3

25.3K 2.1K 26
                                    

Ethan menuntun bocah laki laki itu ke luar kamar. Iya, bocah yang membuat Ethan pusing akhir akhir ini seorang laki laki

Kaki mungil bocah itu mengikuti langkah lebar milik Ethan sedikit kesusahan. Bagaimana pun, langkah mereka itu berbeda, Ethan yang menyadari itu memelankan laju jalannya sambil mengeratkan pegangan tangannya pada lengan bocah itu

Tak lama mereka sampai di dapur, Ethan mendudukkan bocah itu di bangku makan, tak lupa memberi wejangan terlebih dahulu sebelum memulai ritual memasak

"Jika kau ingin makan, maka diam dan tunggu. Jangan pergi kemana pun, paham?!" Beritahu Ethan dengan tegas

"Umn!" Ujar bocah semangat, ketika mendengar kata makan

Ethan pun mulai meracip bumbu serta memotong beberapa sayur yang sekiranya cocok di sajikan di dalam nasi goreng yang akan ia buat

Kenapa bukan memasak steak seperti tadi? Soal itu, ternyata bahan dapur Ethan sudah habis, salah satunya daging itu..

Mengingat makanannya yang sering di curi akhir akhir ini, tak memungkinkan bahannya juga tak menipis dan habis

'Aku akan meminta Jo membeli beberapa bahan dapur lagi, dan juga.. peralatan bocah mungkin?' sambil melirik bocah yang senantiasa menatap ke arahnya dengan tampang laparnya

Nasi goreng yang Ethan buat telah jadi, dan itu mengundang tatapan bocah tadi dengan tatapan tak sabar. Ethan mendengus, namun tak ayal ada rasa senang melihat hal itu

Di meja makan, Ethan mulai memakan makanannya dengan tenang

Di sisi lain meja, bocah yang Ethan tangkap juga sedang memakan makanannya dengan tidak teratur

Bocah itu menggunakan tangannya, tidak pandai penggunakan alat makan. Bahkan sangat belepotan

Ethan merasa ingin menangis karena merasa lucu, melihat bocah di depannya makan. Mulut yang penuh lantaran sang empu ketika memasukkan nasi ke dalam mulutnya sekaligus dengan kepalan tangannya, membuat pipi bocah itu seperti hamster saat makan

Ethan menahan mati matian gelak tawanya, ia tak pernah se-prik ini. Tapi bocah di depannya mampu membuat Ethan keluar jalur dari habitatnya

Ethan menghentikan acara makannya, beralih memperhatikan bocah di depannya, seakan memandang bocah di depannya jauh lebih menarik sekarang

Bibirnya sedikit menyunggingkan senyum tulus, namun dengan cepat berganti gelak tawa yang tanpa bisa di tahan lagi

"Hahahaha..." Ethan terpingkal pingkal dari tempat duduknya, ia benar benar tak bisa menahan gelak tawanya

Siapa yang tak tertawa ketika melihat hal yang sangat menggelitik perut itu?

Bagaimana tidak, bocah itu kesusahan mengeluarkan tangannya dari mulutnya padahal sebelumnya bocah itu sangat mahir melakukannya

"Emnhh.." bocah itu bergumam, matanya berkaca kaca ke arah Ethan meminta pertolongan

Tak tahan, Ethan bangkit dari duduknya. Mendekat ke arah bocah itu, dan membantunya melepaskan tangannya dari mulutnya sendiri

"Makanya, makan itu yang benar. Seperti ini" ujar Ethan lembut, ia mengambil garpu dan sendok, meletakkannya di masing masing tangan bocah itu

Ia pelan pelan menyendok nasi, kemudian menyodorkan ke mulut bocah itu yang langsung di santap dengan mulut kecilnya

"Nah seperti itu, coba lakukan"

Bocah itu menatap ke arah Ethan dan piringnya secara bergantian. Ia mulai mengambil sendok dan garpu tadi, meletakkannya di masing masing tangan Ethan, menggerakkan tangan Ethan. Bocah itu melakukan hal yang di ajarkan Ethan, bedanya menggunakan tangan Ethan bukan tangannya

Ethan meringis, ia pikir bocah di depannya paham. Ternyata sulit juga untuk mengajari anak anak ya– pikir Ethan melangsa

"Bukan seperti itu, seperti ini" Ethan kembali mengulang apa yang ingin di ajarkannya

Bocah itu tak melakukan hal seperti pertama kali, namun ia hanya memandang makanan dan Ethan secara bergantian hingga membuat Ethan jengah

Entah kenapa kebodohan bocah didepannya menguras habis kesabarannya yang setipis tisu, Ethan dengan kasar menggebrak meja makan. Membuat bocah itu terlonjak kaget, badannya mulai bergetar sambil menatap takut ke arah Ethan

"Apa kau dungu?! Begitu saja tidak tau, apa kau lahir dari seekor babi huh?!" Ethan berteriak kesal

Melihat kemarahan Ethan, bocah itu tanpa kata langsung berlari keluar vila Ethan dan masuk ke dalam hutan dengan cepat. Ethan yang mengejarnya sampai tertinggal sangking cepatnya lari bocah itu

Ethan yang kehilangan jejak bocah itu mengerang kesal, ia mengusap kasar rambut serta wajahnya

"Sial.."

Perasaan menyesal menguar di dada Ethan, ia terlihat frustasi

'kau bodoh Ethan, bagaimana bisa kau memarahinya hanya karna tak mengerti apa yang kau ajarkan?!' Ethan memukul kepalanya kencang, menyalurkan rasa kesalnya yang tak bisa menahan diri dari amarah sesaat nya

Ethan yang tak ingin kehilangan bocah itu mulai merogoh saku celana yang ia kenakan, mendial nomor Jo sang tangan kanan

"Hallo tuan.." sapa Jo di sebrang sana

"Kirimkan beberapa orang ke sini jangan lupa dengan satu helikopter"

"Ada apa tuan? Apa anda mendapat serangan? Saya akan ke sana dengan beberapa bodyguard handal milik kita. Bersabarlah tuan–" perkataan Jo langsung di sela oleh Ethan

"Aku tak apa Jo, hanya ada sedikit masalah. Oh ya, jangan lupa jika kau ke sini, tolong beli beberapa bahan dapur, juga peralatan bocah. Dan beberapa baju bocah juga"

"Peralatan bocah..?" Bingung Jo, apa tuannya memiliki anak di luar nikah?

"Iya, jangan terlalu lama. Aku menunggu" dan panggilan di putus sepihak oleh Ethan

Ethan menatap sekitar yang di penuhi hutan Pinus juga beberapa semak tinggi

Ethan mulai berjalan masuk ke dalam hutan, mungkin menunggu kedatangan anak buahnya ia akan berusaha mencari bocah itu terlebih dahulu


Bersambung...

Anak PUNGOTTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang