14- Perpecahan

1.1K 60 9
                                    

⚠️Jangan lupa votenya.
Happy Reading 

Di kediaman Lionel. Amira terlihat gelisah saat mendapatkan sebuah pesan yang berisikan ancaman. Ingin mengatakan langsung pada putranya, tapi hari ini, Lionel sedang tidak ada di mansion orang tuanya. Tentunya karena laki-laki itu bekerja.

"Bagaimana ini?" Amira terus mondar-mandir di dekat televisi ruang keluarga.

Amira tidak tahu, apakah ini benar-benar ancaman sungguhan atau hasil perbuatan orang iseng saja. Tapi, jika mengingat kiriman foto waktu itu, apakah ada kaitannya? Namun apa kaitannya?

Di foto sebelumnya hanya petunjuk soal pembunuh Haikal. Tapi sekarang, ancaman kali ini tentang perusahaan. Perusahaan akan di ledakan seperti milik Hanza waktu itu. Dan Amira tidak tahu kenapa ada ancaman seperti ini.

"Elcio." Panggil Amira begitu di depan pintu rumah. Ia keluar untuk menanyakan sesuatu.

"Nyonya, ada perlu apa?" Tanya Elcio ramah.

"Begini. Aku mendapatkan kiriman pesan, tapi nomornya tidak aku kenal. Dan begitu aku ingin membalasnya, tiba-tiba diblokir. Jadi aku tidak dapat menghubungi nomor ini." Amira memperlihatkan isi pesan yang ia terima hari ini.

Aku akan meledakkan perusahaan milik Haikal. Tunggu saja kehancuran kalian.

Begitulah isi pesan yang Elcio baca. Dia yakin Amira pasti cemas dan sangat khawatir. Sebisa mungkin dia menenangkan nyonya besarnya. Katanya Elcio berjanji, dia akan menjaga keluarga Mallory.

●○●○●○●○●○●○●○●○

"Gevariel. Bolehkah aku menanyakan sesuatu?" Lionel bertanya dengan santai pada temannya, yang saat ini tengah duduk di hadapannya.

Gevariel pun menyahut. "Silakan. Aku akan menjawabnya."

"Siapa yang membeli peledak saat itu? Di saat kau yang melayaninya."

Terlihat kerutan samar di dahi Gevariel saat mendengar pertanyaan dari Lionel. Sedikit merasa heran. Karena biasanya Lionel tidak pernah menanyakan tentang pembelinya jika orang tersebut tidak termasuk dalam organisasi mafia mana pun.

"Dia hanya orang biasa. Bukan orang berpengaruh besar dalam hidupmu." Jawab Gevariel pada akhirnya.

"Benarkah?" Sebelah alis Lionel terangkat. "Lalu siapa yang meledakkan gedung pamanku? Aku menemukan serpihan bom di sana. Yang aku yakini, jika itu adalah produk milikku."

Gevariel diam. Mulutnya mengatup rapat.

"Kenapa diam saja? Apa kau ada hubungannya dengan terjadinya penyerangan di perusahaan pamanku?" Tanya Lionel, dia jadi sedikit mencurigai temannya.

"Bukan begitu. Aku sedang berpikir. Mungkinkah jika orang yang melakukan itu adalah salah satu bawahanmu yang berkhianat?" Gevariel mencoba menerka siapa dalang sesungguhnya.

"Maksudmu ada penghianat di dekatku?" Gevariel pun mengangguk singkat.

"Bisa jadi. Tapi Lionel, alangkah baiknya selesaikan lebih dulu kasus kematian Tuan Haikal. Tidakkah kau merasa jengkel karena pelaku sebenarnya belum tertangkap?"

"Pelaku sebenarnya? Sudah jelas jika dia seorang wanita. Aku hanya perlu menemukan wajah yang cocok dengan gambar yang aku simpan."

Parella Perigosa {REVISI}Where stories live. Discover now