Pernyataan Si Pelakor

4.7K 308 17
                                    

"Ajma" Ajma menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Alaric memanggilnya.

"Alaric? Ada apa?"

"Gue janji bakalan bantuin lo ngungkap tuduhan fitnah ini semampu gue. Lo pasti bakalan balik kesini lagi" Ajma tersenyum menatap Alaric.

"Makasih ya Ric"

"Ati-ati" Alaric melambaikan tangan sebelum Ajma memasuki taksi.

Taksi yang Ajma naiki pun mulai melaju meninggalkan gedung pesantren. Alaric menatap kepergian Ajma dengan perasaan sedih. Ia tidak tega perempuan sebaik Ajma harus mengalah hanya karena kesalahpahaman.

Ia benar-benar tak faham dengan pola pikir Gus nya itu, bisa-bisanya dia percaya pada satu bukti foto yang belum jelas kejadian di foto itu. Alaric bertekad akan menyelidiki tentang transaksi uang yang tak sengaja Ia lihat sebelumnya. Alaric sangat yakin pasti tuduhan fitnah ini ada sangkut pautnya dengan gadis sok alim itu.

****

Selesai mengajar kelas pagi, Kazam pun keluar kelas sambil membawa buku-bukunya. Kebetulan hari ini Ia libur bekerja di proyek pembangunan.

Raut wajahnya nampak selalu datar dan masam akhir-akhir ini. Sebenarnya sampai seminggu setelah kepergian Ajma, Kazam tidak pernah pergi ke kantor pengadilan agama untuk mengurus perceraian mereka.

Entahlah, Kazam rasanya masih ragu. Ia sebelumnya sudah pernah melaksanakan sholat istikharah namun, jawabannya belum juga Allah berikan kepadanya. Jadi Ia memutuskan untuk menunggu sampai Allah benar-benar memberikannya petunjuk.

"Assalamu'alaikum" ucap Kazam memasuki ndalem.

"Wa'alaikumsalam" jawab beberapa orang di ruang tamu.

"Eh, Bu Hanifah Pak Dika" Kazam menyalami kedua orang tua Via yang kini datang berkunjung kerumahnya. Setelahnya Ia pun duduk di samping Abinya.

"Apa kabar Zam? Lama tidak bertemu" sapa Dika ayah Via.

"Alhamdulillah baik Pak. Bapak sendiri pekerjaan di Papua lancar?" Tanya Kazam balik.

"Alhamdulillah baik dan lancar Zam" Kazam mengangguk-angguk dengan senyuman tipisnya.

"Maaf Zam sebelumnya, kedatangan kami kerumah mu kami ingin menyampaikan niat baik kami atas permintaan Putri semata wayang kami yaitu Via"

Kazam melirik ke arah Umi nya seolah bertanya ada apa sebenarnya. Sementara

"Kamu telah bercerai dengan istri mu, kan? Jadi, saya harap kamu mau menerima anak saya" Kazam membulatkan matanya terkejut mendengar sambungan kalimat dari Dika.

"Maksudnya Ibu dan Bapak kesini karena ingin melamar saya?"

"Kurang lebih seperti itu. Mohon maaf Via tidak ikut karena dia merasa malu untuk menyampaikan ini jadi biar kami sebagai orang tua yang mewakilinya" Kazam terdiam dengan ekspresi anehnya.

Apakah mungkin Via yang kelihatannya santai-santai saja kepadanya ternyata diam-diam menyimpan perasaan lebih?

"Bagaimana nak Kazam?" Tanya Bu Hanifah.

"Tapi mohon maaf Bu, saya tidak bisa menerima Via. Karena saya hanya menganggap dia sebagai sahabat saja tidak lebih, dan saya pun tidak ada perasaan apa-apa sama Via. Lagian sampai saat ini saya belum mendapat petunjuk dari Allah. Jadi sampai saat ini pun saya belum bisa menceraikan istri saya" jelas Kazam.

Bu Hanifah dan Pak Dika saling memandang dengan tatapan sendu mereka.

"Baiklah nak, Ibu dan Bapak tidak memaksa kehendak kamu. Jika memang begitu kami akan berusaha memberikan pengertian kepada Via"

Different Brother✔Where stories live. Discover now