38

63 21 0
                                    

“Baik para tomodachi duduk di bangku kalian masing – masing gue mau kasih hadiah buat kalian.” Akira masuk ke dalam kelas setelah tadi dipanggil oleh anak kelas sebelah katanya di dipanggil Firza datang ke ruang guru. Akira masuk sambil memegang setumpuk kertas di tangannya.

Semua anak – anak telah duduk di bangku mereka masing-masing penasaran dengan kertas yang dibawa oleh Akira takut-takut jika kertas-kertas itu berisi kuis Bahasa Indonesia dari Firza karena guru itu suka sekali ngasih kejutan tidak terduga.

Akira mulai membagikan kertas - kertas tersebut kepada teman - temannya satu orang mendapat satu. Kertas yang diberikan oleh Firza cukup, tidak lebih ataupun kurang karena sudah disesuaikan dengan jumlah penghuni kelas.

Setelah semua anak mendapatkan kertas itu, Akira maju ke depan dan mulai menjelaskan kertas yang dia bagikan sesuai dengan arahan yang tadi Firza berikan kepadanya di ruang guru.

“Ini kertas angket buat masa depan. Di sana ada data - data yang harus kalian isi, terus kalau udah nanti kumpulin ke gue. Hari ini Pak Firza ada urusan, jadi ini tugas buat kita kerjakan. Selamat mengerjakan guys,”

“Oke. Gue ngerti thanks.” Balas Arisa.

Akira mengangguk. “Kalau ada pertanyaan jangan ditanyain ke gue ya. Tanyain pada yang bikin. Sekian terima gaji.” Akira menutup pembicaraan lalu kembali ke bangkunya buat mengisi angket miliknya.

Angket yang sekarang diisi oleh anak - anak berisi perencanaan mas depan mereka. Itu sengaja dibuat oleh Firza agar ia tahu nanti sehabis lulus anak - anaknya mau ngapain.

Hal tersebut bertujuan agar ketika sudah lulus dari sekolah mereka sudah memiliki rencana untuk masa depan lengkap dengan cara-cara apa yang akan mereka lakukan untuk mencapai tujuan yang sudah mereka tetapkan tak lupa ada juga plan-plan lain jika plan utama mereka tidak tercapai. Setidaknya hal tersebut menjadi patokan siswa agar sehabis lulus tidak cosplay jadi orang linglung sekaligus jadi beban keluarga yang menambah angka pengangguran Negara.

Di ini Negara sudah banyak pengangguran, jika tidak mengurangi angka pengangguran, setidaknya jangan menambah angka pengangguran jadi makin melambung tinggi. Itu yang ada di kepala Firza.

***

Hari minggu harusnya hari ini Firza bisa santai dengan bermalas-malasan tanpa ada perasaan dosa di depan laptop yang menampilkan gambar bergerak yang diisi oleh suara dengan dalih lelah karena sudah lima hari bekerja berturut-turut menghadapi anak-anak yang kelakuannya beragam sekaligus mengurus banyak hal untuk menunjang kegiatan mengajarnya agar berjalan lancar, namun saat ini Firza ada di sekolah karena ada urusan yang membuatnya harus tetap datang ke sini di hari libur.

Firza masuk ke dalam ruang guru membuka lokernya. Dia mengambil setumpuk kertas yang disusun dengan rapi sesuai urutan absen dari yang terbawah di posisi paling atas.

Kertas-kertas yang isinya rencana anak-anak didiknya ketika nanti sudah selesai sekolah.

Firza duduk di meja kerja miliknya. Dia meletakkan kertas - kertas itu di atas meja mulai mengambil dan membaca satu persatu tak lupa mencatat poin-poin yang dia anggap penting di buku catatan khusus yang sudah disediakan.

Sesekali Firza meminum teh susu yang tadi dibeli pas mau berangkat ke sini untuk menghilangkan rasa kantuk karena beberapa hari ini insomnia datang kembali sehingga jam tidurnya berkurang.

Semua sudah Firza baca. Rata-rata jawaban yang anak-anak tulis cukup memuaskan dan jelas tentang apa yang akan mereka lakukan ke depannya, tapi ada satu jawaban yang menarik perhatian Firza yaitu jawaban milik Rin.

Kertas Rin hanya berisi data dirinya saja tanpa rencana-rencana masa depan.

Firza meregangkan badan melenturkan otot-otot yang kaku. Ia memasukkan semua kertas itu ke tas punggung lalu bergegas pulang kembali ke rumah untuk menikmati sisa hari liburnya.

Kelas Siluman Where stories live. Discover now