8- Liora Si Penggoda

1.5K 75 1
                                    

_______________ _______________

⚠️Jangan lupa votenya
Happy Reading 🥳

"Seperti mendapatkan dua ikan dengan satu umpan, sangat menguntungkan."
_______________ _______________

Malam ini, Liora mendapatkan bonus dari hasil tugasnya. Tangannya menggenggam sebuah amplop tebal yang isinya uang. "Alvio, apakah ini hanya untukku?" tanya Liora pada Alvio yang sedang duduk di seberangnya.

Alvio mengangguk menanggapi. "Iya, aku sengaja memberimu lebih karena wanita itu mati ditanganmu. Terima kasih," balas Alvio seraya menunduk singkat.

"Hm, bukan hal yang sulit bagiku," ujar Liora. Dan dia pun memutuskan untuk kembali ke mansionnya. "Ya sudah, aku pulang dulu." Ia beranjak dari tempat duduknya.

Alvio yang melihat Liora pun ikut berdiri, lalu menahan tangan gadis itu dan membuat menoleh ke arahnya. "Emm, kau akan pulang sekarang? Secepat ini?" tanyanya.

Dalam hati, Liora tertawa licik. Ia tahu maksud dan keinginan Alvio saat ini. "Jika tidak pulang sekarang, kapan lagi? Lagi pula urusan kita sudah selesai."

"Tidak! Ah maksudku, tidakkah kau ingin tidur di sini saja? Ini sudah terlalu malam bagi gadis sepertimu berkeliaran di luar. Di sini, di sini ada banyak kamar kosong, kau bebas menempatinya."

Sungguh! Liora ingin sekali meledakkan tawanya. Melihat kegugupan Alvio membuat dirinya merasa lebih tinggi. Alvio terdengar bodoh saat ini, apakah dia lupa jika Liora sudah terbiasa berkeliaran dimalam hari? Ayolah, dirinya adalah seorang pembunuh. Tidak selemah itu jika harus takut menembus gelapnya malam.

Daripada tidak membalas tindakan Alvio, Liora mendekat ke arahnya dengan tangan yang masih dipegang oleh Alvio. Hal ini membuat Alvio semakin gugup.

"Tuan Alvio." Panggil Liora.

Dengan jarak sedekat ini, Alvio sudah dapat menghirup aroma yang menenangkan dari tubuh Liora. Sangat harum, Alvio menyukainya. Karena Liora lebih pendek darinya, Alvio pun menunduk agar dapat terlihat jelas wajah cantik gadis itu.

"Kau mengkhawatirkanku?" tanya Liora sambil menengadah menatap wajah tampan Alvio.

"Iya, aku tidak ingin hal buruk menimpamu." Sahut Alvio.

Kepala Liora mengangguk singkat. Lantas tangannya memainkan dasi Alvio yang masih menggantung di lehernya. "Tidak perlu mengkhawatirkanku, lebih baik kau istirahat saja." Setelahnya Liora menjauh dan membalikkan tubuhnya hendak pergi meninggalkan Alvio.

"Liora."

Lagi-lagi Alvio menahan gadis itu. Kini ia menarik tangan Liora sampai-sampai tubuh gadis itu ikut tertarik dan berakhir saling bertubrukan. Entah mengapa, Alvio tidak ingin ditinggalkan oleh Liora.

"Hei, kau ini kenapa?" Liora menatap heran pada Alvio, padahal hatinya menjerit histeris atas tindakan pria itu.

"Bisakah kau tetap di sini? Aku sedang membutuhkan seseorang untuk menemaniku saja."

Tatapan Alvio berubah menjadi sendu. Mungkinkah ia masih merasakan sakit hati akibat perlakuan istri bejatnya itu? Hingga Alvio tidak bisa sendirian untuk melupakan rasa sakitnya.

"Butuh sandaran? Atau pendengar?" tanya Liora. Kedua tangannya mengalung indah pada leher Alvio.

"Aku membutuhkanmu." Sahut Alvio. Lalu ia mendaratkan kepalanya pada bahu Liora dengan kedua tangan yang memeluk pinggang seksi itu.

Tanpa Alvio sadari, Liora tersenyum penuh kemenangan. "Baiklah-baiklah. Aku akan di sini menemanimu." Ucap Liora sambil mengusap lembut kepala Alvio.

Mendengar perkataan Liora, Alvio segera menggendong gadis itu dan membawanya menuju salah satu kamar di sana.

Parella Perigosa {REVISI}Where stories live. Discover now