Bagian 11

130 1 0
                                    

Usia kandugan yang memasuki bulan kedelapan membuat Laura tak dapat leluasa untuk bergerak. Ingin sekali ia membantu melakukan pekerjaan rumah, rasanya tak betah hanya duduk-duduk sambil menikmati tontonan. Ia terbiasa melakukan banyak hal.

Melihat istrinya yang tak betah menonton film, Abimana akhirnya mengajak untuk main ke taman, menurut ibunya wanita yang akan melahirkan diharuskan lebih banyak berjalan agar mempermudah persalinan. Mengingat tinggal sebentar Laura akan melahirkan.

Sepanjang jalan tak hentinya Laura membahas segala sesuatu yang ditemui, mengajak bersapa ria bersama ibu-ibu komplek yang kebetulan mereka kenal. Semenjak istrinya hamil selain lebih manja, Laura juga ternyata lebih banyak berbicara. Tak ada lagi Laura yang dingin dan menatap datar padanya, dan ia menyukai perubahan ini.

"Nanti sore temani aku ke pusat perbelanjaan ya mas, aku mau beli beberapa kebutuhan si bayi, nambah koleksi yang di rumah ya, mumpung kamu libur " pinta Laura kepada Abimana, selama ini hanya ia saja yang membelikan barang-barang yang ada, ditemani oleh Santi. Akhir-akhir ini Abimana sangat sibuk di kantor.

Mendengar permintaan istrinya Abimana sangat tau, Laura ingin melibatkan dirinya untuk mempersiapkan segala kebutuhan anak mereka. Rasanya Abimana sangat menyesal, akhir-akhir ini ia sangat sulit membagi waktunya. Entah kapan semua akan kembali. Ia langsung menyetujui keinginan istrinya, ia pun ingin memilihkan beberapa kebutuhan si baby. Membayangkan pakaian-pakaian si baby pasti lucu-lucu. Tak sabar rasanya menyambut kelahiran bayi mereka.

***

"astaga mas, segitu sibuknya sampai ga bisa menemani aku"

Laura sangat kesal dengan Abimana, janji laki-laki itu yang akan menemaninya pupus sudah. Saat ia telah siap dan mencari keberadaan Abimana yang akan mengantarkannya ia tak menemukan keberadaannya. Abimana hanya mengabarkannya bahwa ia harus meninjau lapangan yang dikabarkan secara mendadak.

Rasanya Laura ingin sekali protes, Abimana sungguh sudah keterlaluan, saat ini suaminya itu menjadi super sibuk semenjak menangani beberapa proyek bersama teman-temannya. Ingin Laura tak mengizinkan, namun ia tak ingin terlihat membatasi lingkup kerja Abimana. Sungguh rasanya sangat kecewa, ia tahu Abimana tak terlalu menginginkan bayi mereka. Namun tak bisakah laki-laki itu berpura-pura antusias, padahal mereka sepakat akan menerima. Mungkin Abimana lupa dengan janjinya.

" ibu bisakah temani Laura ke pusat perbelanjaan"

Ia akhirnya menghubungi ibunya, tak ingin membatalkan rencana, perlengkapan bayi mereka masih sedikit, ia ingin membeli beberapa, mungkin nantinya ia akan memesankan secara online, padahal ia ingin sebagian perlengkapan merupakan pilihan laki-laki itu, namun harapannya mungkin terlalu tinggi, Abimana juga tak mau tahu tentang kebutuhan bayinya. Sedih sekali rasanya, merasa anaknya tak diinginkan. Ia yang akan mempersipkan sebaik mungkin. Janjinya dalam hati.

***

Rasa panik melandanya, Abimana merasa diposisi yang sulit, ia telah menjanjikan akan menemani Laura, sesungguhnya ia tak ingin mengecewakan istrinya. Namun kabar dari Wita membuatnya membatalkan janji pada Laura, Bita mengalami kecelakaan dan dilarikan ke rumah sakit. Ia tak tau mengapa hal ini dapat tejadi saat ia akan pergi bersama Laura, seolah semesta tak mendukung mereka. Sungguh sangat berat rasanya. Pasti istrinya kecewa. Ia juga telah membohongi Laura sedemikian rupa, entah seberapa besar dosanya. Namun ia tak sanggup untuk jujur, Ia merasa Laura akan kecewa padanya, ia tak ingin melukai siapapun.

"bagaimana keadaan Bita, wit?" Tanya Abimana ketika ia sampai di depan Wita. Wanita itu hanya bisa menangis. Tak tega rasanya melihatnya seperti ini. akhirnya ia memberikan pelukan. Ia juga merasakan kesedihan itu. Tak ingin apapun hal buruk terjadi pada Bita. Ia akan merasa gagal menjadi seorang ayah.

"semoga Bita ngga apa-apa wit, dia anak yang kuat" bisik Abimana memberikan penenangan kepada Wita.

"aku ngga tahu mas, saat aku sedang berbicara dengan para tetangga, tiba-tiba motor melaju kencang menabrak beberapa anak yang berlari ke jalan, seharusnya aku memperhatikan Bita, aku terlalu larut berbincang dengan tetangga, kufikir Bita masih disekitarku" jelas Wita, ia masih sangat ingat banyak sekali darah keluar dari kepala anaknya. Hanya penyesalan yang ia rasakan. Seandainya ia lebih memperhatikan sekitar.

Abimana hanya bisa diam mendegar penjelasan wita. Ingin ia salahkan wanita ini yang tak memperhatikan sekitar, namun ia tak ingin memperkeruh suasana. Cukup melihat wajah pujat Wita saja, ia tahu sesedih dan sedalam apa penyesalan wanita ini.

Menunggu cukup lama di depan ruang UGD, akhirnya dokter menjelaskan bahwa Bita telah melewati masa kritis dan telah dipindahkan ke ruang perawatan khusus anak. Abimana akhirnya dapat bernafas lega.

***

Setelah Bita sadar, abimana memutskan untuk kembali ke rumah, hari ini rasanya sangat melelahkan, ia sadar sesampainya nanti, entah bagaimana reaksi Laura. Walaupun sudah memberikan alasan kepada istrinya, ia yakin laura pasti kecewa untuk ke sekian kali. Rasanya sangat berat menjalani semua ini, namun tak sanggup menjelaskan permasalahan kepada keluarganya. Andai dulu ia tak terlena, mungkin tak akan sepelik ini kisahnya. Bukan berati ia menyalahkan keberadaan anaknya. Namun kondisi dirinya yang telah berkeluarga membuatnya sulit untuk memperkenalkan Bita, apakah mereka bisa menerima darah dagingnya.

Teringat kembali permintaan Bita yang menginginkan ditemani selalu, rasanya sangat menyiksa, tak dapat mengabulkan keinginan anaknya. Ada hati yang harus ia jaga. Namun tak memungkiri ingin selalu dekat dengan dia, apalagi dengan kondisi anak saat ini. ia tak sanggup mengingat tatapan kecewa Bita padanya.

Setibanya di rumah, keadaan sudah hampir gelap, hanya lampu depan yang remang, biasa laura tak akan mematikan agar tak terlalu gelap. Abimana langsung menuju kamarnya, membuka pintu ia dikejutkan keberadaan laura yang masih terjaga. Istrinnya hanya meliriknya sekilas dan langsung merebahkan diri, tak menyapa atau menyalami tangannya seperti biasa. Namun dirinya tak berhak marah, ia tahu laura telah menunggu kedatangannya mungkin memastikan dirinya pulang.

Laura yang melihat kedatangan abimana langsung meletakkan buku dan merebahkan dirinya. Melihat wajah letih suaminya membuat laura iba. Awalnya ia kesal suaminya tak membalas pesan yang ia kirimkan, ingin sekali ia memaki abimana yag dengan sembarangan meninggalkan dan melupakan janjinya, apakah proyek itu begitu penting sampai dikerjakan saat hari libur seperti ini. akhirnya ia memutuskan mencoba tidur saja. Kali ini tak ingin mengatakan apapun pada suaminya. Kekecewaannya masih ada.

Ketika akan terlelap, ia merasakan tubuhnya didekap dan ditarik masuk ke dalam pelukan. Ia sudah bisa menebak siapa yang melakukannya. Tak ingin luluh ia mencoba melanjutkan tidurnya.

"maafin aku Ra" bisikan itu jelas terdengar diiringi pelukan mengerat pada dirinya. Laura yang sudah mengantuk dan letih setelah seharian jalan akhirnya tak menghiraukan ucapan Abimana, biarlah ia redam kecewanya bersama mimpi. Ia berharap besok rasa kecewa tak ada lagi. Tak ingin terlalu lama memendam penyakit hati.

💕💕💕

Adakah Cinta DihatimuWhere stories live. Discover now