12

121 28 4
                                    

Ale dan Isyana tak kebagian tempat duduk. Mereka berdua berdiri dengan posisi Ale yang menghadap ke tubuh Isyana agar gadis itu merasa sedikit terlindungi.

Isyana membuang mukanya ke sembarang arah, begitu juga dengan Ale, mereka berdua tak ada yang berani memandang satu sama lain karena takut membuat keadaan berubah menjadi canggung. Bukan hanya itu, mereka berdua juga takut jika dengan melihat wajah satu sama lain akan jadi ngakak, yang ada dikira oleh satu gerbong kerasukan setan penunggu stasiun.

"Ah, cowoknya cakep banget. Mirip sama oppa-oppa Korea!" Terdengar  suara gadis yang dapat didengar dengan baik oleh Ale dan Isyana. Jarak antara mereka tak terlalu jauh, hingga suara para manusia itu dapat terdengar dengan jelas.

"Tapi sayangnya dia udah punya cewek deh! Itu ceweknya!" sahut gadis lain.

"Sayang banget ya. Padahal cowoknya ganteng banget, tapi ceweknya ... ah, sudahlah."

Isyana terdiam mendengar ucapan gadis asing yang tengah membicarakan dirinya.

Wajah Isyana yang cantiknya mirip Isyana Sarasvati disebut biasa aja? Terus itu yang ngomong blasteran dewi Yunani yang dikenal cantiknya tak manusiawi atau gimana?

Hendak Ia menjauh dari Ale karena tak sengaja mendengar percakapan dua orang rese yang membuat mood Isyana tiba-tiba down, namun dengan cepat Ale yang peka dengan perubahan mood gadis di depannya langsung menggenggam tangan Isyana agar gadis itu tak pergi kemana-mana.

Ale berdehem. Para manusia kurang kerjaan belum berhenti menggunjing.

Seakan mengerti maksud deheman Ale, para gadis yang semula bergosip berhenti bersuara. Mereka nampak salah tingkah karena ketahuan basah dan pura-pura tak terjadi apa-apa memalingkan muka ke arah lain.

Kereta akhirnya terhenti, Isyana dan Ale keluar dari kereta untuk mencari teman-teman mereka.

Sebelum turun, Ale menggenggam tangan Isyana agar mereka berdua tak terpisah.

Baru jalan beberapa langkah tiba-tiba terdengar suara yang memanggil.

"Yo!" Suara khas Akira terdengar. Genggaman tangan Ale terlepas. Isyana langsung menghampiri Faza dan Zoya meninggalkan Ale bersama tim cowok.

"Kita jalan 10 menit. Toko bukunya gak jauh dari sini!" kata Zoya.

Keenam orang itu berjalan ke luar stasiun.

Mereka berjalan bersamaan menuju toko buku dengan Zoya yang menjadi petunjuk arah karena hanya dia yang tahu jalan menuju toko buku. Zoya sangat getol mengunjungi toko buku hingga dalam sebulan bisa datang lebih dari dua kali hingga arah jalan ke sana sudah ada di luar kepala, tak mungkin tersasar.

Mata Ale tak berhenti memperhatikan Isyana yang berjalan di depannya.

Meskipun Isyana bercanda dengan Zoya dan Faza namun ia tahu jika gadis itu terganggu dengan ucapan yang terdengar di kereta. Ale paham, Isyana tipe gadis yang pandai menutupi segala hal dengan senyuman. Tapi, setelah sendirian ia akan menjadi seseorang yang rapuh yang dapat menangis karena alasan sepele.

"Kenapa?" tanya Akira yang sadar dengan tatapan Ale yang seperti kosong.

Lamunan Ale buyar. Ia refleks menggelengkan kepala.

"Tidak ada apa-apa."

Langkah para gadis terhenti.

"Tokonya ada di depan!" Tunjuk Zoya pada sebuah toko dengan cat coklat tua berlantai dua. Di depan dipasang jendela besar sehingga orang yang sedang berjalan bisa melihat susunan rak buku yang berjejer dari luar.

Mereka semua masuk ke dalam.

Zoya menyarankan agar teman-temannya berpencar untuk mencari buku yang mereka inginkan namun dengan genre yang telah ditentukan.

Zoya yang menentukan mereka harus mencari buku apa.

Zoya dan Faza naik ke lantai dua. Mereka sedang mencari buku fiksi ilmiah. Akira dan Oktav pergi mencari novel horor sedangkan Ale dan Isyana kebagian buku romance.

Semua berpencar mencari buku-buku itu. 

"Yuk!" Ajak Isyana langsung berjalan di depan. Ale mengekorinya dari belakang. Rasanya ia ingin berjalan di samping Isyana sambil menggenggam erat tangannya, namun ia belum berani melakukan itu. Lagian, rasanya aneh jika tiba-tiba jalan sambil bergandengan tangan.

Langkah Isyana terhenti di rak yang menampilkan sederet buku dengan cover menarik. Dia mengambil salah satu buku lalu membaca sinopsisnya,  matanya berbinar setelah membaca  gambaran cerita yang disajikan di cover belakang sangat menarik . Namun, tangannya kembali menyimpan buku itu di tempatnya ketika melihat harga yang ada di depan buku.

Pikiran Ale langsung bekerja.

"Na, lo duluan. Nanti gue susul!" ucap Ale. Isyana mengangguk. Ia melanjutkan langkahnya mencari novel untuk tugas.

Ale mengambil buku yang tadi dibaca oleh Isyana. Lalu mengejar Isyana. Namun, saat hendak pergi Isyana sudah kembali.

"Bukunya udah ketemu. Balik yuk!"

Ale mengangguk.

"Btw, lo bawa buku apa?" tanya Isyana ketika melihat Ale membawa buku. Ale merasa bodoh, dengan cepat ia menyembunyikan bukunya ke belakang lalu menggelengkan kepala.

"Ada-ada saja." Isyana tersenyum melihat tingkah Ale. Ia berjalan terlebih dahulu. Ale lagi-lagi mengekor langkahnya.

Keenam orang itu telah kembali berkumpul di depan kasir. Zoya membayar semua buku dengan uang hasil patungan.

"Kalian pergi aja duluan. Nanti gue nyusul!" pinta Ale.

"Lo mau nyari apa?" tanya Faza.

"Gue ada yang lupa. Udah kalian duluan aja!"

"Yakin gak papa?" Zoya kembali memastikan karena takut jika nanti bakalan kesasar pas pulang.

Ale mengangguk dengan yakin sehingga membuat Zoya percaya dia tak akan tersesat pas pulang nanti.

Akhirnya mereka berlima meninggalkan Ale sendirian. Ale mengeluarkan buku yang tadi dibawanya lalu membayar. Setelah buku dikemas, ia keluar. Sesampainya di luar ia melihat Isyana yang tengah berdiri menunggunya di bangku yang ada di depan toko buku.

"Lo? Kok masih di sini?" tanya Ale kaget.

"Nungguin lo!"

Isyana berdiri lalu jalan di samping Ale. Mereka berdua jalan dengan keheningan yang menyelimuti mereka.

Setelah berfikir matang-matang, akhirnya Isyana mengeluarkan suara. "Le, lo gak perlu ngerasa bersalah karena kejadian di kereta. Lagian gue juga bukan cewek lo kan!" ucap Isyana.

Isyana berjalan mendahului Ale. Ia sedikit berlari mengejar Zoya yang ada di depannya. Sementara Ale terdiam di tempat. Meskipun yang diucapkan Isyana benar, namun ia tetap merasa sakit mendengarnya.

***

Di kamar dengan nuansa serba Hitam Ale berbaring menghadap langit-langit kamar, tangannya memegang buku yang tadi ia belikan untuk Isyana. Saat ini isi kepalanya tengah berdialog memikirkan apakah buku itu akan diberikan atau tidak.

"Argh!!! Kenapa gue ngelakuin hal unfaedah kaya gini. Lagian perempuan bukan si Nana aja, kenapa gue harus baper sama perkataannya tadi!" Ale kesal sendiri. Ia meletakan bukunya di nakas lalu membuka ponsel. Ketika ponselnya terbuka Ale terkejut karena banyak pesan masuk dari Lila, karena terlalu malas untuk membalas akhirnya ia kembali meletakan ponselnya dan memutuskan untuk tidur.

***

Senin 29 November 2021
19.42
Have a nice day
See you :)

Kelas Siluman Where stories live. Discover now