Part:1

22.8K 1.7K 110
                                    

Vote and comment juseyo..
...

Bugh

Bugh

Bugh

Ctar

Ctar

Suara pukulan, cambukan, gesekan rantai yang saling bertabrakan, memenuhi ruangan sunyi dan gelap di malam hari.

Jangan lupakan seorang pemuda, yang berdiri tegak di sudut ruangan itu, dengan tangan yang menggantung ke atas dan rantai yang mengikat tangannya, menerima semua rasa sakit di tubuhnya.

Ingin rasanya pemuda 15 tahun itu berteriak, memohon untuk menghentikan pukulan dan cambukan  yang menyakitinya. Tapi dia hanya bisa diam, sambil menggigit bibir bawahnya supaya tidak terdengar ringisan sedikitpun.

Karena kalau saja dia berteriak atau bahkan meringis, hukumannya pasti akan semakin lama, dan dia tidak mau itu terjadi.

Pemuda kurus yang memiliki tinggi sekitar 168 cm itu, akhirnya mengangkat wajahnya ketika merasakan tidak ada lagi pukulan dan cambukan yang diterimanya.

Ditatapnya seorang pria yang masih tampak gagah di usia 40 an yang sekarang menatapnya dengan tatapan amarah dan emosi.

Tubuh pemuda itu seketika kembali bergetar ketakutan ketika melihat tatapan itu, tatapan majikan yang selalu dia lihat selama hidupnya. Tapi pemuda itu tetap berusaha terlihat santai, mengabaikan perasaannya yang takut, sedih dan marah.

Ini juga salahnya karena berusaha kabur dari mansion tuannya itu, mengingat identitasnya di mansion ini hanya seorang budak pertukaran seperti yang dibilang seseorang padanya dulu.

Jadi sudah seharusnya tuannya itu marah dan menghukumnya karena  sudah bernai kabur. Pemuda itu tau dia salah, dan siap menerima akibatnya yang lebih menyiksanya nantinya.

Ini bahkan hanya hukuman kecil dari tuannya, tidak tau kedepannya lagi bagaimana karena sudah membuat tuannya marah besar karena ulahnya sendiri.

Seharusnya dia sudah terbiasa dengan hal ini, karena Hal ini bukan pertama kalinya dia terluka seperti ini. Mengingat sudah7 tahun terakhir ini dia hidup sebagai samsak hidup tuannya.

Jadi sudah seharusnya dia terbiasakan?

Tapi kenapa juga, dia masih saja tidak sanggup menerima tatapan tajam dan luka-luka yang menaykitkan ini.

Jujur saja dia sangat lelah, dia ingin beristriahat dan menjauh dari penderitaan yang dia alami selama ini.

Hingga dia berpikir untuk pergi saja dari mansion mewah yang bagai neraka untuknya itu, berniat mencari sedikit kebahagian di luar sana.

Tapi untuk berharap bisa bebas dan merasakan bahagia sedikit saja, sepertinya itu adalah hadiah yang sangat sulit dia gapai.

Pemuda itu kembali menunduk, memejamkan matanya untuk menomalisir rasa sakit ditubuh kurusnya.

Dia bahkan belum makan sedari kemarin, karena terlalu fokus melarikan diri berharap tidak tertangkap. Tapi ternyata, dia tetap kambali ketempat menyakitkan ini dengan keadaan lapar dan terluka.

.

.

.

.

.

Suasana di ruang bawah tanah itu hening. Pemuda itu diam karena sibuk dengan rasa sakitnya, dan tuannya yang sedari tadi juga ikut terdiam melihat ke arah pemuda tersebut.

Entah apa yang dia pikirkan saat itu, melihat pemuda yang bahkan tidak menangis menerima luka itu, bahkan sekarang dengan beraninya pemuda itu menunduk dan tidak menatapnya.

Who am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang