Bagian 12

126 1 0
                                    

Perubahan Abimana mulai dirasakan Laura, laki-laki itu sering melamun saat ia menatap suaminya diam-diam. Saat menanyakan pemasalahan, Abimana mengatakan semuanya baik. Tak perlu ada yang dirisaukan. Namun sebagai wanita ia tak bisa mempercayai, terlalu banyak kejanggalan yang terjadi. Menanyakan pada Julian kesibukan kerja. Kakaknya menjelaskan semua juga baik-baik saja, namun mengapa Abimana setiap kali pulang hampir menjelang malam. Curiga bersemayam dalam hatinya.

"apakah aku harus melakukannya" batin Laura.

Sesungguhnya ia ingin mendengar penjelasan. Menanti kejujuran Abimana rasanya sangat sulit. Tak ingin berprasangka hal yang buruk terus menerus. Ia sadar Abimana mungkin tak mencintainya, oleh sebab itu tak membaikan setiap masalah yang menghadapinya. Namun sebagai pasangan dalam mengarungi mahligai, ia memiliki hak untuk tahu.

Tapi mungkin Abimana tak berfikir demikin. Rasanya memang sakit, seharusnya ia tak merutuhkan tembok itu, namun semua sudah resiko. Ini piihannya sendiri, meski ada yang melatarbelakangi.

(Ra maaf aku pulang malam lagi sayang, lembur di kantor, kamu baik-baik di rumah ya sayang, kalo ada apa langsung hubungi)

Pesan Abimana disertai tanda hati tak menghibur sanubari Laura. Ia harus melakukan ini, mungkin akan mengecewakan tapi ia harus tahu. Prasangka ini sungguh menyiksa. Tak ingin percaya dengan berbagai asumsi yang ada, namun siapa yang tahu hati manusia, meski Abimana selalu memperlakukannya mesra.

Hatinya takut dan gamang, Abimana memperlakukannya begitu baik tak dari hati, mungkin semua dilakukan untuk menghiburnya saja. Ia tahu betapa hormat suaminya kepada ayahnya. Namun rupanya ia menginginkan lebih. Oh hati seharusnya engkau tau diri.

***

Melihat Bita yang tertidur pulas, Abimana rasanya sangat bahagia. Semenjak kecelakaan itu, seringkali Bita tak dapat menikmati tidurnya, merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Ia tak tega melihat anaknya tersiksa, jika bisa sakit itu biar ia saja yang rasa, namun semua hanya angan saja.

Semenjak sebulan ini, ia selelu menemani Bita, memanfaatkan semua waktu yang ia punya. Tak ingin kehilangan waktu menemani anaknya. Sebagai ayah ingin memberikan yang terbaik. Apalagi mereka baru berjumpa, bukankah ia harus menebus waktu yang telah terlewatkan. Tak ingin kejadian dulu dirasakan anaknya. Ia harus memberikan semaksimal mungkin apa yang dibutuhkan. Meski dalam keterbatasan.

Memutuskan lamunan, Abimana melirik ponselnya, ia tertegun belum mendapatkan balasan dari Laura. Ingin rasanya ia pulang, namun tak mungkin, bagaimana jika bita mencarinya dan dirinya tak ada. Pasti akan sangat menyedihkan.

" mas makan dulu, aku sudah siapkan" Wita datang melirik kea rah ranjang. Ia tahu Abimana pasti sangat lelah. Berkendara sedemikian jauh, dan langsung memperhatian Bita yang manja kepada ayahnya.

Abimana tesenyum dan sekali lagi memeriksa Bita, menaikkan selimut anak itu. Menuju meja makan diikuti oleh Wita. Ia makan dalam diam, merasakan masakan Wita. Cocok dengan lidahnya, sama dengan masakan Laura.

"Mas sampai kapan akan seperti ini?" lirih Wita. Sesungguhnya ia sudah menahan diri untuk tak mempertanyakan kejelasan hubungan mereka dan status anaknya. Namun setelah Bita mengalami kecelakaan dan terlihat selalu membutuhkan Abimana, rasanya ia butuh kejelasan.

"Maksud kamu apa Wita?"

"Apa mas akan seperti ini terus, menemui kami secara diam-diam?, apa mas tidak lelah menjalaninya?" Wita memperhatikan ekspersi Abimana, ia tahu laki-laki itu terusik dengan pertayaannya.

"Aku tidak tahu sampai kapan semua ini Wit, jujur saja aku juga letih menjalani, apalagi harus terus melakukan kebohongan, rasanya sangat tersiksa"

"Jika mas lelah berbohong seharusnya mas jujur saja pada keluarga, bukankah lebih baik?"

"Tidak segampang itu Wita, aku tak bisa jujur, itu akan melukai hati Laura, ia juga sedang mengandung, tak ingin terjadi sesuatu"

Mendengar penjelasan abimana, rasan sakit mersuki hati Wita, ia tahu Abimana menikah tanpa cinta dengan istrinya, namun melihat perhatian Abimana yang selalu mementingkan Laura, rasanya cemburu menguras hati.

"Tapi kamu tidak kasihan pada kami, bita masih sangat membutuhkan keberadaanmu apalagi,..." ucap wita menjeda kalimatnya, ia ragu mengungkapkan hal ini, namun abimana harus mengetahui "aku masih memiliki rasa cinta untukmu, tak terganti meski pernah bersama mas Danu"

Abimana yang mendengar pengakuan itu tertegun, ia tak menduga Wita akan mengungkapkan perasaannya. Sesungghnya ia merasa memang wanita itu masih memiliki rasa padanya, selalu memperhatikan segala kebuuhannya setiap ia berkunjung, namun ia sadar ia telah memiliki pasangan, tak seharusnya Wita mengungkapkan.

Sejujurnya hatinya gamang, semua kenangan tentang mereka terbayag kembali, ia dulu sangat mencintai wanita ini, sampai ia mengetahui perbuatan Wita, ia tak dapat marah, ia melanjutkan dan menikmati, sampai kemudian Bita ada, meskipun ia tak tahu.

Mencoba membaca isi hatinya, apakah masih ada debaran itu. Ia benar-benar bingung, yakin ia telah jatuh cinta pada Laura, namun pengakuan Wita meresahkannya. Seharusnya perasaan ini tak ada.

***

Laura masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya, masa lalu itu ternyata masih membayangi. Meski hanya sekali bertemu, ia masih ingat jelas wajah itu. Mantan pacar Abimana. Yang dulu membuat hatinya patah.

Terbayang sejak kapan ini semua terjadi. Apakah ia menjadi orang ketiga hubungan mereka. Namun dulu ia telah memastikan keberadaan perempuan yang dekat dengan suaminya, namun Abimana menegaskan tak ada

Semua berberbeda dengan apa yang dilihatnya hari ini, setelah menempuh perjalanan satu setegah jam Abimana memasuki sebuah bangunan, yang ia tahu kemudian adalah tempat tinggal wanita yang bernama Wita. Setelahnya wanita itu menyambut Abimana layaknya istri, dari binar dan senyum perempuan itu ada rasa cinta di hati untuk Abimana. Ia mencoba mengirim pesan menanyakan sekali lagi keberadaan Abimana, namun hanya kecewa yang ia dapat.

(Aku masih di kantor Ra, kan tadi aku dah bilang lembur sayang, ada apa Ra, kamu ngga kenapa-kenapa kan?)

Ternyata ia telah dibohongi. Seharusny Abimana jujur saja padanya jika ingin kembali bersama kekasih hati. Mengapa laki-laki itu menempuh jalan ini, tidakkah Abimana memikirkan perasaanya. Mengapa laki-laki itu masih memperlihatkan kemesraan padanya. Ternyata semua prasangkanya benar, Abimana memiliki wanita lain, dan itu adalah wanita yang sama. Betapa besar cinta laki-laki itu pada Wita. Ini sungguh menyakitkan. Kedua kalinya hatinya patah oleh orang yang sama. Namun tak bisa menyalahkan siapapun, karena cinta sendiri ini. Abimana berhak menentukan hatinya akan berlabuh pada siapa. Ia hanya wanita yang harus dijaga, sesuai dengan keinginan ayahnya. Abimana tak harus membalas cintanya. Ia masih bersykur belum mengungkapka isi hatinya. Entah pastinya ia akan ditolak untuk keduaa kalinya. Betapa menyedihkan dirimu Laura.

Setelah yakin ia bisa menguasi diri, ia memutuskan ke rumah orangtuanya, rasanya untuk saat ini tak sanggup kembali ke rumah itu, begitu banyak kenangan manis disana yang ia baru yakin tak semanya dari hati. Abimana pasti merasa terpaksa atau mungkin tersiksa memperlakukannya mesra. Ia harus menenagkan diri, ingin berstirahat dengan tenang, hanya keluarganya yang dapat ia andalkan. Abimana bukan sepenuhnya miliknya.

💕💕💕

Adakah Cinta DihatimuWhere stories live. Discover now