Part:14

13.3K 1.2K 46
                                    

Vote and comment juseyo...
...

Jaka tampak terdiam ketika pemuda dihadapannya tadi menatapnya, entah kenapa dia merasa familiar ketika melihat wajah pemuda itu sekilas tadinya, sebelum pemuda itu kembali menunduk.

Dia ingin memastikan kembali, hingga tangannya dengan refleks langsung mencengkram dagu Arga sedikit kasar, sampai Arga menatapnya dengan tatapan ketakutan.

Benar, ternyata dirinya tidak salah, wajah Arga benar-benar terlihat familiar di matanya. Tapi entah dimana dan kapan itu dia melihatnya, sedangkan ini pertama kalinya dirinya bertemu dengan pemuda itu.

Dan hal itu sedikit membuatnya kepikiran dan juga bingung.

"Siapa namamu?" Tanya Jaka melepaskan cengkramannya di dagu Arga.

"A-arga, tuan besar" ujar Arga dengan sedikit gugup dan kembali menundukkan kepalanya.

"Arga?" Beo Jaka dan diangguki patah-patah oleh Arga.

"Tatap saya"

Arga mengangguk dan dengan perasaan gugup diapun kembali menatap Jaka, yang kembali menampilkan ekspresi yang sama seperti tadi.

Sebenarnya ada apa, kenapa tuan besarnya itu tampak terkejut menatapnya.

Arga bingung, ingin bertanya tapi dirinya takut. Dan terkadang hal itu membuat Arga benci dengan dirinya sendiri, yang tidak memiliki keberanian sedikitpun.

"Kamu, sejak kapan bekerja di sini?"

"S-saya sudah berada di sini dari kecil tuan"

Jaka menautkan alisnya bingung mendengar hal itu, karena dia baru mendengar informasi ini.

"Dari kecil, apa kamu anak pelayan di sini?"

"Bukan"

"Terus dimana orang tua kamu, kenapa mereka membiarkan kamu di sini dan menerima tekanan dari Devan?"

"Entahlah, s-saya juga ingin tau jawabannya, kenapa mereka membiarkan saya di sini?"

"Kamu tidak tau dimana orang tua kamu?" Tanya Jaka kembali dan dibalas gelengan oleh Arga.

"Dari kecil saya sudah berada di sini bahkan saat saya masih belum bisa berjalan, saya tidak tau siapa keluarga saya"

Penjelasan dari Arga membuat Jaka semakin bingung, kenapa tidak ada informasi seperti itu yang diterimanya.

Dia pikir tadinya Arga di sini memang bekerja seperti pelayan yang lainnya, tapi ternyata dia sudah berada di sini dari kecil bahkan dia tidak tau dimana orang tuanya.

Sebenarnya dimana Devan menemukan pemuda ini? Dan lagi wajah itu, dia sekarang sadar kalau wajah itu sedikit memiliki kemiripan dengan Devan saat masih remaja.

Yah, Jaka masih ingat jelas karena dia selalu memandangi foto-foto anak-anaknya setiap harinya, dia tidak mungkin salah.

Jadi pertanyaannya, kenapa bisa? Apa ini hanya sebuah kebetulan?

Atau...

Jaka menggelengkan kepalanya ketika sesuatu terlintas di pikirannya. Tidak, putranya tidak mungkin berbuat seperti itu.

Ditatapnya Arga kembali yang juga menatapnya dengan tatapan bertanya.

Jaka berdehem dan kembali mengatur ekspresinya, kemudian dia melangkah keluar begitu saja dan tidak lupa mengunci pintu ruangan itu kembali.

Dari pada menerka-nerka, lebih baik dirinya bertanya langsung pada Putranya itu.

Atau bahkan mencari tau kebenarannya sendirian. Jaka berharap pikirannya salah mengenai Arga, karena dia yakin Devan tidak akan melakukan hal yang dipikirannya itu.

Who am I?Where stories live. Discover now