12

12.5K 1.4K 96
                                    

Di sepanjang perjalan keluar hotel, rahang Ethan mengeras dengan urat kekesalan yang mencetak jelas di dahinya

"Berhenti di situ Ethan" suara dalam Andreson menghentikan langkah Ethan

Ethan berbalik, menatap datar ke arah Andreson yang kini menatapnya minat

"Apa yang kau sembunyikan boy, apa kau akan merahasiakan bocah itu sendirian?" Ujar Andreson main main, sambil menyunggingkan senyum miring

"Kak, kau tau bahkan tanpa ku beritahu" ujar Ethan, ia berbalik hendak melanjutkan perjalanannya lagi

Namun terhenti saat Andreson melanjutkan ucapannya, tak repot untuk menatap lawan bicaranya Ethan hanya memunggungi tanpa niat saling berhadapan

"Ya kau benar, hanya saja aku ingin kau yang memberitahu ku boy. Hanya dari mulutmu, beritahu aku saat pikiran mu sudah tenang" ucap Andreson kemudian melangkahkan kakinya dari sana

Meninggalkan Ethan yang menghela nafas gusar, namun tak menutupi bahwa ia bisa menolak perkataan mutlak kakak sepupu yang ia anggap seperti kakak kandungnya itu..

.
.

Di villa...

"Kejal atu om, ayo kejal. Hahaha"

Dio, bocah itu berlari dengan langkah pasti menapaki tiap lantai marmer villa megah itu, di belakangnya Akmal dan broos bodyguard yang baru Dio kenal tengah berlari mengejar Dio menyuruh bocah itu untuk tidur siang

Setelah mengatakan tidak bocah itu langsung lari secepat kilat, hingga Akmal dan broos sedikit kesusahan mengejar langkah bocah hiperaktif itu

"Tuan muda, jangan berlari nanti anda jatuh!"

Tak di pungkiri perasaan kedua bodyguard itu tengah ketakutan, bagaimana bocah itu menabrak meja atau tersandung kakinya dan jatuh?

Bisa mereka bayangkan, kata selamat tinggal akan mereka ucapkan nantinya. Memikirkan nya saja sudah membuat bulu di punggung mereka meremang dengan spekulasi yang mungkin saja jadi kenyataan

Dio terus berlari, seakan tak memiliki beban dan mengabaikan wajah pucat kedua orang yang mengejarnya

Langkah bocah itu membawanya ke depan pintu utama, kepalanya sesekali menoleh ke belakang guna melihat kedua bodyguard itu. Dio tak paham, ketika kedua bodyguard di belakangnya berteriak menyerukan yang tak sempat di cernanya

"Tuan muda awas di depan anda...!"

Akmal berseru panik, mempercepat larinya namun benturan dari tubuh Dio pada dinding membuat Akmal mematung dengan jantung yang hampir putus

"Aduh, Cakit..."

Hanya rintihan kecil dari Dio, namun Akmal yakin bahwa itu sangat menyakitkan. Terlihat bagaimana bocah itu menahan tangis yang hendak keluar juga benjolan merah yang tercetak jelas di dahi putih bocah itu

"Kita tamat." Ucapan broos yang tanpa intonasi itu membuat Akmal tersadar dari mematung nya, dengan cepat ia mendekat ke arah Dio guna memeriksa keadaan tuan mudanya itu

"Tuan muda, apa anda baik baik saja..?"

Akmal membantu Dio berdiri, bocah itu mengangguk atas perkataan Akmal

"Atu baik baik aja tok om, Enda ucah khawatil"

"Saya sudah memperingatkan anda agar tidak berlari, kenapa Anda tidak mau mendengarkan saya. Lihat benjolan ini, apa yang harus saya katakan pada tuan besar.."

Kata terakhir yang di keluarkan Akmal membuat Dio menyadari, pria di depannya seperti ibu ibu cerewet yang pernah ia lihat di hp pintar milik jo

Broos yang tiba tiba menghilang kini kembali, ternyata ia cepat tanggap mengambil kotak p3k untuk Dio. Broos berjongkok, mengambil kapas menuangkan alkohol untuk luka, mengoleskannya ke dahi Dio yang membengkak dengan perlahan

Anak PUNGOTTWhere stories live. Discover now