11

123 27 7
                                    

"Semua siswa di pelajaran Bahasa Indonesia hampir remedial semua. Yang tidak remedial cuman Zoya, Oktav, sama Arion, yang lainnya kemana? Lupa belajar kah?" Suara dengan penuh kesabaran telah terucap dari bibir Firza di jam terakhir kelas hari ini.

Pelajaran Bahasa Indonesia kembali datang ke kelas 12 D dengan Firza  marah-marah dengan hasil ulangan yang jeblok banget. Sebelumya Firza yakin jika soal-soal sangat mudah untuk dijawab para murid, namun dia lupa yang menurut Guru mudah, belum tentu sama dengan kriteria mudah menurut siswa.

Semua siswa yang tengah dalam fase antara sadar dan tidak sadar karena kelelahan setelah hampir 8 jam duduk di kelas Cuma manggut-manggut pura-pura paham dengan apa yang Firza jelaskan. Hampir tak ada dari mereka yang peduli dengan perkataan Firza yang terdengar seperti lagu pengantar tidur.

Firza sadar akan kondisi 5 watt para anak didiknya langsung paham dengan alasan mengapa banyak guru yang benci berada di jam pelajaran terakhir, apalagi jika kelas berlangsung sampai sore. Sudah dipastikan mereka hanya akan jadi pendongeng yang mengantar para anak-anak kekurangan ahlak ke dalam mimpi mereka.

"Hello? Para bocah-bocah masih pada hidup? Jika gak mau bangun saya doakan bangun-bangun nanti langsung diinterview sama malaikat, mau gak?" Firza mulai kesal karena merasa tidak dihargai. Namun, moodnya sedang dalam keadaan baik hingga ia tak ingin menghabiskan energi untuk memarahi mereka agar bangun. Ya! Kebanyakan anak-anak itu sudah mendapatkan mimpi indah.

Ide jahil tiba-tiba muncul di kepala Firza ketika melihat speaker yang ada di sudut ruangan. Dia menghidupkan bluetooth membuat ponsel dan speaker terhubung, setelah terhubung Firza memutar lagu yang ada di ponselnya dengan suara yang maksimal.

lagu Lingsir wengi terdengar mengalun dari speaker ruangan. Sang pelaku duduk di atas meja guru sambil menumpang kaki menunggu reaksi para anak didiknya.

Perlahan-lahan kesadaran para siswa kembali ke tempat. Sejenak mereka loading mencoba mencerna nada-nada tak asing yang didengar oleh telinga. Setelah kesadarannya terkumpul sempurna para siswi langsung berteriak, "Matikan pak!"

Suara melengking mendominasi ruangan mengalahkan lagu yang diputar. Sepertinya kuntilanakpun insecure ketika mendengar teriakan para gadis yang dapat merusak gendang telinga.

Firza mematikan lagu lalu bangkit dari meja berjalan mengelilingi kelas.

"Hukuman buat kalian karena pas pelajaran saya tadi gak fokus plus tidak mendengarkan guru saat menjelaskan, 1 kelas patungan beli 3 novel dengan judul berbeda, itu juga masuk buat perbaikan nilai UTS kalian."

"Yang ...."

"Termasuk 3 orang tadi yang gak remedial, cuma bedanya patungan
nya setengah harga!"

Belum Ucapan Zoya selesai, Firza telah mendahului untuk menjawab, karena ia yakin Zoya akan menanyakan hal itu.

Zoya mengangguk paham. Saat ini dia curiga jika gurunya memiliki kemampuan untuk membaca pikiran orang lain.

Zoya tak terlalu mempermasalahkan dia jadi ikut terseret patungan beli novel gara-gara kelakuan teman-temannya, meskipun sejak tadi Zoya dengan sepenuh hati mendengarkan Firza yang ngomel-ngomel.

"Baik, kalian boleh pulang. Ingat langsung pulang, jangan kelayapan. Hukuman sekaligus remedialnya jangan lupa dipenuhi! Deadline-nya minggu depan mengerti?"

"Mengerti!"

Firza yang telah kembali duduk di kursi menatap para siswa. Setelah mereka selesai mengemas barang, doa dimulai dipimpin Akira.

Doa selesai, saatnya memberi salam.

"Beri salam!" ucap Akira.

Sekelas serempak mengucapkan salam, Firza menjawabnya lalu keluar dari kelas diikuti oleh anak-anak.

***

Para anak kelas 12 D berkumpul di depan gerbang sekolah membuat lingkaran kecil. Mereka berkumpul untuk mendiskusikan tugas remedial Firza.

"Jadi gimana? Siapa yang akan beli? Terus uangnya gimana? Tanya Akira selaku ketua kelas."

"Gue mah ngikut aja. Soalnya gak tahu di mana beli dan berapa harga novel. Tuh si Zoya yang suka beli novel!" balas Zara.

"Aku tahu di mana tempat belinya, harganya juga murah. Tapi masalahnya aku gak berani sendiri ke sana, ada yang harus ikut!" jawab Zoya sambil terkekeh di akhir kalimatnya. Biasanya, Zoya pergi ke toko buku ditemani oleh kakak perempuannya, dia jarang bepergian sendiri.

"Kita patungannya berapa nih? Minus 3 manusia laknat secara mereka entah pergi ke mana. Tadi juga udah gue tanya, tapi gak jawab. Kan kampret!" gerutu Akira.

"15 ribu perorang. Berangkatnya nanti sore. Gimana?" saran Zoya.

Semua orang mengangguk setuju. Keputusan telah didapat, semua orang membubarkan diri pulang ke rumah mereka maasing-masing.

***

Jam setengah empat sore Akira dan Oktav telah duduk di stasiun menunggu kereta sekaligus  teman-teman mereka yang belum datang.

Sebenarnya Oktav datang ke sini  terpaksa, secara Akira memasaknya ikut dengan mengancamnya akan berhenti berbicara dengannya. Entah karena terlalu polos atau apa Oktav percaya saja dan akhirnya pergi Bersama Akira karena takut dimusuhi.

Seorang gadis berhijab putih dan gadis dengan rambut diikat asal datang menghampiri mereka. Mereka Zoya dan Faza. Zoya dan Faza langsung duduk di seberang bangku Oktav dan Akira.

"Si dua lampir kemana? Kok mereka gak ada?" tanya Akira mempertanyakan Zara dan Arisa. Biasanya keempatnya selalu sepaket, jadi aneh jika ada member yang hilang.

"Dua kunti itu lagi sibuk. Gue aja datang kesini digusur sama si Zoya, sadis banget nih orang!" keluh Faza sambil mengusap-usap poni rambutnya mendramatisir.

Zara yang berasa telah diusik langsung menimpuk kepala Faza pelan. Faza ingin protes dengan perlakuan sadis dari Zoya, namun niatnya urang karena melihat wajah tak bersahabat Zoya yang seperti siap memukulnya kapan saja.

Selang lima menit datang dua member lagi yang lari sambil mengandeng tangan satu sama lain.

Mereka Ale dan Isyana.

Setibanya di dekat bangku Akira mereka langsung menjatuhkan diri ke lantai mencoba mengatur nafas  dengan punggung saling bersandar.

Ke-dua orang itu lari dari gerbang stasiun sampai ke ruang tunggu karena menganggap jika akan ketinggalan kereta, jadinya tenaga habis buat dipake lari secara jaraknya cukup jauh. 

Akira menyerahkan botol minumnya untuk Ale, sedangkan Zoya menyerahkan botol minumnya untuk Isyana. Para manusia itu langsung meneguk minuman yang disodorkan.

"Terima kasih," ucap mereka berbarengan sambil menyerahkan botol pada sang empu.

"Ayo berdiri, sebentar lagi kereta datang!" ucap Zoya. Keenam orang itu langsung berkumpul menjadi satu.

Para penumpang berdatangan dengan jumlah yang banyak keenam orang itu menjadi terpencar.

Oktav segera menarik ujung jaket Akira agar dia tak jauh, Faza menggenggam tangan Zoya, dan Ale merangkul bahu Isyana. Ketika kereta tiba dan pintu terbuka keadaan makin kacau karena penumpang dan calon penumpang berebutan ingin masuk dan keluar dalam waktu bersamaan, beruntung mereka berhasil masuk meski dengan jarak berjauhan.

***

Sabtu 27 November 2021
10.55
Have a nice day
See you :)

Kelas Siluman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang