35- Tidur Bersama

977 44 3
                                    

⚠️Jangan lupa votenya
Happy Reading 🥳

◆◇◆◇◆◇◆◇

"ALVIO!"

Tubuh Alvio tersentak kecil begitu seseorang berteriak tepat di telinganya. Gendang telinga Alvio sampai sempat berdengung akibat teriakan kencang itu, pelakunya tak lain adalah Liora. Wanita itu berdecak kesal lantaran Alvio melamun dengan durasi lama, sampai tak sadar jika Liora sudah selesai memasak.

Mata Alvio mengerjap lambat, lantas dia menatap ke arah Liora, lalu menatap ke arah dirinya sendiri yang sedang duduk di kursi dari tadi.

Aku berhalusinasi?

Rasanya tidak rela jika kejadian sentuhan bibir tadi hanya sebuah khayalan belaka. Alvio rasa, itu semua adalah nyata. Bagaimana bibirnya menempel pada bibir lembut Liora begitu terasa hingga merusak batas kewarasannya.

Sial! Alvio hampir gila hanya karena membayangkan sentuhan intim itu.

"Apa yang kau pikirkan? Kau jadi sering melamun." Liora mendudukkan bokongnya di kursi yang berhadapan dengan Alvio. Dia menyiapkan sepiring makanan untuk Alvio, lalu untuknya juga.

"Cepat makan, bisa-bisa kau kerasukan setan jika perutmu ikutan kosong seperti pikiranmu." Tangan Liora menyodorkan sepiring makanan untuk Alvio, tentunya di terima senang hati oleh pria itu.

Dalam heningnya suasana ketika makan telah di mulai. Samar, Alvio tersenyum tipis begitu menikmati makanan hasil tangan ganas Liora. Lalu senyum itu berubah, sudut lainnya tertarik lebih tinggi sehingga menjadi seringai kecil. Dan hal itu tidak diketahui Liora.

◆◇◆◇◆◇◆◇

Hari-hari selalu dijalani dengan semestinya oleh Alvio. Bekerja, pengurus perusahaan hingga kesibukan. Duda muda tanpa anak itu belum menunjukkan tanda-tanda akan menikah lagi, membuat para wanita yang tertarik padanya berusaha meluluhkan hatinya.

Namun siapa sangka, di balik wajah tampannya yang selalu melemparkan senyuman ramah, ada perasaan cinta yang belum musnah. Cintanya sudah kembali berlabuh pada sesosok wanita setelah mendiang istrinya yang mati karena mengkhianati Alvio.

Setelah dua bulan dia bekerja dengan selalu di dampingi Liora, Alvio merasa sedikit bebannya ter-enyahkan. Wanita yang jelas-jelas memiliki harta berlimpah, menawarkan dirinya menjadi asisten pribadi, padahal perusahaan ayahnya tidak tutup pintu untuk menerimanya.

Liora benar-benar menjadi asisten yang baik. Seolah Alvio adalah atasannya yang harus ia segani padahal Alvio sendiri masih merasa aneh jika Liora bersikap formal padanya ketika sedang bekerja.

"Setelah makan siang ada meeting." Liora memberi tahu Alvio.

"Kalau begitu, kau mau makan apa siang ini?" Alvio bertanya. Berdiri dari duduknya lantas berjalan santai menuju luar ruangan. Diikuti oleh Liora di belakangnya yang berjalan anggun bak seorang model.

"Kau yang menentukan Tuan."

Alvio menahan gemas begitu Liora bersikap seperti itu. Mati-matian Alvio menahan dirinya supaya tidak menerkam wanita itu. Liora yang bersikap patuh atas perintahnya, membuat Alvio merasa di segani. Dia merasa paling tinggi karena selalu di beri hormat oleh orang terhormat.

Akhirnya Alvio memutuskan untuk makan siang di sebuah restoran terdekat. Takutnya mengalami terlambat saat pelaksanaan meeting nantinya. Ketika sudah berada di dalam mobil, Liora mendesah lelah.

"Kau lelah?" Tanya Alvio, melirik ke arah Liora yang siap mengemudi mobil.

"Yaa, lumayan. Heels ini terlalu tinggi, membuat kakiku cukup pegal." Keluhan Liora lontarkan. Memang tidak biasa baginya menggunakan heels tinggi seperti sekarang, tentunya membuat dia pegal.

Parella Perigosa {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang