Part:17

14.8K 1.3K 64
                                    

Vote and comment juseyo..
..

Zaka dan Erick saat ini berada di ruang rawat Arga, duduk termenung menatap Arga yang belum sadarkan diri dengan pikiran yang berbeda.

Erick yang mengkhawatirkan keadaan Arga, sedangkan Jaka sedang memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini.

Apa benar opanya akan membawa Arga dengan mengabaikan ancaman dari Devan tadinya, atau malah percuma saja?

Flashback

Revan dan Jaka saat ini menatap tajam Zaka setelah mendengar perkataan Zaka tadinya, kalau Arga memang merupakan anaknya Devan.

Yah, Zaka akhirnya mencoba jujur, seraya berharap kalau ini semua memang pilihan yang terbaik. Apalagi mendengar perkataan Jaka tadinya yang katanya akan membuat hidup Arga lebih baik, dia akan mempercayai hal itu.

Lagi pula, bukannya akan lebih terjamin kalau banyak yang menjaga Arga nantinya. Karena Zaka mulai sadar, dia sendiri bahkan tidak punya kuasa sedikitpun untuk melawan ayahnya.

Jadi, tidak salahnya kan mencoba saat ini. Dia hanya ingin yang terbaik untuk adeknya, dan mencoba melupakan pikiran buruk yang menghantuinya.

"Opa benar-benar kecewa padamu Zaka"

"Selama 15 tahun kalian menyembunyikan fakta ini"

"Apa kamu tidak punya hati haa?

Apa kamu tidak punya hati melihat adek kamu sendiri harus hidup tanpa tau jati dirinya sebenarnya di keluarga ini!" Bentak Jaka benar-benar merasa marah dan kecewa saat ini.

Apalagi ketika mendengar cerita dari Zaka, kalau selama ini Arga selalu mencari uang untuk kebutuhan sendiri, dengan cara mengamen dan sebagainya, bahkan itu sudah dari kecil.

Di saat cucu-cucunya hidup dalam kemewahan, tapi Arga...

Karena keegoisan Devan dan Zaka, hidup cucu bungsunya yang seharusnya dilimpahkan kasih sayang itu, tapi malah jadi seperti itu.

Jaka benar-benar tak habis pikir, bahkan dia tidak bisa membayangkan bagaimana Arga bisa bertahan selama ini.

"Maaf opa, Zaka..."

"Percuma kamu minta maaf sama Opa, opa benar-benar kecewa padamu, kamu bodoh dan pengecut Zaka"

"Opa tidak pernah mengajarkan kalian menjadi bajingan seperti ini" ujar Jaka dengan mata memerah, antara marah dan juga kecewa.

Kemudian dia beranjak pergi dari sana ingin segera menemui Devan, begitu juga Revan yang mengikuti langkah papanya itu, setelah melirik Zaka sekilas.

Sedangkan Zaka yang ditinggal, hanya bisa menghela nafasnya pelan. Karena dia sudah menduga hal ini akan dia dapatkan.

Dia sadar dirinya begitu pengecut, tapi saat ini, Zaka benar-benar berharap kalau Zaka dan Revan benar-benar bisa menyelesaikan masalah ini.

Dia akhirnya ikut berdiri, dan menyusul Revan dan Jaka yang saat ini mengarah ke ruang kerja Devan.

Sesampainya di sana, Jaka membuka pintu itu kasar dan langsung melayangkan pukulan pada Devan, yang memang saat itu sedang berdiri dengan memegang dokumen.

Devan yang mendapatkan serangan mendadakpun dibuat bingung, menatap papanya itu. Beruntung dirinya bisa menyeimbangi posisinya tadi, hingga tak membuatnya jatuh.

"Ada apa?" Ujar Devan dengan ekspresi bertanya-tanya.

"Setelah membuat keadaan putra kamu seperti itu, kamu masih terlihat tenang, kamu benar-benar brengsek Devan" ujar Jaka benar-benar tak habis pikir.

Who am I?Where stories live. Discover now