HN 28 🧸

27K 1.8K 32
                                    

Ngobrol Ngobrol sama Authornya tentang cerita ini yuk di Instagram Author
@Widyaarrahma20_
Yg ada _ nya yah

































Shofia langsung duduk disamping masnya yg tengah mengobrol dengan abahnya

"Loh ? Kesini sama siapa ?" Tanya abah

"Sama mba Ndalem hehehe"

Shofia mencium tangan kedua lelaki disana itu lalu kembali duduk disamping Hamdan, menyandarkan kepalanya di punggung kakaknya

Mulutnya benar benar gatal ingin menceritakan hal semalam pada kakaknya namun rasanya dia segan

"Zakky mana ?" Tanya Hamdan

"Lagi PAM"

"Oh, masuk gih, mba Dhifa sama Hilya didalam"

"Mas gak kangen aku ? Kok nyuruh aku masuk ?:

"Enggak tuh"

"Hiiiiiiiiiiii gak Bang Fajrin gak mas Hamdan sama sama nyebelin" kesalnya sembari memukuli lengan kakaknya

Shofia langsung bangun dan masuk ke ruang  tengah dimana Hilya tengah bermain dengan Reni

"Mba Ren" ucap Shofa mengulurkan tangan bermaksud salim

"Kesini sama siapa ?"

"Sama mba ndalem tadi dijemput"

"Loh suamimu ?"

"Kerja mba, mba Dhifa mana mba ?"

"Dikamar"

Shofia mengangguk, rasanya dia tak sanggup menahannya, dia masuk ke kamar Dhifa dan terlihat Adhifa yg sudah membesar perutnya tengah menaruh baju baju dilemari

"Mba Dhifaaaaaaa" ucapnya masuk dan langsung memeluk wanita hamil itu

"Eh kesini kapan ?"

Shofia tak menjawab dia malah menangis dipelukan kaka iparnya itu, sontak Adhifa ikut memeluk erat adik iparnya itu

"Kenapa Shof ?"

Shofia tak menjawab dia hanya menggeleng dan terisak dalam pelukan Adhifa

Adhifa yg sudah tak bisa berdiri lama mengajak Shofia duduk di shofa kamarnya dan Shofia lagi lagi menyandarkan kepalanya dipundak iparnya itu

"Lagi capek ?" Tanya Adhifa yg diangguki Shofia

"Jadi Persit emang gak mudah Shof, secape capenya kita harus tetap tampil senyum didepan orang lain karna tampilan kita mencerminkan suami kita"

"Aku cape bukan karna persit mba" jawabnya diselingi isakan

"Karna apa ? Zakky ?"

Shofia mengangguk

"Kenapa ? Dia masih menghubungi wanita wanita itu lagi ?"

Shofia bungkam, dia tak berani menceritakannya namun dadanya sesak mengingat perlakuan suaminya yg dia anggap itu selingkuh

"Mba bukan gak mau denger Shof, mba gak mau kamu membuka baju suamimu sendiri didepan mba, mba tau kamu cape, maklum Shof suami kita memang inceran banyak orang, kita harus kuat menghadapi itu. Mas Hamdan juga sering kok dianggap masih bujangan, mba sering nahan cemburu karna itu"

Shofia mengangguk, dia menghapus air matanya, sesak masih ada didadanya namun setidaknya ada sebagian yg menguap seiring mengalirnya air matanya

Adhifa menatap Shofia yg sudah menegakkan badannya, dia mengusap lengan iparnya, menyalurkan kekuatan

Memang menjadi istri Abdinegara selain harus siap ditinggal juga harus siap melawan pelakor pelakor yg mengincar uang para Abdinegara itu

"Kamu kesini izin Zakky gak ?" Tanya Adhifa yg dibalas gelengan oleh Shofia

"Sekarang, izin sama dia, dia pasti khawatir bidadarinya hilang"

"Tadi mas udah liat pas dijalan mba, mas lg Pam"

"Tetap kabari yah kalau kamu disini, gak baik seorang istri keluar tanpa izin suaminya"

Shofia mengangguk, dia memang lebih dekat dengan Adhifa daripada Reni, selain kehidupan keduanya hampir sama juga memang dari menikah dengan kakaknya Adhifa sudah selalu merangkulnya  

"Mba jangan bilang mas Hamdan yah"

"Gak bilang apa ?" Tanya Hamdan santai yg baru masuk ke kamar

Shofia buru buru menghapus semua air matanya dan menormalkan wajahnya

"Mas Kepo" jawab Shofia

"Kamu kesini Izin Zakky gak ? Jujur ?"

"Belum tapi tadi mas Zakky liat aku kesini soalnya dia lagi PAM dijalan"

"Wa dia, izin takutnya dia khawatir"

"Iya nanti"

Hamdan tau dan Hamdan faham adiknya sedang tak baik baik saja, datang ke sini dengan mata bengkak saja sudah membuat Hamdan curiga apalagi mendengar kalau Shofia bilang jangan mengatakan apapun padanya ke Adhifa sungguh membuat dia membetulkan firasatnya

"Mas ini cowo apa cewe ?" Shofia mengusap perut besar Adhifa

"Maunya apa ?" Tanya Hamdan yg sudah duduk dikursi rias milik Dhifa sembari memakan brownis yg ada dimeja

"Diiih ditanyain kan aku jadi beli kadonya sesuai kelaminnya mas"

"Gak usah dikado, sini mentahannya aja"

"Diiih masa seorang Letnan Satu Hamdan Fauzan Arrasyid minta uang sama adiknya"

"Ya kan tadi katanya mau kasih kado, sini mentahannya aja"

"Cepetan maaaaas cewe apa cowo"

"Ya kamu maunya apa ?"

"Mba, cowo apa cewe ?"

"Mba gak tau Shof, yg tau cuma masmu"

"Lah kok bisa ?"

"Gatau tuh masmu"

"Bentar lagi juga tau kok ? Makanya sini mentahannya aja biar mas yg beliin"

"Apaan mas belum tau sih kemarin Bang Fajrin ngasih aku sejuta karna aku main kesini pas bang Fajrin ngitungin uang bulanan santri ?"

"Terus ?"

"Kok terus ?"

"Ya terus mau gimana ? Bang Fajrin sejuta, mas berapa ?"

"Gak terhitung sih hahahahaha"

"Sombong banget" celetuk Adhifa

"Iya tuh mba suami mba sombong banget"

"Sombong sombong gini aja dikangenin"

"Tambah ngeselin yah mba"

"Bener Shof, mba aja sampe heran"

"Iiiih udah ini pokoknya cowo apa cewe ?"

"Tunggu aja Shof, gak sampe seminggu juga keluar"

"Ya yaudah beliin kadonya kalau udah lahir"

"Ya udah diiih" ledek Hamdan

Hallo Ning Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang