32. [Extra Part 2] Hamil? Mangeak? Halah ndobol.

783 70 43
                                    

6 Tahun kemudian...

Detik berganti menit, menit
berganti jam, jam berganti hari, dan
hari berganti tahun. Tak terasa,
semuanya terjadi begitu cepat.

Mansion itu nampak sama, yang berbeda hanya fondasinya. Mansion yang dulu tak ada apa-apanya dan hanya tempat tinggal biasa kini berubah menjadi tempat pulang ternyaman di seluruh dunia. Setidaknya begitu, menurut mereka.

Mansion besar itu kini di penuhi dengan canda tawa, bahkan keramaian tak pernah absen untuk menyapa. Ditambah lagi dengan kehadiran satu anggota keluarga baru yang melengkapi kebahagiaan mereka.

Balita itu berlarian dari arah ruang tamu, badan gempalnya agak bergetar dengan pipi tembam yang bergerak kesana-kemari. Mungkin jika ini adalah film anime, setiap kali pipi tembam nya itu bergerak akan menimbulkan efek bunyi tuing-tuing.

[Minnie Somi As

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

[Minnie Somi As ....]

Dengan wajah lelah dan nafas ngos-ngosan, kini Ia berdiri di depan kamar orangtuanya sambil menggedornya dengan brutal.

BRAK! BRAK! BRAK! GDORR!

"Naa! Buna! Uka pintunya, cepetan!"

Berbeda dengan nya, wanita
didalam sana malah sedang asyik menonton drakor dari laptopnya sambil memakai masker wajah.

Drama berjudul Graceful family itu terpampang di layar laptopnya, sudah sampai di episode dimana Mo Seok-hee menghadiri pemakaman ikan dengan dress nyentriknya yang terlihat ikonic.

Kukunya terlihat kinclong karena barusaja melakukan perawatan, rambutnya yang masih agak basah dibiarkan tergerai. Matanya nampak fokus ke layar laptop, ekspresinya berubah mengikuti setiap adegan di drama. Kadang tertawa, kadang kesal, kadang marah, dan kadang datar. Begitu cepatnya ekspresi itu berubah-ubah seakan Ia adalah seseorang pengindap penyakit bipolar.

BRAK!

Pintu itu terbuka dengan kasar.

Namira melirik sebentar. "Apa?"

Dadanya naik turun, pipinya menggembung kesal dengan bibir yang melengkung kebawah. Sedangkan tangan kirinya menyeka keringat yang meluncur bebas dari dahinya. "Dlakol telossss..." Cibirnya.

"Kenapa? Iri?"

"Aku? Ili sama kamu? Najis, siapa
juga yang ili. Fyuhhhh---cape banget
incess, ini semua salah Buna!"

"Gak jelas, kok jadi salah Buna?"
Namira mengernyit kesal.

"Buna bacyottt dech, incess cape tau." Ujarnya dengan logat jamed yang amat kental, Namira hanya menatap balita itu dengan tatapan datar. Menyebalkan memang, tingkahnya bahkan kurang ajar. Sudah centil, jamed, gak ada akhlak pula.

Anak siapa sih?

"Makanya kolokan kuping, dalitadi
aku manggil-manggil Buna. Emang
Buna gak dengel?" Mengutarakan
kekesalan nya karena di acuhkan oleh
sang Buna, Balita itu menatap
Bunanya dengan penuh kekesalan.

Another Life Namira!Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ