Perempuan di hati Kazam

8.1K 403 5
                                    

Terlihat Ajma sedang duduk sendirian di tepi sungai sambil melamun. Tangan kanannya tercelup kedalam air sambil mengobok-obok air yang mengalir deras tersebut.

"Emang kamu ngapain?"

"Apis tidur terus mulutnya saya masukin peluit. Terus bunyi priiiit, habis itu bu guru nya marah"

"Hhhhhh"

Ajma menghela nafas ketika mengingat potongan percakapannya dengan Adib. Hari itu rasanya sangat bahagia. Tertawa bersama, bercerita seru hufh... Namun, saat Ia sadar dengan kenyataan yang terjadi saat ini, rasanya begitu menyakitkan.

"Astagfirullah, apakah pantas aku memikirkan laki-laki lain sedangkan aku sudah mempunyai suami?" Gumamnya tersadar dengan apa yang Ia lakukan.

Ajma menekuk lutut nya dan terdiam cukup lama dengan tatapan kosong memperhatikan aliran sungai.

"Dor" tubuh Ajma mengejut saat tiba-tiba seorang laki-laki beralmamater merah mengejutkannya dari belakang.

"Iish... Bang Naldo nih" Naldo hanya terkekeh tanpa dosa seraya ikut duduk di samping Ajma.

"Selalu aja ngelamun di pinggir sungai. Apa yang kamu lamunin sebenarnya? Hutang? Cicilan? Gas habis?" Ajma menatap Naldo dengan tatapan sinis.

"Bukan!"

"Terus apa? Mmm... Jangan bilang kalo itu masalah hati lagi?" Tebak Naldo. Ajma memutar bola matanya dengan bibir memanyun.

"Bang,"

"Hmm?"

"Ajma tau, mencintai memang tak mesti harus memiliki tapi, rasanya sakit banget waktu ngeliat dia bermesraan sama perempuan lain lebih tepatnya istrinya" curhatnya dengan menumpukan dagunya pada lututnya yang di tekuk.

Naldo merangkul pundak Ajma dan mengelus nya lembut.
"Abang tau kamu masih belum sepenuhnya move on kan? Tapi setidaknya, tolong kamu hargai Gus Kazam sebagai suami kamu. Dia adalah laki-laki terbaik yang Allah pilihkan untuk kamu. Berkat Gus Kazam kamu tidak jadi pergi dari keluarga Kyai Abduh. Dia suka rela menikah dengan kamu karena dia gak mau melepaskan kamu dari keluarganya. Keluarga Kyai Abduh itu sudah sangat baik kepada kamu, kamu patut bersyukur karena dapat di pertemukan dengan keluarga mereka"

Ajma tersenyum tipis seraya menyenderkan kepalanya pada bahu Naldo dengan nyaman.

"Iya Bang"

Seorang laki-laki berpeci hitam nampak memperhatikan mereka berdua dari belakang. Senyuman kecut pun tercipta dari bibirnya.

"Andai, yang ada di posisi Naldo adalah saya. Dan yang ada di dalam hati kamu adalah nama saya bukan Adib yang selalu kamu sedih kan. Saya ingin kamu menggunakan bahu saya untuk bersandar dan bercerita banyak hal. Baik itu kesedihan kamu maupun kebahagiaan kamu. Saya yakin, saya akan merasa sangat bahagia apabila saya yang mendengarkannya"

"Saya meralat ucapan saya pada malam itu, saya tidak akan menyerahkan kamu kepada siapapun. Kamu hanya milik saya, dan akan seterusnya begitu. Mungkin, untuk saat ini Allah masih memperpanjang kontrak kesabaran saya. Insyaallah saya akan selalu sabar menunggu sampai kontrak itu habis dan akhirnya saya bisa mendapatkan buah manis dari kesabaran saya yaitu hati kamu" monolognya dengan lirih.

****

Clek...

"Wa'alaikumsalam" sindir Kazam karena Ajma masuk kamar main nyelonong saja tanpa mengucap salam.

"Assalamu'alaikum" ucapnya menatap Kazam dengan kesal.

"Wa'alaikumsalam" jawab Kazam lagi.

Ajma duduk di depan meja belajar milik Kazam seraya meletakkan kandang pitik yang di bawanya di atas meja. Melihat itu, Kazam sedikit meringis. Rasa merinding langsung di rasakan sekujur tubuhnya. Entah kenapa melihat bulu-bulu ping itu membuatnya tersugesti merasa geli.

Different Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang