Bagian 13

133 3 0
                                    

Laura menyambut Abimana yang baru pulang, waktu masih menunjukkan pukul 16.00, tidak biasanya suaminya itu pulang dalam keadaan matahari masih terlihat. Ia sudah meyakini diri pastinya abimana akan kembli pulang larut malam, namun nyatanya laki-laki itu sudah kembali dan langsung saja memluknya

"Kangen banget Ra, capek banget seharian dikantor"

Laura yang mendengar keluhan Abimana hanya bisa tersenyum, mau tak mau ia harus membalas pelukan itu. Malam itu ketika ia mengetahui rahasia Abimana, ia memutusakan memilih pulang ke rumah mereka, ia tak ingin membuat semuanya semakin rumit, dari awal hal seperti ini seharusnya telah ia perkirakan, karena tak ada cinta abimana untuknya. ia harus bertahan demi bayinya.

Semenjak ia mengetahui semuanya, perkataan manis Abimana tak lagi memberikan getaran untuk hatinya, rasanya semuanya hambar. Namun ia tak siap untuk mempertanyakan semuanya, bagaimana jika Abimana memilih melepaskannya jika semua terbongkar. Ia belum siap berpisah dengan laki-laki ini, demi ayahnya dan bayinya yang tak berdosa, ia harus memendam duka sendiri, tak ingin membuat ayahnya kecewa, ia masih mengingat begitu bahagia ayahnya melihat ia tampak mesra dengan Abimana.

Abimana membawanya ke tepi ranjang, mendudukkan dirinya di pangkuan laki-laki itu

"Aku berat mas, aku duduk di sana saja" tunjuk Laura pada sebelah sisi yang lain, ia tahu Abimana pasti kelelahan, ditambah dirinya yang duduk di pangkuan abimana dengan bobot hampir menyetuh 75 kg.

Abimana menatap laura dalam, entah mencari apa pada wajah istrinya tersebut, ia merasa ada yang berbeda dengan Laura. Tapi tak tahu apa. Firasatnya mengatakan hal yang buruk. Namun melihat Laura terlihat baik-baik saja rasanya ia terlalu berlebihan, namun jika diingat kembali, istrinya tak lagi manja padanya. Lebih mandiri dan jarang mengeluh, padahal ia menyukai Laura yang selalu membutuhkan dirinya.

"Kamu kenapa natap aku gitu mas?" Laura mencoba melepaskan diri dari abimana, rasanya setiap abimana memperlakukannya mesra, apakah abimana juga memperlakukan wanita itu seperti ini.

"Aku kangen kamu Ra, kamu kangen aku ga?" Abimana menatap Laura, mencari jawaban atas pertanyaanya. Ia ingin memastikan sesuatu, namun sulit sekali membaca tatapan itu, entah mengapa ia tak menemukan binar itu, yang akhir-akhir ini Laura tunjukkan, apakah ini hanya perasaannya saja.

"Iya aku juga kangen kamu mas, apalagi kamu sibuk sekali akhir-akhir ini" Laura membelai permukaan wajah Abimana, agar kata rindunya meyakinkan laki-laki itu, tak ingin semua diketahui, ia mungkin akan melepaskan Abimana suatu saat nanti. Semoga ia bisa mengikhlaskannya seiring malaikat kecil yang akan menemaninya, ia akan berusaha untuk bahagia. begitupun Abimana akan bahagia dengan wanita yang dicintai.

Meski tak menemukan binar itu, Abimana bahagia mendengar Laura juga merindukannya, ia sadar sudah terlalu lalai dengan seluruh perhatiannya pada Bita. Waktu bersama Laura harus ia korbankan. Namun bersyukur Laura tak menanyakan lebih, selalu percaya pada setiap penjelasannya, itu keyakinannya.

***

Wita sadar ia terlalu serakah menginginkan kembali Abimana, namun melihat laki-laki itu yang sangat perhatian pada Bita membuat angannya melambug tinggi. Ingin rasanya kembali meraih hati laki-laki itu. Ia yakin Abimana masih mencintai dirinya, Laura hanyalah wanita yang dihormati oleh Abimana, ia tahu abimana melakukan semua demi balas budi. Semua kisah mereka diceritakan oleh Salsa. Sepupunya mendukung ia tuk kembali dengan Abimana, laki-laki itu langsung mencarinya ketika mendengar kebenaran. Apakah itu bisa ia simpulkan Abimana masih memiliki rasa yang sama.

Namun Laura yang mengandung tak mungkin meninggalkan Abimana. Ia harus memahami semuanya, tak mungkin egois ingin memiliki sendiri, ia pernah meninggalkan laki-laki itu. Mungkin menjadi yang kedua tak ada salahnya. Mereka sama-sama memiliki anak dari Abimana. Ia merasa haknya dengan Laura sama, meski Bita belum tercatat menjadi anak dari Abimana. Namun ia akan mengusahakan dengan segala cara. Teringat akan senyum Bita jika ayahnya tiba, serta kecewa ayahnya tak pernah memiliki waktu yang lama dengannya.

"Aku dukung kamu buat dekatin Abimana kembali, kurasa ia tidak mencintai istrinya, mereka terliahat jarang bersama. Abimana tak pernah menghadiri acara bersama Laura, mereka mungkin tak bahagia" Salsa mengungkapkan dukungan pada sepupunya.

Ia melakukan ini karena tak tega melihat sepupunya sengsara. Sudah terlalu banyak pengorbanan Wita untuk kedua orangtuanya, mungkin dengan bersatu kembali, ia akan menemukan kebahagiaan, ditambah ada Bita diantara mereka. Tidak mungkin terus bersembunyi, pasti rasanya sangat menyiksa. Merasa Abimana harus mempetanggung jawabkan semuanya, padahal ia hanya tak sadar bukan Abimana yang tak mau, namun ia yang tak tahu.

"Mungkin aku harus lebih berusaha, setiap Abimana kusuruh datang ia tak pernah menolak, namun ia tak memberi kepastian pada aku dan Bita"

"Kamu harus lebih sabar menantinya, abimana mungkin sekarang masih bingung dengan apa yang harus ia lakukan" Salsa mencoba membesarkan hati Wita. Ia harus tak tergesa, mengingat istri Abimana sedang mengandung.

Wita tersenyum mendengar Salsa, benar apa yang dikatakan sepupunya, Abimana pun pernah mengatakan demikian, istrinya mengandung dan tak dapat mengungkapkan kebenaran.

"Semua hanya tentang waktu" batinnya meyakinkan.

****

Suara notifikasi handphone Abimana membuat Laura penasaran. Ketika melihat ke arah Abimana yang tertidur pulas, Laura menyambar benda tersebut dari atas nakas. Ia yakin siapa seseorang yang mengirimi pesan kepada suaminya, dan ternyata benarkan apa yang ia duga, pesan tersebut dari Wita, meski abimana tak menympan nomor tersebut. Artinya Abimana memilih menghapal mati nomor wanita tersebut. Ternyata seistimewa itu wanita tersebut untuk Abimana.

(Mas kamu dimana, tidak ke sini kah?)

(Mas ternyata listrik mati, bisakah kamu ke sini, kamu tahu aku takut gelap)

(Mas bisakah kamu membeli lampu dan kesini, aku ngga bisa kelur , disini sangat sepi)

Melihat beberapa pesan yang muncul pada layar handphone, ingin rasanya Laura membuka dan melihat isi percakapan mereka, namun tak ingin abimana akan curiga kepadanya maka ia memutuskan tak melanjutkan keinginan tersebut. jika ia nekat membukanya bisa saja dia menemukan percakapan yang akan menyakiti dirinya sendiri. Laura tak ingin menyiksa diri. Ia sudah berjanji tak akan mencampuri urusan pasangan tersebut sampai ia yakin akan keputusannya.

Merebahkan dirinya sambil menatap wajah pulas Abimana, Laura membayangkan tak akan lama lagi melihat pemandangan ini, Abimana tak akan menjadi miliknya selamanya. mengapa laki-laki ini tak bisa mencintainya, apakah memang ia tak pantas untuk dicintai. Ingin rasanya ia menyalahkan Tuhan, namun rasanya ia hanya akan menjadi makhluk tak bersyukur. Tuhan telah begitu baik padanya memberikan banyak disekitar dirinya yang mencintai, kecuali Abimana.

💕💕💕

Kasih Vote dan Komen menurut kalian tentang cerita aku ya di wattpad, mungkin cerita aku membosankan atau kritikan lainnya, komen kalian sangat aku tunggu sebagai bahan evaluasi aku dalam membuat cerita ini lebih baik,, makasiihh

Adakah Cinta DihatimuWhere stories live. Discover now