19

80 22 8
                                    

"Za! Lo mau kemana? Jangan kabur woi, ini masih jam pelajaran, nanti gue potong gaji lo" Di belakang Firza, Azam berjalan dengan cepat mengejar langkah Firza seperti anak ayam yang mengekori induknya ke manapun karena takut ditinggal.

Sepanjang koridor sekolah keduanya menjadi pusat perhatian orang-orang yang lewat dan nongkrong di kursi karena mirip seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

"Bang! Berhenti ikutin gue ok!" Firza membalikan badan gemas sendiri dengan Azam yang masih mengekorinya sambil manggil-manggil. Dia gak mau ya dibilang belok, yang ada nanti gak ada cewek cantik mirip Violet Evergarden ngedeketin dia. Oke, itu sangat-sangat halu, karena mana ada orang dengan speak mbak Violet di dunia nyata, kalaupun ada gak mungkin juga bakalan dia dapatkan karena speak-nya bukan speak si Gilbert.

"Gak mau! Bilang dulu lo mau pergi ke mana?"

"Gue gak bakalan kabur kok. Udah! baginda mau healing dulu. Bye!"

Firza langsung ngacir ke arah gerbang meninggalkan lingkungan sekolah dan Azam tidak mengejarnya lagi karena sudah terlalu malas dari tadi tenaganya sudah terkuras.

Azam memutar haluan kembali ke ruang guru mengambil air untuk menghilangkan rasa hausnya.

Namun, baru setengah jalan ada yang menarik perhatiannya.

Di lapang Risma menarik tangan Zara diikuti oleh gengnya namun Zara nampak sedikit menolak.

Azam merasa ada sesuatu yang aneh. Dengan cepat ia mengirim pesan pada Firza tantang hal yang dia lihat lalu mencari kemana anak-anak tadi pergi.

***

Di belakang sekolah Zara dikelilingi oleh Risma dan juga gengnya.

Halaman belakang sekolah tempat sempurna untuk geng Risma melancarkan aksinya pada Zara karena jarang ada orang yang datang ke sini.

"Lo bilang ke Si Firza kalau gue nyontek dari lo?" tanya Risma sambil menarik kerah baju Zara.

Zara menepis tangan Risma.

"Di sini lo yang salah, kenapa gue yang malah lo bully? Harusnya gue yang bully lo!" Zara menatap mata Risma.

Risma mendesih.

"Huh! Lihat nih orang udah mulai berani sama gue!" Risma menatap para anggota gengnya satu persatu. Suara tawa mereka terdengar.

"Ngapain gue harus takut sama lo. Inget ya, gue ngasih contekan sama lo karena ibu lo ngancem gue bakalan suruh ayah buat ngestop ngasih uang buat biaya sekolah! Dia takut jika putri rajanya itu bakalan dapat nilai kecil hingga akan mempermalukan ibunya di tongkrongan. Puas lo!"

Ya, Risma dan Zara adalah saudara tiri. Ibu Tiri Risma menelpon Zara sebelum ulangan dimulai. Ia diperintahkan olehnya agar Zara memberikan semua jawaban pada Riana karena tahu jika mereka satu ruangan dan satu bangku dengan ancaman akan menyuruh ayahnya tak memberi uang biaya sekolah.

Ibu Risma paham jika putrinya tak akan bisa menjawab soal-soal dengan baik dikarenakan hobinya tiap malam dugem ke sana ke sini hingga tak ada waktu belajar. Karena gengsi jika dia akan mendapatkan nilai jelek, ia memaksa Zara untuk menutupi kebodohannya.

Mendengar kalimat itu tangan Risma terangkat menggampar wajah Zara. Zara diam memaku melihat sebuah telapak tangan melayang tepat di depan matanya. Berapa saat kemudian tangan itu mendarat di pipinya.

Suasana menjadi hening. Tangan Zara mengepal erat. Hendak ia membalas tamparan dari Risma, sebuah tangan tiba-tiba menghentikannya.

"Mau ngapain?" Tangan Firza memegang erat tangan Zara yang hendak menggampar wajah Risma.

"Kalian berdua ikut saya ke ruangan guru!" Sehabis itu kedua gadis itu mengikuti langkah Firza ke ruangan guru.

***

Di depan meja Firza ke dua siswi itu duduk bersisian namun dengan jarak yang agak jauh.

Semua mata yang ada di ruangan guru sekarang berfokus pada meja Firza.

"Apa yang kalian lakukan di belakang sekolah?" tanya Firza.

"Dia ... dia membully aku pak. Bapak inget kan kalau jawaban kita sama persis? Dia yang nyontek di aku pak! Aku takut pak!" Dramanya sudah di mulai. Saat ini itulah yang ada di kepala Firza ketika mendengar penuturan dari Risma padahal tadi udah kaya girl boss, kok sekarang jadi Y/N.

"Tunggu! Lo mau playing vitcim hah?" Zara berucap dengan nada tinggi hingga membuat Risma pura-pura ketakutan mencari simpati dari para guru lain.

"Lihat anak itu, dia gak punya sopan santun!"

"Iya ya, kasihan Risma."

"Biasa kelas XII D gitu, udah gak aneh!"

"Ngomong-ngomong kan kasusnya jawaban mereka samaan sama ditambah kasus bully, bakalan dikasih hukuman apa ya?"

"Mohon maaf, saya minta semua orang untuk diam!" Kalimat itu terdengar sopan namun bisa membungkam mulut orang-orang di ruangan guru. Sekarang tak ada yang berani lagi bicara.

"Bang! Tolong buka cctv yang ada di belakang sekolah! Sambungin ke layar proyektor biar guru-guru lain bisa lihat" Ucapan itu sukses membuat tubuh Risma terasa panas dingin.

"Pak!" Risma menatap Firza.

"Jangan pak!" Risma mulai memelas. Matanya mulai berkaca-kaca. Firza sama sekali tak mempedulikan Risma. Zara yang melihat saudara tirinya itu memelas agak sedikit kasihan, tapi ia sudah sangat lelah berhadapan dengan dia.

Azam memutar hasil rekaman CCTV  dan semua orang terkejut ketika melihat Zara tak bersalah, tapi Rismalah yang bersalah.

Hancur sudah image baik Risma.

***

Di depan sekolah Risma berjalan dengan Ibunya ke parkiran mobil.

Keduanya tengah berdebat hebat di parkiran setelah Ibu Risma dipanggil oleh kepala sekolah untuk datang ke sekolah karena kasus tadi yang berakhir dengan Risma menangis lalu masuk mobil diikuti oleh Ibunya.

Jauh di kelas 12 D, Zara melihat mobil ibu dan anak itu pergi meninggalkan lingkungan sekolah entah mau ke mana. Persetan dengan itu, dia sama sekali tak peduli.

"Zara lagi ngapain? Main yuk." Tiba-tiba Faza masuk ke dalam kelas yang kosong karena anak-anak lain sudah pada pulang.

Faza tak mungkin masuk sendirian, antek-anteknya yang lain Zoya dan Arisa ikutan masuk ke kelas sambil membawa kantong kresek besar.

Zara membalikan badan. Dia langsung datang ke arah ke-tiga temannya yang sudah duduk sambil mengeluarkan banyak cemilan dari kantong kresek.

Zara duduk di samping Zoya. Dia mencomot basreng yang ada di atas meja.

"Kita udah denger si Nenek lampir itu diskors 3 hari dari sekolah gara-gara mau ngebully lo." Entah kenapa berbeda dari biasanya, Zoya yang memulai kegiatan menggosip

"Lebih baik dia di-DO aja kayanya. Soalnya kelakuan dia meresahkan masyarakat luas." timpal Arisa.

"Ih Zara! Lo dengerin kita enggak sih? Dari tadi malah sibuk makan basreng. Lo juga sama Faza!"

"Gimana kalau jangan bicarakan dia? Gue lagi males dengerin namanya."

"Oke."

Akhirnya Arisa berhenti bersuara.

***

Senin 27 Desember 2021
21.33
Have a nice day
See you :)

Kelas Siluman Where stories live. Discover now