Bagian 14

132 3 0
                                    

Tergesa-gesa Abimana berlari disepanjang lorong rumah sakit. Meski tujuannya memastikan Bita yang tiba-tiba mengalami anpal kembali, namun fikrannya selalu tertuju pada raut kecewa Laura. Rancana yang telah ia susun hancur sudah. masih teringat jelas pancaran kecewa saat ia meninggalkan Laura sendiri. ingin merutuki diri sendiri, namun apa daya, setelah 2 minggu tidak mengunjungi Bita, ia mendapatkan kabar bahwa anaknya mengalami kejang dan harus segera dilarikan ke Rumah Sakit.

Wita langsung memeluk Abimana ketika melihat kedatangan laki-laki tersebut, rasanya sangat menakutkan melihat Bita yang tiba-tiba mengalami kejang. Apalagi ia saat itu sendiri, menyakisikan kesakitan buah hatinya.

"Anak kita anak yang kuat, pasti Bita dapat melalui semuanya" bisik Abimana, ia juga ikut hancur dengan kondisi anak mereka yang terus menurun. Tak tega rasanya membayangkan kesakitan yang dirasakan oleh Bita. Anaknya yang baru ia temui.

"Aku ga sanggup melihat Bita yang kesakitan Mas" Wita semakin memeluk Abimana erat, menyalurkan ketakutannya. Tak sampai hati melihat Bita yang kesakitan. Dirinya baru akan memulai kehidupan baru, mencoba mengais sisa harapan kebahagiaan.

Mereka berpelukan erat, tanpa tahu dari kejauhan ada hati yang retak untuk kesekian kali melihat keintiman mereka. Meyakinkan hati bahwa ia telah siap melihat sang suami dengan wanita yang dicintai, namun apa daya menyakisan langsung membuat Laura rasanya ingin berhenti bernapas. Sakit sekali melihat orang yang kita cintai mencintai yang lainnya.

"Ternyata kamu begitu mencintainya mas" batin pilu Laura, perasaan yang layu perlahan mati, ia berusaha menjauh dari pemandangan yang memuakkan.

***

Setelah memastikan Bita telah melewati masa kritis, Abimana memutuskan pulang terlebih dahulu. Tak tenang meninggalkan Laura sendiri, padahal mereka telah merencanakan makan malam romantis.

Setiba dirumah, ia tidak menemukan keberadaan Laura dimanapun, mencoba menghubungi namun tak ada jawaban dari istrinya. rasa khawatir memenuhi hatinya. tidak biasanya Laura berpergian tanpa memberitahunya.

"Kamu kemana ra, mengapa tak menjawab teleponku" gumam Abimana sambil terus mencoba menghubungi istrinya.

Akhirnya ia mencoba menghubungi ayah mertuanya, ternyata Laura berada di kediaman ayahnya.

Mengetahui hal itu Abimana langsung menuju kediaman mertuanya, dia harus memastikan keadaan Laura, memikirkan kandungan wanitanya yang telah begitu besar membuat Abimana was-was. Tak ingin terkjadi hal buruk kepada mereka.

"Laura berada di kamar nak, dia terlihat murung ketika datang, ayah tidak tahu mengapa ia tiba-tiba datang tanpa kamu, dia langsung masuk ke kamar tanpa menyantap makan malam" jelas ayah mertuanya ketika abimana menyalami tangannya.

Mendengar hal tersebut Abimana dilanda kekhawatiran yang sangat, tidak biasanya Laura seperti ini, bahkan melewatkan makan malam yang membahayakan kondisinya sendiri.

Ketika membuka kamar tempat keberadaan istrinya, Abimana menemukan Laura yang tidur pulas dengan mata bengkak. seketika itu ia sangat merasa bersalah. Laura pastinya sangat sedih karena ia tinggalkan dan memilih Bita. Namun ia dalam persimpangan yang sulit , tak dapat jujur dengan keadaan yang sebenarnya.

Mencoba memeluk istrinya dari belakang, Laura yang awalnya tertidur, terusik oleh pergerakan Abimana. Ia mencoba melepaskan diri dari pelukan suaminya, rasanya tak ingin dekat-dekat dengan laki-laki pembohong ini. kecewanya sungguh telah mendalam.

"Maafin aku ra, tadi aku terburu-buru, sudah ku jelakan Rian sangat membutuhkanku, ia tak memiliki keluarga disini" jelas Abimana ketika Maura menolak untuk dirinya peluk.

mendengar penjelasan Abimana yang penuh dengan dusta, rasa kecewa itu semakin besar. mengapa ia mencintai laki-laki yang mudah berkata dusta. Mengapa Abimana sangat tega membohonginya sedemikian rupa. Tak adakah rasa iba melihat ia mengandung anaknya. oh, laura tahu, Abimana mungkin saja tidak terlalu memikirkan anak ini, karena Abimana tidak mencintai ibunya. rasanya sangat menyakitkan ketika milik kita tidak diinginkan.

"Bisakah kamu keluar mas, aku ingin sendiri malam ini"

"Aku benar-benar minta maaf ra, Rian tidak memiliki siapapun disini, dan hanya aku teman kantor yang paling dekat dengannya, aku tak akan mengulanginya lagi sayang" pinta Abimana memelas kepada Laura. ia tahu Laura kecewa padanya, tapi ia tak mau meninggalkan istrinnya sendirian.

"Tolong aku butuh sendiri dulu, mas keluar"

" Tapi ra, tolong maafin..."

"Tolong kamu keluar mas, aku ingin sendiri, kamu dengar aku ngga sih mas" teriak Laura. rasanya muak mendengarkan segala penjelasan Abimana yang penuh dengan kebohongan, semakin suaminya menjelaskan semakin sakit hati ini.

Abimana begitu terkejut dengan teriakan Laura, sebegitu kecewakah istrinya hingga meneriakinya seperti itu, ingin ia mendebat namun melihat Laura yang terliat begitu marah membuat mengurungkan niatnya, akhirnya Abimana memutuskan keluar, ia menduga mungkin Laura sensitif karena tengah mengandung.

"Baiklah aku akan keluar, jika kamu membutuhkan sesuatu kamu bisa langsung menghubungiku ya sayang" ucap Abimana sebelum keluar dari kamar mereka.

"Kamu tetap memilih berbohong sampai akhir mas" bisik Laura sedih. Ia semakin teguh dengan keputusan yang akan diambilnya.

***

Menebus seluruh rasa bersalah telah mengabaikan Laura, malam ini Abimana telah menyusun kembali rencana makan malam yang berbeda untuk istrinya. Memikirkan apa yang akan terjadi saja membuat abimana rasanya ingin cepat menemui istrinya.

Kecewanya cukup ia luahkan. Cukup kemarin ia mendiamkan suaminya. Laura bertekad apapun yang terjadi, ia harus kuat sampai waktunya. Secepatnya ia akan membebaskan Abimana dari belenggu pernikahan ini. Bukankah hidup dengan orang yang tak dicintai akan sangat menyiksa, lelah rasanya mengharapkan hati yang tak ingin membuka diri.

"Aku sudah tak mengharap mas"

Laura memperjelas maksud hati. Bukankah kecewa tidak hanya sekali akan menutup diri. ia sudah tak berharap lagi dengan niat baik Abimana. Bukan perkara janji, namun dusta selalu menyertai tak mampu mengobati hati yang terlanjur sakit. Laura berusaha tau diri. Bukankah Abimana terlalu memaksakan. Jika tak ada kebahagiaan menyertai, Laura memilih tak menuruti. Bukankah semua sia-sia, hati dirinya jika tak disini.

"Untuk sekarang tak akan ada gangguan sayang, bersiaplah"

Berusaha membujuk istrinya kembali, ternayata Laura telah sakit hati. Ia merasa sangat mengecewakan. Namun tetap berusaha, ia ingin memperbaiki segala keliru kemarin.

Setelah perdebatan akhirnya Laura setuju, bukankah istri harus mengikuti kata suami, meski hati terasa ingin mati. Seharusnya Abimana berlari kekekasih hati. Apakah laki-laki itu tak lelah berpura-pura mencintai.

"Mari turun sayang"

Abimana tahu Laura mengikutinya setengah hati, namun demi maaf ia akan memberikan persembahan yang indah untuk istrinya. Bukankah kecewa akan sembuh dengan persembahannya yang indah. Ia cukup yakin dengan ikhtiar diri.

Suara panggilan dari handphone Abimana memnghentikan langkah mereka. Laura yang memperhatikan nomor yang tertera sudah menebak. Kekasih hati tidak akan membiarkan Abimana menikmati waktu bersamanya, bukankah sangat tepat ia menghubungi.

"Pergilah, bukankah urusanmu lebih penting"

Laura melepaskan tangan Abimana, ia akhirnya masuk sendiri, bukankah sebentar lagi ia juga akan sendiri, melatih diri cukup ia pahami. Laura tahu Abimana akan memilih pergi.

💕💕💕

Haii..Hai teman-teman, aku kembali melanjutkan cerita ini, terimakasih untuk kalian yang sudah memberikan vote dan comment pada cerita aku, untuk kedepannya aku akan mengusahakan UP DATE, ikuti terus kelanjutan cerita Laura dan Abimana ya.

Adakah Cinta Dihatimuحيث تعيش القصص. اكتشف الآن