11. Another Life Namira!

1.2K 142 113
                                    

Maverick mengelus-elus rambutku dengan lembut. Aku membiarkan nya saja, daripada pria ini mengamuk. Lagipula apa salahnya di elus oleh cogan? lihat? aku tidak meminta di manjakan, tapi Ia memanjakanku.

Sungguh pria yang peka. Kalau begini kan suami-able banget, untung saja Maverick masih ada gunanya sebagai suamiku, kaya raya pula, jadi aku tidak takut kelaparan dan jadi gelandangan. Jika tidak, sudah ku buang ke kali ciliwung dan mencari gantinya.

"Seperti apa, duniamu itu?"

Aku menoleh seperkian detik, menatap wajahnya yang terlihat agak penasaran. "Hmm, bagaimana ya?"

"Duniaku itu jauh lebih maju daripada disini, kehidupan manusia disana jauh lebih dimudahkan dengan adanya teknologi. Tidak ada yang menggunakan korset yang mencekik, dan tidak ada yang melakukan perjalanan jauh dengan menaiki kereta kuda. Jika dipikir-pikir, perjalanan dari sini ke kerajaan Raja Aster mungkin membutuhkan waktu berhari-hari. Tapi kalau di duniaku, mungkin hanya membutuhkan waktu tiga sampai tuju jam. Orang-orang tidak perlu melakukan etiket layaknya bangsawan. Penampilan kami juga sudah lebih menunjang, serta---tidak ada Kaisar, raja atau ratu. Hanya beberapa negara saja yang masih menggunakan sistim monarki." lanjutku.

"Sistim apa? m-monarki?"

"Ya, negara yang masih di pimpin
oleh raja dan ratu. Namanya sistim monarki, kalau negaraku sendiri menganut sistim Republik, pemimpin kami namanya presiden dan masa jabatan nya hanya lima tahun."

Aku terus berceloteh dan Maverick
hanya mengangguk-ngangguk seakan Ia mengerti. Aku terlalu antusias menceritakan nya saking rindunya dengan dunia nyata, karena kebebasan disana lebih nyata.

Tapi masalah beratnya bukan begitu.

Aku rindu makanan lokal.

Disini tidak ada seblak, tidak
ada nasi padang, tidak ada terong balado dan tidak ada MIE INSTAN! mulutku yang sangat lokal ini kurang cocok dengan makanan disini. Agak jancuk memang.

"Ceritakan padaku bagaimana kehidupanmu disana." aku tersenyum tipis, lalu mulai menceritakan nya.

"Kamu sudah tau namaku kan?"

Maverick mengangguk.

"Aku seorang anak tunggal, keluargaku termasuk jejeran orang kaya di dunia. Sejak kecil sudah hidup enak, walaupun begitu, hidupku biasa saja. Ayahku jarang dirumah karena harus bekerja, walaupun punya Ibu, tapi aku masih merasa kesepian."

"Aku punya beberapa sahabat dan teman dekat. Ketika aku bertransmigrasi ke tubuh Lilian, aku sedang menginjak dunia perkuliahan. Selain itu, sejak kecil aku merupakan biang onar. Maaf-maaf saja ya kalau mulutku agak tidak sopan, aku ini aslinya dua orang." kataku sedikit bercanda. Ya, mulutku memang susah di kontrol. Apalagi kalau berbicara dengan manusia sejenis Duke Wingstone, aku tidak akan menahan diri untuk mengumpatinya.

"Hm, aku bisa melihatnya."

"Kamu pernah punya kekasih?"

"Jangankan pacar, menyukai
pria lain saja tidak pernah. Aku jomblo sejak lahir, walaupun punya beberapa teman pria, bukan berarti aku menyukai mereka." tidak jarang, ada yang mengatakan aku murahan. Contohnya si Elgaza anjing.

Padahal tidak semua gadis yang berteman dengan banyak pria adalah murahan. Lagipula aku tau batasan, hanya berteman dan tidak saling menaruh perasaan. Aku, Naya, Lea dan Tea hampir tidak ada bedanya. Kami lebih nyaman berteman dengan pria daripada gadis yang kebanyakan terlalu sulit di mengerti, kehidupan orang kaya memang tidak seenak itu.

Banyak orang berebut mengajak kami untuk berteman. Tapi apa gunanya teman kalau mereka saja hanya tergiur dengan status kami dan berniat mengekori kami seperti lintah? berharap agar meniliki popularitas yang sama besarnya.

Another Life Namira!Where stories live. Discover now