21

75 20 1
                                    

"Bang ini semua udah selesai dipacking? Gak ada yang ketinggalan?" Akira menutup ritsleting ranselnya.

"Ya."

"Bang nanti minta minum ya! Aku gak bawa!"

"Ya."

"Bang nanti bawain tasnya ya. Tasnya berat aku gak bakalan kuat!"

"Ya."

"Bang kamu gak mandi ya?'

"Ya!"

"Ih abang! Dari tadi ya ya ya terus! Gak ada kata lain gitu?"

"Hmmmz, oke!"

Rasanya Akira ingin mencincang-cincang tubuh Oktav kemudian membuangnya ke kolam yang penuh buaya buat jadi santapan mereka karena dari tadi cuma jawab iya-iya aja enggak ada jawaban lain. Tapi tenang, Akira sudah biasa meski tetap masih suka kesel sendiri.

Akira menggendong ransel yang telah dia kemas keluar dari rumah untuk pergi ke terminal bus yang sudah disepakati menjadi titik mereka berkumpul diikuti oleh Oktav dari samping. Mereka akan pergi mendaki pukul 2 siang, waktu yang tersisa hanya 30 menit lagi.

Dari rumah menuju terminal bus memakan waktu 10 menit. 10 menit itu habis dengan ocehan Akira yang tak habis-habis hingga mereka berdua sampai di terminal bus.

Zara, Zoya, Faza dan Arisa telah datang duluan. Keempatnya sedang duduk di kursi sambil bergosip ria membahas segala hal.

"Yo!" teriak Akira.

Arisa menoleh kemudian menyuruh Akira dan Oktav datang mendekat untuk duduk dan menunggu bersama mereka karena yang lainnya belum datang.

Selang beberapa menit Arion, Orion, Firza dan Azam datang barengan. Selain tas, mereka juga membawa beberapa kantong plastik bahan makanan. Tentu saja kantong plastik itu begitu disambut kedatangannya karena berisi makan-makan gratisan untuk menemani malam mereka nanti.

Firza menyimpan mobilnya di garasi Azam setelah mengetahui kalau jalan yang akan lewati nanti tak bisa ditempuh menggunakan mobil. Firza mengirim pesan pada Ale agar ia cepat datang.

Selang 10 menit Ale, Mark, Isyana, dan Lila datang terakhir. Tas Mark dan Ale menjadi tas terbesar yang dibawa karena berisi tenda-tenda untuk bermalam.

"Udah kumpul semua?" Firza mengecek para anak-anaknya menghitung satu persatu.

"Anak-anak sudut gak ikut!" jawab Akira.

"Gak diajak?"

"Diajak kok. Tapi gak bales!"

"Oh yaudah. Bapak udah ngirim pesan lokasi kita kemping, jika berubah pikiran jadi mereka bisa nyusul"

Setelah percakapan selesai, semua orang kembali ke kegiatan  masing-masing hingga bus yang akan membawa mereka datang.

Ketika bus berhenti, mereka semua masuk ke dalam bus yang kebetulan sedang kosong hingga semua orang bisa kebagian tempat duduk.

Si mang supir kayanya lagi suka sama lagu kpop tapi dengan kearifan lokal. Siapa lagi yang ngeh kalau lagu yang diputar itu lagu boyband Korea yang sedang hits-hitsnya di kalangan muda-mudi tanah air jika bukan bandar kpop Arisa. Gadis itu sadar jika lagu yang diputar di bus lagu paper cut dari EXO yang diremix menjadi koplo.

Arisa teriak-teriak menyanyikan lirik lagu yang liriknya sudah ada di luar kepala dan juga pelafalannya yang fasih meskipun dengan suara yang pas-pasan nyaris ke fals.

Faza yang gabut gara-gara baterai ponselnya habis akhirnya bangkit dari kursi lalu menari di lorong bus yang kosong. Dia mengajak Arisa sang biduan ikut serta hingga keduanya menari di tengah bus seperti orang kerasukan. Lila bergabung diikuti oleh Mark. Lambat laun semua penumpang bus kecuali Oktav dan Azam ikut menari. Supir bus tertawa melihat tingkah para penumpangnya di spion belakang.

Oktav diam-diam merekam mereka semua menggunakan ponselnya.

Bus umum sekarang sudah seperti bus pribadi. Lagu berakhir bertepatan dengan bus yang berhenti melaju karena sudah sampai di tempat terminal pemberhentian.

"Ahhh! Udahan!" Arisa meletakkan botol minum yang tadi digunakan sebagai mikrofon ke dalam tas. Semua orang membawa kembali tas bawaan mereka mengecek apa ada yang ketinggalan atau tidak, setelah itu mereka semua keluar dari bus menuju tempat mendaki.

***

Jalan menanjak matahari sudah berubah menjadi terik. Di punggung memikul beban seberat beban orang tua yang memaksa anaknya untuk menuruti kemauan mereka.

Baru setengah jalan menuju lokasi kemping kebanyakan dari anak-anak sudah ngos-ngosan mana cuacanya panas banget hingga membuat tenggorokan terasa kering.

Sudah tidak ada lagi gairah hidup yang ditunjukkan pas tadi pagi di bus antar kota. Tenaga sudah habis digunakan mendaki padahal jalan ke puncak masih jauh.

"Kita berhenti di pos sana!" Semua orang tak ada yang menjawab Firza karena untuk ngomong aja sudah lelah pake banget.

Firza melihat di depan ada pos pendakian. Dia memandu anak-anak masuk ke dalam area pos.

Sesampainya di pos yang di maksud, para wanita langsung melepaskan tas mereka kemudian duduk dengan punggung saling saling menempel untuk dijadikan sandaran tak lupa kaki yang diluruskan. Beban di punggung mereka hilang. Akhirnya bisa nafas dengan normal.

Akira langsung roboh. Ia merebahkan badannya ke tanah disusul oleh Orion. Abas, Ale, Mark, dan Arion duduk bersandar pada pohon. Oktav berdiri di dekat Azam dan Firza yang duduk di bangku yang hanya cukup untuk dua orang.

"Haus!" ucap Isyana. Ale yang mendengarnya langsung mengambil air yang dia pegang langsung membawanya pada Isyana.

Dengan malu-malu Isyana mengambilnya.

"Udah panas makin panas aja!" Teriak Arisa Frustrasi melihat ke-uwuan sepasang manusia itu.

"Makanya cari pasangan Sana!" Balas Akira.

"Jomblo jangan teriak jomblo ya!"

Percakapan absrud keduanya sontak mengundang tawa.

Akira bangkit dari posisi rebahan lalu duduk.

"Ada yang punya ikat rambut?" tanya Akira. Sejak tadi rambut Akira tergerai, cuaca panas membuat dia ingin mengikat rambutnya agar tidak terasa gerah.

Lila melepas ikat rambut yang dijadikan gelang. "Ini!" Lila menyuruh Akira buat mendekat untuk mengambil ikat rambutnya.

"Terima kasih!" ucap Akira setelah mengambil ikat rambut Lila.

"Sama-sama!"

Akira mendekat pada Oktav.

"Bang pasangin!" Pinta Akira sambil menyerahkan ikat rambutnya pada Oktav.

Oktav mengambil ikat rambut itu lalu memasangkannya pada rambut Akira yang tadi tergerai. Rambutnya masih tetap sama, hitam, lembut, dan harum tak peduli meski sekarang tubuh Akira tengah berkeringat yang menjadi bedanya sekarang rambut Akira lebih panjang. Entah kenapa remaja itu tak memotong rambutnya. Anehnya Oktav suka dengan rambut Akira hingga tak sadar sekarang dia sedang mengelus pelan rambut Akira karena suka dengan teksturnya yang lembut.

Sadar. Oktav segera mengikat rambut Akira.

"Selesai!" ucap Oktav.

"Terima kasih!"

"Baik, istirahatnya sudah cukup anak-anak. Kita harus sudah tiba ke tempat kemah sebelum malam!" Ucapan Firza membuat semua orang kembali berdiri untuk melanjutkan perjalanan.

Sungguh sekarang kekuatan fisik mereka sedang diuji.

***

Rabu 5 Januari 2022
20.52
Have a nice day
See you :)

Kelas Siluman Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα