Bagian 7

163 1 0
                                    

Hari ini Laura merasa sangat bahagia, setelah mendengar penjelasan dokter jika kondisi ayahnya lebih stabil, apabila kondisinya terus membaik maka akan ada kemungkinan untuk melakukan operasi sesegera mungkin. Ia sangat terharu melihat semangat dalam diri ayahnya. Sebagai anak ia selalu berdoa untuk kesembuhan sang ayah.

Abimana yang melihat istrinya terus tersenyum pun ikut bahagia, sebagai menantu ia juga sangat berharap sang mertua dapat sembuh seperti sedia kala. Pak Kusuma telah ia anggap ayah sendiri, karena telah begitu banyak membantunya hingga kini.

Selah dari rumah sakit, Abimana mengajak Laura untuk menikmati sate kesuakaannya, kebetulan tempatnya yang berdekatan dengan rumah sakit. Ia ingin Laura juga mencicipinya.

Laura yang mengetahui tempat itu tempat makan favorit suaminya berpikir apakah wanita itu juga sering diajak oleh suaminya. Namun Laura segera meneps fikiran tersebut. Ia tak ingin merusak suasana hatinya.

Namun setelah pesanan sate telah disajikan, Laura terlihat tidak berselera, tiba-tiba ia pusing menghirup bau daging yang disajikan. Padahal ia selalu suka berbagai makanan yang dibakar.

"Kamu kenapa ra?'

"Baunya nyengat banget mas, aku pusing" bisik Laura, ia tak ingin pelanggan lain mendengar perkataannya. Itu sangat tidak sopan menurutnya.

"Apa aku bungkus aja ya ra, kamu udah kelihatan pucet banget, kamu,,, raaa" teriak Abimana ketika melihat istrinya jatuh pingsan.

Abimana langsung menggendong Laura, ia membawanya kembali ke rumah sakit. Mobil tersebut melaju kencang, entah mengapa ia sangat takut Laura kenapa-napa, menurutnya istrinya baik-baik saja dari tadi dan terlihat sangat bahagia

***

Setelah dokter berlalu, Abimana masih berdiri di tempanya, penjelasan dokter masih belum dapat ia cerna. Istrinya hamil dan sudah memasuki 2 bulan. Entah mengapa ia merasa belum siap, apakah ia akan mampu menjadi ayah yang baik.

Tapi Tuhan telah memberikannya amanah tersebut, padahal dia rutin mengingatkan Laura untuk meminum pil KB. Setahunya Laura juga sepakat untuk menunda kehamilan. Entah apa alasan istrinya, ia tak pernah tahu.

"mas ada apa denganku, mengapa aku bisa ada disini" Tanya Laura yang bingung dengan sekiarnya, terakhir ia ingat masih ada di tempat makan sate.

"Kamu pingsan ra, kamu hamil sudah dua bulan"

Deg

Mendengar perkataan suaminya Laura meneteskan air mata, sebenarnya ia telah memiliki firasat sedang mengandung, tapi ia tak ingin menyimpulkan.

" Ra apakah kamu tidak rutin meminum pil KB, mengapa kamu bisa mengandung"

"Apakah kamu tidak menginginkan bayi ini mas?" lirih Laura, ia kecewa dengan pertanyaan suaminya

"Bukan aku tak menginginkan, namun kamu tahu sejujurnya aku belum siap memiliki anak dari kamu" jelas Abimana. Entahlah, sebenarnya hatinya berdesir bahagia mendengar sebentar lagi akan memiliki anak, namun ia sangat takut tak mampu jadi ayah yang baik, traumanya belum sepenuhnya sembuh.

Laura hanya bisa tersenyum getir, sejujurnya ia sangat tak terima dengan perkataan Abimana, bagaimana dia tahu akan mengandung meskipun rajin meminum pil kb, ini di luar rencananya. Namun ia berjanji akan merawat dan menerima anak ini dengan baik, meskipun hanya dirinya yang menyambut kedatangannya.

"Aku bisa merawat anak dalam kandunganku sendiri mas jika kamu belum siap, aku tak akan merepotkanmu"

"Aku tidak merasa direpotkan ra, aku hanya belum siap, aku takut gagal menjadi........"

"Cukup mas, kata-katamu yang belum siap membuat kamu sudah gagal menjadi ayah, kamu menolak darah dagingmu sendiri mas, mending kamu keluar dari sini, aku ingin sendiri" bentak Laura yang sudah tidak tahan mendengar pembelaan suaminya.

***

Duduk di taman rumah sakit, Abimana mencoba merenungkan segalanya. Ia menyadaari semua perkataan Laura adalah benar, tak seharusnya ia mengatakan penolakan. Seharusnya ia menyambut bayi mereka dengan suka cita. Namun setiap mengingat masa lalu, ia merasa takut dirinya akan seperti ayahnya di kemudian hari. Bagaimana dirinya tumbuh tanpa sosok ayah yang mendampingi, hanya ibu yang ia miliki semenjak ayahnya pergi.

Bertekat untuk menghilangkan traumanya, Abimana harus melakukan segalanya untuk anaknya, ia tak boleh melakukan kesalahan seperti ayahnya.

Masuk kembali ke ruangan Laura, Abimana menemukan istrinya sedang tertidur, Laura akan selalu terlihat damai ketika menutup mata, namun pada wajah tersebut Abimana menemukan jejak air mata. Istrinya pasti sedih mendengar perkataannya. Ia merasa sangat buruk. Ia telah menyakiti Laura, istrinya.

Akhirnya ia menghapus jejak air mata istrinya, sambil menggenggam tangan Laura, Abimana terus mengucapkan kata maaf, ia telah berdosa. Merasa ada pergerakan Laura mencoba membuka mata.

Ketika menemukan Abimana yang sedang menangis sambil meminta maaf padanya, ia hanya mampu memeluk suaminya. Ia paham Abimana pasti telah menyesali sikap sebelumnya. Mereka akhirnya berpelukan erat, sambil berjanji akan menjaga bersama-sama buah hati mereka.

💕💕💕

Adakah Cinta DihatimuWhere stories live. Discover now