25

72 18 1
                                    

"Hei!!! Ini siapa yang ngambil uang kas di lemari saya!" Di siang hari yang cerah Firza sudah dikejutkan dengan hilangnya uang kas yang dia simpan di loker kelas. Dia memang pelupa tingkat atas, tapi kalau urusannya sama uang, apalagi uang milik orang lain Firza tak akan pernah lupa, jadi tidak akan ada konsep lupa nyimpen.

Belum juga 1 Minggu sekolah masuk lagi setelah libur tahun baru selama 2 minggu, tapi sudah ada masalah yang datang menerpa ke kelas 12 D. Emang bener sih ungkapan tahun baru masalah baru.

Para anak-anaknya di kelas langsung pada ribut mempertanyakan kemana perginya uang itu, bahkan Akira mengaitkannya dengan sosok tuyul: Mahluk kecil pencuri uang yang handal karena dia mendengar desas-desus yang bilang kalau di lingkungan sekolah ada yang melihara tuyul. Kasihan tuyul, jadi korban fitnah.

Firza tak lagi mempedulikan kemana uang itu hilang tidak ingin memperpanjang masalah karena endingnya pasti akan berprasangka liar.

Toh yang hilang cuma 300.000, nominal itu tak seberapa dibandingkan jumlah uang saku yang dia punya. Jika menganggap uang saku itu bukan hasil dari gaji sebagai guru yang rangkap jabatan jadi pawang kebun binatang, kalian salah besar. Firza kaya karena Tetehnya terlanjur baik, meskipun sudah besar sama bisa cari uang sendiri transfer bulanan masih lancar.

"Yaudah lupakan saya, mungkin uangnya punya kaki makannya bisa lari-lari sendiri keluar dari lemari. Sekarang mau belajar apa?" Firza duduk di meja membuka buku untuk mencari materi yang akan dia sampaikan biar hari ini berjalan lebih berfaedah.

"Belajar mencintai dia pak," teriak Arisa membuat semua orang tertawa ketika mendengarnya. Gimana konsepnya pelajaran Bahasa Indonesia berubah haluan ke belajar mencintai dia? Yakali bahasa mau di-mix sama bucin, terlebih yang ngajar masih jomblo.

"Mohon maaf nak. Kalau pelajaran itu saya juga masih remedial" jawab Firza tak kalah mengundang gelak tawa. Itu jawaban dari lubuk hatinya yang terdalam karena selama 23 tahun hidup dia belum pernah merasakan gimana rasanya pacaran karena sebelum resmi berkencan para cewek yang dekat dengan Firza bakalan diintrogasi terlebih dahulu oleh Azam sehingga membuat niat mereka untuk jadian pada urung semua. Ingat, kadang meminta restu pada sahabat lebih sulit dari meminta restu pada orang tua.

"Jamkos aja pak. Ini kan masih awal semester. Masa iya harus langsung pusing-pusingan?" saran Akira yang kemudian didukung oleh orang-orang di kelas.

Firza menggelengkan kepala sebagai tanda menolak saran Akira yang terlalu menguntungkan para murid. Enak aja mau jam kos, emangnya dua minggu liburan gak cukup gitu.

"Pada bawa novel kan? Keluarkan novelnya, baca, terus kasih resensinya ke saya hari ini juga. Gak perlu sampai tamat, kasih resensi di bab yang kalian baca aja."

"Okey!" Dengan tidak rela, para murid mengeluarkan novel mereka dari dalam tas. Wajah madesu mereka jadi kepuasan tersendiri bagi Firza.

Sudah jadi kewajiban para siswa jika pelajaran Bahasa Indonesia harus membawa novel atau buku bacaan untuk meningkatkan minat literasi di lingkungan sekolah. Firza selalu menyuruh para siswanya membaca 30 menit sebelum pelajaran dimulai, kebetulan waktu pelajaran bahasa Indonesia cukup lama yaitu 4 jam pelajaran.

Buku yang sudah dibaca akan disuruh untuk diresensi. Resensi itu akan dinilai dan jadi nilai tambahan di akhir tahun. Untuk siswa dengan jumlah buku terbanyak akan mendapatkan hadiah darinya.

Melihat para siswa membaca membuat rasa ngantuk datang yang didukung oleh hari yang masih pagi. Firza menguap dengan lebar, ketika menguap tangannya menutup mulut yang terbuka karena takut jika ada lalat masuk.

"Udah selesai belum bacanya?"

"Ya Allah, baru juga baca prolog. Sabar dong pak!" protes Lila.

"Ngantuk nih. Ini kan pelajarannya tinggal 1 jam lagi, bonus aja. Jangan berisik ya, takut nanti dimarahi ibu besar."

"Oghey!"

Firza mengemas barangnya ke dalam tas keluar dari ruang kelas menuju ruang guru untuk tidur karena sehabis ini tak ada kelas lagi.

***

"Eh? Duit gue ngilang anjir! Tadi kan gue simpen di tas pas istirahat." Mark memeriksa uangnya yang menghilang entah kemana. Dia yakin tadi kalau istirahat uangnya disimpan di tas gara-gara ambil uangnya kelebihan.

"Lo lupa kan? Itu duitnya gede Bi!" timpal Lila ketika mendengar itu.

"Gak Bi. Tadi gue simpen uangnya di tas!"

"Uangnya berapa?" Orion yang sejak tadi nyimak penasaran Mark kehilangan uang berapa hingga membuat kehebohan di kelas.

"1 juta!" jawab Mark diakhiri cengengesan.

"Hah? Buat apaan lo bawa uang sejuta ke sekolah? Udah gila?" Mendengar itu Arion yang ikut menyimak merasa gemas sendiri dengan tingkah Mark yang menurutnya luar biasa. Siswa normal mana yang bawa uang sejuta ke sekolah, kecuali jika disuruh bayar SPP sama ibunya.

"Tadi Ibu ngasih duitnya kelebihan."

"Cari lah ganteng. Bukannya malah ribut!" Setelah mendengar saran dari Faza akhirnya Mark dibantu anak-anak kelas mencari uang yang hilang.

"Gue bakalan lapor ke Pak Firza." Zara dan Zoya pergi ke ruang guru untuk melapor.

***

Anak-anak kelas 12 D dikumpulkan kembali. Saat ini Firza tak sendiri, ada juga Azam yang sudah berdiri di barisan paling belakang dekat dengan tiga serangkai.

"Simpan tas di depan meja. Tutup mata kalian semua. Jika ada yang mengintip awas!" perintah mutlak dari Firza.

Sehabis semua anggota kelas menuruti perintah Firza, kedua guru muda itu berkeliaran memeriksa tiap tas yang dibawa oleh para siswa, hingga giliran Azam yang mengeledah tas Alif menemukan uang sebesar 1.300.000 di dalam tasnya. Firza mengkode agar Dia membawa uang itu ke bangkunya.

"Buka kembali mata kalian!" Mendengar aba-aba dari Firza semua orang kembali membuka matanya.

"Mark ambil uangnya."

Mark maju ke depan mengambil uang di bangku Firza, sesudah menerimanya ia kembali lagi ke bangkunya tanpa menanyakan dari mana uang itu berasal. Tanpa diberitahu, Mark sudah tahu siapa yang mengambilnya. Telinga Mark sangat tajam sehingga bisa mendengar Azam yang mengkode Firza di bangku Alif.

"Ini rahasia kelas kita. Jika sampai tersebar ke luar atau terdengar ke guru BK awas aja."

Semua orang memilih untuk diam. Jika Firza sudah masuk ke dalam mode serius hampir semua orang bakalan takut dengan dia. Alasan Firza melarang masalah ini bocor dari kelas agar tak memperibet keadaan.

Firza berjalan ke belakang ke bangku Alif. Dia tepat berhenti di pinggir bangkunya.

"Semua orang boleh keluar! Ini udah jam pulang!" 

Anak-anak bersiap untuk pulang dan setelah Akira selesai memimpin doa hampir semua orang ke luar kecuali Alif. Belum Alif mengangkat bokongnya dari kursi, Firza menahannya agar ia kembali duduk dan tak jadi berdiri.

"Mau ngapain?" tanya Alif.

"Menurut kamu?" Firza duduk di atas bangku Alif. "Jelaskan mengapa kenapa kamu melakukannya."

Ah. Alif sadar jika saat ini ia memang dalam masalah.

***

Jumat 28 Januari 2021
09.47
Have a nice day
See you :)

Kelas Siluman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang