HN 58 🧸

28K 1.9K 62
                                    


Ngobrol Ngobrol sama Authornya tentang cerita ini yuk di Instagram Author
@Widyaarrahma20_
Yg ada _ nya yah































Pagi ini Raidan dijemur pagi oleh Opa nya yg sengaja menginap diPesantren, beliau merasa tenang ketika disini

Selama hidupnya tak pernah membayangkan akan menjadi besan seorang Kyai dan bisa merasakan hidup dilingkungan Pesantren sebab silsilah keluarganya memang berasal dari keluarga Militer

Disamping beliau pun ada Mamah Diana yg ikut menjemur Raidan, sembari menatap para Santri yg sedang mau berangkat sekolah

"Adem yah Pah, gak nyangka banget di hari tua mamah, mamah ngerasain begini pah"

"Iya mah, papah malah mikir kita ikut donatur Pesantren saja dan dihari tua kita pensiunan di Pesantren saja mah gak usah pulang ke Bandung"

"Rumah yang di Bandung gimana pah ? Nanti saudara saudara gimana pah ?"

"Gak usah mikirin saudara mah, saudara mikirin kita aja kalau ada butuhnya"

"Iya juga sih, tapi iya yah pah enak kalau pensiunan disini, tiap hari kita gak sepi, ada anak anak santri, ada besan, anak mantu juga deket"

"Yah kita pertimbangin lagi ya mah, semoga saja abah membolehkan kita bangun rumah disini"

"Aamiin pah"

Setelah merasa cukup menjemur cucunya mereka masuk dan ternyata besannya sudah mempersilahkan mereka untuk sarapan dulu

"Sini pah Raidannya sama Shofia aja"

"Fia juga harus makan" jawab Papah Hendra

"Iya pah, Fia taruh Raidannya di Stroler dulu yah pah"

Shofia dibantu mamah Diana membuka Stroler yg kemarin baru dibeli Papah Hendra untuk cucunya lalu membiarkan Raidan yg masih membuka matanya itu diam disana

Sarapan kali ini cukup lengkap kurang ayahnya Adhifa, Zakky dan orang tua Reni saja

"Ini kalau kumpul kaya gini terus ruah rezekinya pak bu, masyaAllah seneng saya kalau ngumpul begini" ucap Abah

"Iya bah, rame dan hangat" jawab Papah Hendra

Mereka sarapan bersama diselingi sedikit obrolan menjadi pendekatan mereka

Seusai makan, semua kembali melakukan pekerjaannya masing masing, Opa Hendra yg izin kembali ke Semarang dulu karna ada sesuatu, sedangkan Abah dan umi izin untuk mengajar begitu juga Fajrin

Hamdan juga ditugaskan abah ikut mengajar membadali ustadz yg sedang berhalangan hadir

Sementara Reni ke Kantor pondok bersama Adhifa mengecek kondisi keuangan dan kelengkapan Asrama membawa anak anak mereka, Hilya ikut Babanya

Dirumah Ndalem hanya ada Shofia yg sedang membaca sesuatu di hpnya sedangkan Mamah Diana sedang rapat Bhayangkari online di kamar sebentar

Shofia merebahkan putranya di kasur ruang tengah sembari membaca baca tentang parenting dan hal apa yg harus diajarkan ke bayi yg usianya baru 10 hari itu

Setelah puas membaca, Shofia masih takut membalik tubuh putranya yg belum menutup matanya, masih takut kecengklak

*Keceklak bahasa indonesianya apa sih ?

Dia masih terus memandangi wajah tampan putranya yg benar benar mirip abinya, dia tak mendapatkan apapun, semoga saja nanti jika semakin besar Raidan ada lesung pipinya jadi ada sedikit yg menurun dari Shofia

"Ganteng banget sih, kamu mirip Abi tau, umik jadi kangen abi kalau liat kamu" ucapnya sembari memandangi putranya dari dekat

"Nanti kalau udah gede mau jadi apapun umik dukung, jadi Polisi, Tentara kaya Abi, jadi Dokter, jadi Guru, atau mau ikut Jid jadi Kyai pun umik dukung asal jangan jadi kaya Abi waktu masih muda, jadi Hallo dek" lanjutnya

Shofia terkekeh karna Raidan terus menatapnya seakan mengerti apa yg sedang dia ucapkan

"Raidan nanti kalau mau belajar kitab sama Al Quran ke Umik aja yah, tapi kalau mau belajar bagaimana menjadi lelaki yg kuat, lelaki yg gigih dan berani, belajarnya sama Abi. Raidan kalau gede harus bisa lindungin adik adiknya yah"

Shofia menopang wajahnya lalu mengusap hidung putranya yg benar benar mancung seperti abinya dan tak lama Raidan bersin membuat Shofia kembali terkekeh

Dia mencium lembut pipi putranya itu, bahagianya bisa diberi momongan meskipun tak ditemani lahiran oleh suaminya

"Raidan gak ngantuk ? Biasanya jam segini bobo, mau nen gak ?"

Shofia mendekatkan jarinya ke mulut putranya namun sang putra tak memasukkan ke mulutnya tanda Raidan belum mau minum asi, bujang kecil itu justru terus menatap uminya

"Kenapa liatin umik terus ? Umik cantik yah, iya lah makanya Abimu mau nungguin Umik 4 tahun, 4 tahun loh Dan, eh kok Dan sih nanti kaya Pakdemu, ya udah Rai, keren juga yah namanya Raidan, tau gak abimu siapin namanya Raidan dari Raidan baru datang loh dirahim Umik, Abi langsung cari cari nama sampai ketemu nama Raidan"

Tanpa Shofia ketahui seseorang merekam percakapannya dan mengirimkannya ke Zakky, dia adalah Mamah Diana yg ternyata Rapat Bhayangkari onlinenya dibatalkan karna 4 orang anggotanya sakit

Mamah Diana mendekatti cucu dan menantunya dan ikut duduk dikasur yg digelar tanpa dipan itu

"Belum bobo Raidan ? Biasanya jam segini bobo" ucap Mamah Diana

Shofia yg tadi rebahan disamping putranya pun langsung duduk melihat kedatangan mertuanya

"Iya mah, tadi Fia cek mau nen atau enggak dianya gak mau"

"Oalah masih pengin ngobrol kayaknya sama Umiknya"

"Hehehe iyah mah, seneng ajak ngobrol Raidan walaupun dia belum respon"

"Gapapa malah bagus jadi anak tambah tertarik sama kita"

"Oh ya mah tadikan Fia baca baca di internet tentang parenting katanya anak harus dilatih Tummy time tapi Fia takut mah, takut kecengklak"

"Oh, mau di tummy time ?"

"Mamah bisa gak ?"

"Bisa, tapi untuk Raidan jangan lama lama cukup 5 menit saja"

"Iya mah tapi katanya 3x sehari yah mah"

"Betul minimal sekali sehari"

Mamah Diana perlahan mulai memiringkan cucunya, lalu menengkurapkannya, menekuk tangannya dibawah dagunya

Shofia antusias melihatnya dia menatap wajah putranya, lalu kembali mengajaknya ngobrol

Hallo Ning Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang