37. author pov

2.2K 219 14
                                    

Happy reading!!




"Paman jelek, karna paman ga mau membelikan io Chiki rasa balado!"

Dari ambang pintu, Ethan di sambut ocehan Dio untuk Jo

"Bukan tidak mau, paman hanya tak ingin kau kepedasan nanti"

"Io ga peduli, pokoknya paman harus beliin io Chiki rasa balado!" Pekik anak itu, sedikit meninggi. Membuat Jo hanya bisa menghela nafas

Ethan yang masi di ambang pintu, menatap datar Dio yang memekik tadi. Anak ini semakin hari semakin berulah!

"Dio" panggil Ethan, sedikit menekan kata nya

Dio langsung menoleh, ia tertunduk setelahnya karna mendapat tatapan tajam dari Ethan

Sedangkan Jo kembali menghela nafas, tapi kali ini bukan untuk Dio, melainkan untuk Ethan

"Jangan memarahinya, dia sedang memasuki masa pemberontakan" Jo menjelaskan, kemudian membawa tubuh Dio ke dalam gendongannya. Pergi menuju kamar si kecil Dio

Setelah kepergian kedua orang itu, Ethan menghela nafas gusar. Mendudukkan diri pada sofa panjang di sana, ia mengusap kasar wajahnya

"Kehadiran wanita labil itu, membuat ku stress" monolog Ethan.

Ketika mengingat Karina yang terus terusan mengganggunya ketika bekerja, hama hama di perusahaannya juga mulai menunjukkan gigi mereka, membuat Ethan harus mengurus mereka terlebih dahulu dan meninggalkan dokumen yang memang tak sempat ia lirik hingga menggunung

Tak ingin pusing, pria tua itu, kini beranjak menuju dapur. Ingin membuat segelas kopi, ia akan lembur di rumah kali ini

Setelah membuat kopi, Ethan kemudian duduk di ruang kerjanya bersamaan dengan Jo yang datang. Ethan menatap Lamat Jo di depannya"Seksi"

Engga deng, bercanda:D

"Kenapa?" Tanya Ethan, melihat raut Jo yang tak enak di pandang

"Kau membuatnya ketakutan lagi. Trauma memang hilang, tapi kenangan tidak bisa di hapus Ethan. Jika kau punya masalah, jangan di bawa ke rumah!" Tekan Jo, pria yang sudah berteman dari SMA dengan Ethan ini mendadak dongkol

Sudah tau memiliki anak yang punya masa lalu suram, Masi saja tak mengerti akan tindakannya. Memang Jo akui, bukan sekali dua kali Dio berteriak atau memukul bodyguard lain. Tapi tetap saja, memarahi anak anak di masa pemberontakannya bukan pilihan yang baik

"Jangan memarahi ku seperti kau istri ku saja. Aku sedang pusing, pergilah" ujar Ethan tak ingin di ceramahi. Dia cukup malas mendengar ocehan temannya yang seperti kereta api, panjang.

"Selalu begitu, jika kau tidak sanggup menjaganya berikan ia pada orang lain!" Dengan nada kesal, Jo berujar yang mana membuat ethan langsung menggebrak meja di ikuti perkataan pedas yang terlontar, serta wajah mengkeruh tak senang

Brak!!

"Tutup mulut mu, kau hanya orang asing bagi ku. Jadi jangan ikut campur terlalu jauh Jonathan"

Sejenak kata yang terlontar dari mulut Ethan, mampu membuat dada Jo terhenyak. Seakan menyadari bahwa ia telah melewati batas antara ia dan Ethan

'sial! Aku melakukannya lagi!' batin Jo

Jo adalah pria yang memiliki hati paling lembut di antara anak buah yang lain. Keperduliannya yang berlebihan kadang membuatnya sedikit repot, karna sering mencampurkan pekerjaan dengan perasaannya..

"Maaf, telah lancang" aku Jo, memelan di akhir. Dan langsung pergi tanpa menunggu respon Ethan

Ethan hanya menatap datar kepergian Jo, tentu ia merasa tak bersalah atas ucapannya. Seharusnya Jo sadar, baik dulu mau pun sekarang, Ethan tak bisa lagi mempercayai orang lain, kecuali keluarganya.

Anak PUNGOTTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang