Part:29

8.9K 1K 99
                                    

Vote and comment juseyo..
..

Segera Arga melepaskan pelukannya dengan Zaka, ketika beberapa orang masuk ke dalam lift. Arga langsung menghapus air matanya ketika orang-orang itu menatapnya.

"Adeknya kenapa mas?" Tanya seorang bapak-bapak pada Zaka.

"Gapapa" ucap Zaka singkat sambil mengelus rambut Arga dengan senyuman kecil. Arga hanya diam dan memalingkan wajahnya, sehingga dia dapat melihat pantulannya dari kaca lift tersebut.

Sedangkan yang bertanya tadi hanya diam dan tersenyum kecil, kemudian langsung keluar ketika dia sudah berada di lantai tujuannya.

"Dek, kalau adek nggak sibuk.. apa adek mau bicara sama abang?" Ucap Zaka melihat Arga yang melihat ponselnya.

Arga berdehem sebagai tanggapan dan kembali menyimpan ponselnya, membuat Zaka tersenyum senang karena hal itu.

"Yuk" ucap Zaka menggenggam lembut tangan Arga, ketika lift itu terbuka.

"Katanya mau bicara?" Ujar Arga dengan tatapan tanpa ekspresi menatap Zaka.

"Iya, kita bicara di kamar apartement kalian aja, abang juga ada perlu sama Erick" ujar Zaka dan membuat Arga kembali melepaskan tangannya dari genggaman Zaka.

"Nggak"

Zaka menautkan alisnya bingung, ketika mendengar respon adeknya itu, yang seakan tampak masam ketika menyebut nama Erick.

"Kenapa?"

"Kalau mau bicara sama Erick silahkan, jangan ajak gue" ujar Arga menekan tombol lift kembali..

Membuat Zaka kembali masuk ke dalam, sebelum pintu tertutup kembali.

"Kenapa sih dek?" Ujar Zaka, tapi Arga hanya diam enggan menanggapi. Membuat Zaka menghela nafas pelan, dan berpikir terjadi sesuatu dengan kedua adeknya itu.

"Kamu bertengkar sama Erick ya?" Tanya Zaka to the point, tapi tetap tidak ada tanggapan dari Arga, yang keluar dari Lift menuju Cafe yang ada di lantai 1 apartement tersebut.

"Jadi benar" gumam Zaka dengan helaan nafas kecil dan menyamakan langkahnya dengan adeknya itu.

Dia jadi penasaran masalah kedua adeknya itu seperti apa sehingga mereka bertengkar seperti ini.

"Jadi...."

Belum sempat Zaka melanjutkan ucapannya, setelah dirinya duduk di bangku Cafe, mata Zaka malah membola kaget melihat luka robek di sudut bibir Arga.

Zaka langsung refleks berdiri, dan tangannya mencengkram erat kedua pipi Arga membuat Arga meringis kesakitan seketika.

"Sakit" ucap Arga menepuk-nepuk tangan Zaka, melihat abang pertamanya itu tampak emosi.

Memang apa salahnya?

Padahal baru tadi abangnya itu meminta maaf, tapi sekarang kembali kasar lagi padanya.

"Maaf" ucap Zaka dengan tatapan bersalah dan segera menjauhkan tangannya dari pipi adeknya itu, tapi tidak dengan hatinya yang tengah dilanda emosi ketika melihat luka tersebut.

"Kasar banget sih" gumam Arga dan memegang pipinya yang kembali merasa nyeri. Hingga dia kembali menatap abangnya itu, ketika mendengar nada datar dan perkataan singkat yang tidak dia mengerti.

"Siapa?"

"Apanya?"

"Siapa yang udah mukul adek?" Ujar Zaka dengan amarah yang tak tertahan. Arga tersenyum kecil, melihat itu.

Tapi tidak dengan hatinya yang sudah merutuki Zaka dengan berbagai macam umpatan.

"Cuma luka kecil, lo keliatan marah gini... jadi gimana sama gue yang pernah babak belur karena bapak lo" ucap Arga dengan nada julid.

Who am I?Where stories live. Discover now