya, tapi perasaannya ketika mengingat apa yang sudah dia lalui selama ini membuatnya enggan untuk keluar dari tempat persembunyiiannya ini.

Karena dia tau, kalau dia keluar, pasti mereka bisa menemukannya lebih mudah.

Sedangkan dirinya sendiri belum siap.

"Saya tau, saya nggak boleh diam terus, mau bagaimanapun saya harus menghadapinya"

"Tapi Om..."

Arga menatap Aland dengan tatapan terdapat kesedihan dan ketakutan di sana.

"Apa nanti saya akan baik-baik saja?" Ujarnya tampak ragu.

Aland tersenyum tipis dan berdiri, duduk disamping Arga dan menepuk pelan bahu pemuda itu.

"Sekarang saya balik tanya sama kamu, apa kamu baik-baik saja berdiam diri di sini?"

"Apa tidak ada kekhawatiran sedikitpun di diri kamu?"

"Apa kamu pernah merasa tenang selama sendirian di sini?"

Lagi-lagi perkataan Aland membuat Arga diam, dan seketika dia menundukkan kepalanya sehingga tatapannya langsung bertemu dengan Gibran yang menatapnya dengan tatapan polos.

Anak itu, sedari tadi enteng memainkan boneka hiunya sendiri, seakan mengerti kalau dua orang yang lebih dewasa darinya itu sedang berbicara serius.

Arga tersenyum kecil dan mengelus rambut Gibran.

"Arga bingung om, disatu sisi terkadang Arga ingin keluar dan bertemu dengan mereka, Arga ingin juga menghadapi masalah ini"

"Tapi..."

Arga menghela nafasnya pelan dan menatap Aland kembali.

"Arga belum bisa berdamai dengan perasaan Arga sendiri, Arga belum siap bertemu mereka" ujar Arga dan diangguki mengerti oleh Aland.

"Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan"

"Tapi om ganti pertanyaannya..

"Bagaimana dengan abang kamu, Erick... Apa kamu juga tidak ingin bertemu dengannya?"

Who am I?On viuen les histories. Descobreix ara